Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Maksimalkan Potensi Kabupaten Indramayu

bbppl-bimtekindramayu2Sebagai aset insani pertanian, penyuluh perlu mendapat prioritas dalam penyusunan perencanaan program pembangunan pertanian supaya menjadi lokomotif penggerak dan pelopor yang inovatif, kreatif, profesional, mandiri, berdaya saing, dan berwawasan global. Salah satu upaya mewujudkan peningkatan kapasitas petani dan penyuluh di bidang pertanian diperlukan program yang terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan salah satunya dalam bentuk Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas bagi Petani dan Penyuluh.

Sebanyak 100 orang petani dan penyuluh angkatan pertama mengikuti kegiatan Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh pada Jumat (5/03/2021) di Hotel Wiwi Perkasa II, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penyelenggaraan bimtek merupakan kerja sama antara Komisi IV DPR RI dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Bimtek dilaksanakan selama tiga hari, 5-7 Maret 2021, dengan jumlah peserta 100 orang per angkatan setiap harinya.

Takmid, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, mengawali sesi sambutannya, “pada tahun 2019 Indramayu menjadi produsen beras nomnor satu nasional sebesar 789 ribu ton, diikuti oleh Karawang, Subang, Banyuasin, dan Cilacap”. Melalui Bimtek ini Takmid berharap petani dan penyuluh dapat menjadi pahlawan pangan. Peserta juga diimbau untuk menyimak materi yang diberikan dengan seksama agar kesempatan seperti ini tidak sia-sia. Sambutan kemudian dilanjutkan oleh Kemal Mahfud, perwakilan Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan). “Semoga acara ini dapat berkelanjutan agar ilmu yang diberikan dapat diterapkan oleh petani dan penyuluh guna memaksimalkan potensi Kabupaten Indramayu,” ungkap Kemal.

Diharapkan melalui bimtek ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan penyuluh dalam upaya pencapaian program pembangunan pertanian. Oleh sebab itu, Ono Surono, Komisi IV DPR RI mengapresiasi Kementerian Pertanian atas penyelenggaraan bimtek yang sudah dilaksanakan secara berkala dalam rangka meningkatkkan kualitas sumberdaya manusia pertanian. Ono berharap bimtek dapat bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga bisa diaplikasikan pada Training of Trainers. “Peserta yang berkesempatan hadir pada hari ini berkewajiban untuk memberikan ilmunya dan menyampaikan informasi apapun terkait informasi pertanian lainnya, terima kasih,” tutup Ono sekaligus membuka acara pada pukul 10.00 WIB.

Ono juga menyampaikan materi pertama, yakni menjadi penyuluh dan petani yang kreatif, inspiratif, dan berdaya saing. Ono mengawali dengan gambaran kendala mendasar pertanian Indonesia, yakni: infrastruktur, sarana dan prasarana, regulasi, kelembagaan dan sumber daya manusia, permodalan, dan alih fungsi lahan pertanian.  “Diperlukan sinergi yang baik antara petani, penyuluh, dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi enam kendala tersebut,” kata Ono. Menurut Ono sebagai petani dan penyuluh saat ini yang juga menghadapi tantangan di era global, harus dapat berpikir kreatif dan inovatif  untuk mengatasi keenam kendala tersebut.

Selanjutnya, Carkaya, yang merupakan Anggota DPD Desa Lelea, menyampaikan materi berikutnya terkait fakta kendala dan potensi pembangunan dan pertanian di Indramayu. Membenarkan yang disampaikan Ono, Indramayu juga tidak luput dari enam kendala tersebut. Diawali dengan memberikan gambaran kebutuhan beras Indramayu yakni sebanyak 170,38 ton/tahun untuk 1.834.000 jiwa penduduk Kabupaten Indramayu. Potensi luas lahan dan luas panen di Indramayu sudah maksimal, namun produktivitasnya masih tergolong rendah. Untuk mengatasi hal tersebut Carkaya menyampaikan program yang telah disampaikan Kementerian Pertanian di Balitbang tentang Millenial Farmer. Adapun millennial farmer terdiri dari pertumbuhan wirausaha muda, penyelennggaraan pendidikan vokasi pertanian, pertumbuhan Kelompok Usaha Bersama Petani Muda, dan fasilitasi pembelajaran dan praktik bagi SMK Pembangunan Pertanian. “Jika ini dapat dimaksimalkan, pasti kita dapat menghadapi semua kendala pertanian di Indramayu maupun di Indonesia,” tegas Carkaya.

Selanjutnya, Carkaya juga menyampaikan gambaran pembangunan Indramayu berbasis pertanian antara lain: dorong RT/RW, program infrastruktur dan suprastruktur, penguatan kelembagaan dan pendidikan pertanian, dan membentuk skema kredit khusus. “Bapak petani yang merasa tidak muda lagi jangan khawatir, yang namanya petani milenial bukan petani muda saja, tapi petani yang selalu mau belajar,” lanjutnya.

Sebagai bekal para petani dan penyuluh untuk memperkuat pondasi dan kerja sama, disampaikan materi korporasi pertanian oleh Yayat Sudaryat, dari Mitra Desa Pamarican (MDP). Latar belakang MDP yakni untuk mengoordinasikan bisnis dan membina petani agar produktivitas naik dan produknya bagus, mulai dari saat menanam, panen, hingga pasca panen. Untuk mencapai hasil maksimal diperlukan sinergi agar petani punya pasar yang terjamin. “Mayoritas petani hanya memproduksi tapi belum memiliki pasar yang jelas,” ungkap Yayat. Pembangunan kelembagaan saat ini sudah dimulai dari tingkat kecamatan yang umumnya dalam bentuk kelompok tani. Namun kelompok tani masih sangat bergantung dari bantuan dan akan hilang jika tidak ada bantuan. Untuk itu diharapkan kelompok tani dapat secara mandiri membangun korporasi dengan pihak-pihak yang mempunyai kapasitas.

Terakhir, Ahmad Farhan dari Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) menyampaikan materi pengolahan limbah organik. Melihat potensi Indramayu yang juga memiliki banyak peternak dan peternakan, limbah organik seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah bagi petani. Farhan menjelaskan perbedaan antara pupuk kimia dan organik, serta keunggulan pupuk organik antara lain: meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. “Jangan sedikit-sedikit membeli pupuk sintetis (kimia) agar tidak ketergantungan,” jelas Farhan. Farhan juga memaparkan cara pengolahan limbah organik dengan mudah yang dapat dilakukan pada skala rumah tangga.

Melalui bimtek ini, diharapkan petani mendapat masukan dan ilmu baru yang dapat diterapkan dalam kesehariannya. Begitu pula dengan para penyuluh, dihrapkan dapatr menyebarluaskan kepada penyuluh lainnya maupun petani. “Semoga acara seperti ini dapat lebih diperbanyak, materinya sudah sesuai dengan kebutuhan para petani di Indramayu dan kalau bisa mengadakan pelatihan untuk para peternak juga karena di desa kami juga banyak peternak,” ungkap Widya, penyuluh DPP Sindang. 

Sejalan dengan misi Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengatakan peningkatan kualitas SDM menjadi salah satu fokus Kementan. “Salah satu fokus kita adalah meningkatan kualitas SDM. Dengan SDM yang berkualitas tersebut, kita akan meningkatkan pertanian," tegas SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, juga menyampaikan pentingnya peningkatan SDM. "Jika ingin pertanian maju, majukan dahulu kualitas SDM. Karena SDM yang berkualitas bisa menghadirkan inovasi dan terobosan-terobosan yang dibutuhkan pertanian," kata Dedi.