Eco-Enzyme, Inovasi Pengungkit Produktivitas Padi
BANJARAN - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menggenjot produksi dan produktivitas komoditas pangan strategis diantaranya padi agar dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Diantara upaya yang sedang dilakukan seperti peningkatan indeks pertanaman (IP), penggunaan varietas unggul baru (VUB) padi yang adaptif, penggunaan alat mesin pertanian, salah satu yang dapat diaplikasikan untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan melalui eco-enzyme.
Mengambil lokasi langsung di area usahatani P4S Al-Mukhlis di Desa Kiangroke Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Al-Mukhlis, menyelenggarakan Bertani on Cloud (BOC) volume 255 secara online dengan tema Eco-enzyme, Pengungkit Produksi Padi (8/3/2024).
Sebanyak 937 orang yang mengakses kegiatan BOC ini melalui aplikasi zoom dan 540 yang menyaksikan melalui live streaming youtube BBPP Lembang.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam sambutannya menjelaskan pertanian organik sudah berkembang sejak tahun 1950 pasca perang dunia ke-2, di saat bencana kelaparan melanda dunia maka dilakukan berbagai penelitian menciptakan inovasi teknologi untuk mendongkrak produktivitas pangan.
"Berbagai inovasi teknologi ditemukan mulai dari varietas benih padi untuk menghasilkan produksi tinggi, diiringi ditemukan pupuk kimia dan pestisida kimia. Namun karena penggunaan bahan agrokimia tersebut secara berlebihan untuk menghasilkan produksi tinggi, lama kelamaan menyebabkan tanah tidak sehat dan saat ini menyebabkan perubahan iklim global,"jelas Dedi.
Dedi menambahkan bahwa sebenarnya saat itu sudah juga diiringi pemanfaatan berbagai bahan organik yang ada di sekitar yaitu pupuk kandang, pupuk hayati, biofertilizer bahkan eco-enzyme untuk menyuburkan tanaman namun pergerakannya belum masif.
Melalui kegiatan BOC ini, Dedi mengajak petani dan seluruh stakeholder pertanian untuk menerapkan pertanian organik mulai dari penggunaan pupuk organik, pembenah tanah, pestisida nabati dan eco-enzyme yang kaya akan unsur hara makro dan mikro, dapat mempercepat proses reaksi di dalam tanaman sehingga mendongkrak produksi pangan.
"Pertanian organik mampu menyehatkan tanaman dan menjadi penyelamat pertanian kita. Bisa dikombinasi dengan pupuk kimia atau pestisida kimia namun jangan berlebihan dan sesuai dosis,"kaya Dedi.
Di akhir sambutan, Kepala Badan mengapresiasi BBPP Lembang berkolaborasi dengan P4S Al-Mukhlis untuk mengenalkan eco-enzyme.
"P4S Al-Mukhlis menjadi pelopor untuk menyehatkan tanah, pangan yang sehat, pelopor menghasilkan bangsa yang sehat, kuat dan hebat,"jelasnya.
Ketua P4S Al-Mukhlis, H. A. Nono S menjelaskan kegiatan pelatihan dan permagangan yang dilakukan oleh P4S Al-Mukhlis sejak tahun 2004 dan juga kegiatan agribisnis padi yang dijalankan sudah puluhan tahun, dari hulu hingga hilir. P4S Al-Mukhlis mengelola persawahan sebanyak 40 hektar, terdiri dari padi organik seluas 5 hektar, padi semi organik 5 hektar dan padi konvensional 30 hektar.
P4S Al-Mukhlis pun sudah bergerak di sektor hilir dengan menjual padi tidak hanya dalam bentuk gabah/ beras dan mengelola Rumah Makan Riung Panyaungan yang selalu ramai oleh pengunjung. Dijelaskan Nono, dari limbah restoran yang dikelolanya berupa limbah sisa buah-buahan dan sayur, maka sudah 2 tahun berjalan ini diolah menjadi eco-enzyme yang diaplikasikan ke tanaman padi dan terbukti manfaatnya dapat menyehatkan tanah dan dan mengungkit produktivitas tanaman padi.
Secara teknis, Sekretaris P4S Al-Mukhlis, Dadang Sulaeman pun mempraktikan membuat eco-enzyme yang sangat mudah dengan mencampurkan limbah dapur kulit buah-buahan dan sayuran yang masih segar, dengan molase dan air.
Diakhir sesi pun dilakukan diskusi seputar pembuatan eco-enzyme dan pengaplikasiannya serta terbukti dapat meningkatkan produktivitas padi sebesar 30% dengan catatan tidak ada serangan hama tikus atau burung yang signifikan mengganggu pertumbuhan tanaman padi.
Hadir menutup acara, Kepala BBPP Lembang Ajat Jatnika yang memotivasi seluruh peserta.
"Membangun pertanian organik membutuhkan kolaborasi dan komitmen dari seluruh stakeholder pertanian”, tutupnya.