Ajak Petani Jadi Petani Milenial, Ketua DPD Jawa Barat Apresiasi Kementerian Pertanian
“Petani millennial bukan petani muda yang selfie dan pakai hastag #banggajadipetani” Pernyataan tersebut disampaikan secara tegas oleh Carkaya, Ketua DPD Jawa Barat, Kabupaten Indramayu, saat menyampaikan materi kendala dan potensi pembangunan pertanian di Indramayu pada Bimbingan Teknis (Bimtek), Jumat (5/03/2021) di Hotel Wiwi Perkasa II, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bimtek kali ini bertemakan “Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Kabupaten Indramayu”.
Carkaya mengawali dengan gambaran geografis Indramayu dengan luas wilayah 204.011 Ha dan terdiri atas 110.877 Ha tanah sawah (54,35%) dengan irigasi teknis sebesar 72.591 Ha, 11.868 Ha setengah teknis, 4.365 Ha irigasi sederhana PU, dan 3.129 Ha irigasi non PU, sedang 18.275 Ha diantaranya adalah sawah tadah hujan. Indramayu juga merupakan salah satu penghasil padi terbesar di Indonesia selain Karawang, Cilacap, Subang, dan Banyuasin yang pernah menjadi produsen beras nomor satu nasional pada 2019. “Luas lahan pertanian di Indramayu sudah maksimal, namun produktivitasnya belum,” ungkap Carkaya.
Rata-rata kebutuhan beras Indramayu setiap tahun mencapai 170,38 ton/tahun. Angka tersebut didapat dengan mengalikan jumlah penduduk yakni sebanyak 1.834 juta jiwa dengan konsumsi/kapita/tahun sebanyak 92.9 kg. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan sinergi antara petani dan pemerintah khususnya Kabupaten Indramayu untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, salah satunya melalui pembangunan Indramayu berbasis pertanian.
Terdapat lima hal yang dilakukan untuk mencapai pembangunan berbasis pertanian yakni: mendorong RT/RW untuk membangun lahan pertanian; program infrastruktur dan suprastruktur, mencakup kepastian ketersediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, dan saprodi; penguatan kelembagaan petani, menjadikan gapoktan dan poktan sebagai koperasi, fasilitas, pemberdayaan penyuluh, dan penyerapan produksi; membangun SMK Pertanian, akademi komunitas, dan sekolah lapang, mencakup beasiswa untuk anak-anak petani, magang keluar negeri, sekolah lapang dan proses regenerasi; serta membentuk skema kredit khusus, menjadikan Koperasi Usaha Rakyat (KUR) tidak boleh ada jaminan dan ada peran dari bupati.
Regenerasi petani di negara yang sudah maju pertaniannya masih terkendala dengan kurangnya minat generasi muda menjadi petani. Oleh sebab itu, Carkaya mengapresiasi program Kementerian Pertanian di Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) tentang petani millennial. Adapun program petani millennial memiliki empat aspek yakni: pertumbuhan wirausaha muda, penyelenggaraan vokasi pertanian, pertumbuhan kelompok usaha bersama petani, dan memfasilitasi pembelajaran dan praktik bagi SMK Pembangunan Pertanian. “ini program yang sudah berjalan dari Kementerian Pertanian. Saya mengapresiasi program Kementan menghimpun anak muda sebagai aset insani pertanian,” ungkap Carkaya. “Namun yang perlu diluruskan adalah petani milenial bukan hanya sekadar petani muda yang selfie di sawah dan pakai #banggajadipetani, petani millennial adalah petani yang terus mau belajar,” tegasnya. Carkaya juga mengajak seluruh petani yang hadir di ruangan untuk menjadi petani milenial yang terus belajar dan meningkatkan kapasitas.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan “kekayaaan sumber daya alam di Indonesia, membuka banyak peluang bisnis pertanian yang luas untuk digarap kaum milenial ini. Ia menambahkan keterlibatan generasi milenial dalam mendukung, mengembangkan, serta memajukan sektor pertanian menjadi sangat dibutuhkan. Pertanian juga perlu sentuhan serta terobosan generasi ini”. Syahrul juga mengajak seluruh masyarakat termasuk kaum milenial untuk menerapkan pola makan sehat dengan turut mengampanyekan peningkatan konsumsi pangan lokal di setiap daerah. Ia menegaskan, Kementan akan siap mendukung penuh upaya peningkatan konsumsi pangan lokal.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) juga mengimbau para generasi milenial untuk dapat terjun langsung menjadi pelaku usaha tani. “Ayo sebanyak-banyaknya lahirkan petani milenial. Petani milenial yang ada juga bisa mengajak rekan-rekannya agar terjun ke pertanian. Kalau ada 1000 petani milenial, mudah-mudahan kita akan menghadapi pertanian yang lebih maju,” paparnya