Kementan Cetak Petani Milenial melalui Pelatihan Vokasi Komoditas Hortikultura

-IMG 20210412 5552Untuk menciptakan pertanian yang maju, mandiri, dan modern, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, mendorong generasi milenial untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pertanian. Disampaikan bahwa untuk mengoptimalkan sektor pertanian ke depan tidak lepas dari peran pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah mencanangkan Tiga Program Aksi yaitu, Gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani), penyuluhan pendidikan vokasi dan pelatihan mendukung petani pengusaha milenial, serta penyuluhan pendidikan vokasi dan pelatihan mendukung program utama Kementan.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menjadi salah satu UPT Pelatihan lingkup Kementerian Pertanian yang dipercaya untuk menyelenggarakan Pelatihan Vokasi Komoditas Hortikultura (Operator Budidaya Organik Tanaman) di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan (P4S) Okiagaru, Cianjur, Jawa Barat. Diikuti 30 orang petani milenial, pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani milenial dalam penerapan pertanian organik dan meningkatkan kompetensi petani milenial dalam mengembangkan pertanian organik.

Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari sejak Sabtu (10/4), dengan metode klasikal dan praktik. “Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), dan Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) mempunyai misi mengembangkan wirausahawan milenial dengan target 2.500.000 orang dalam lima tahun.” buka Dedih Zaenudin, Koordinator Penyelenggaraan Pelatihan BBPP Lembang. Salah satu cara mewujudkan target tersebut yakni melalui P4S yang akan mencetak 500.000 petani milenial setiap tahunnya.

Ada beberapa kompetensi komoditas hortikultura, lanjut Dedih, sehingga dalam pelaksanaannya pelatihan ini disesuaikan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). “Bapak dan Ibu setelah ini dapat mengikuti uji kompetensi dan akan mendapat sertifikat. Sertfikat tersebut berlaku secara nasional maupun internasional,” jelasnya.

Fasilitator pelatihan berasal dari Dinas Pertanian, Widyaiswara BBPP Lembang, dan pengelola P4S Okiagaru, yang kompeten di bidangnya dan memiliki pengalaman melatih, serta mampu menilai hasil berlatih peserta sehingga dapat melakukan pembinaan peserta hingga pasca pelatihan.

“Peserta harus fokus dan menyerap materi yang disampaikan pemateri. Setelah pelatihan diharapkan ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan,” tutup Dedih. Sebagai output dari hasil pelatihan peserta akan membuat rencana tindak lanjut untuk diimplementasikan. Pasca pelatihan akan dilakukan monitoring dan evaluasi melalui rencana tindak lanjut peserta sebagai salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pelatihan.

Mendukung kegiatan tersebut, pada lain kesempatan, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menyampaikan dukungannya. Menurut Dedi, jumlah petani Indonesia saat ini sekitar 33 juta orang. Dari jumlah itu, hanya sekitar 29% petani yang usianya kurang dari 40 tahun atau disebut sebagai petani milenial. Oleh karena itu, Dedi menilai, pengembangan pendidikan vokasi menjadi kunci. Sebab lewat pendidikan vokasi ini bisa banyak lahir petani milenial.

Dedi melanjutkan, petani milenial produk vokasi harus mampu masuk dunia usaha dan dunia industri. Makanya, sistem vokasi harus selaras dengan dunia usaha dan industri, termasuk dalam kurikulum dan proses belajar mengajar. "Vokasi harus mengetahui apa yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri. Dalam pendidikan vokasi 30% di kelas, 70% di teaching factory dan magang di dunia industri. Mereka melakukan praktik langsung di lapangan. Harus mengenal baik dunia usaha dan dunia industri sebelum terjun ke dunia itu," katanya.