Pengurus Pesantren 3 Provinsi Pelajari Hidroponik Jadi Bisnis Menguntungkan
Dalam rangka kegiatan peningkatan dan pengembangan usaha Pondok Pesantren di 3 provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Selatan, Jawa Timur dan DKI Jakarta, 15 orang pengurus bisnis pondok pesantren mengadakan site visit ke Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.
LEMBANG. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, di berbagai kegiatan menegaskan menjaga ketahanan pangan sama halnya dengan menjaga ketahanan negara. Untuk itu peningkatan produksi pertanian harus terus dilakukan guna memperkuat ketahanan negara serta pangan nasional. Sinergi dan kolaborasi antar kementerian, pemerintah provinsi hingga kabupaten dan desa, terus diperkuat untuk meraih hasil maksimal.
Keterbatasan lahan untuk menjalankan budidaya pertanian merupakan tantangan yang besar bagi penduduk Indonesia. Hidroponik merupakan solusi dari permasalahan tersebut dan SDM pertanian menjadi faktor penting yang menjalankan budidaya tanaman hidroponik ini. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan, "Perlu dilakukan pelatihan, pendampingan dan kegiatan lainnya yang akan menarik minat masyarakat untuk melakukan budidaya hidroponik yang jika dilakukan dengan benar merupakan bisnis yang menjanjikan," tutur Dedi.
Kamis (23/11/2023), 15 orang peserta pelatihan yang sedang berlatih di Ponpes Al-Ittifaq Ciwidey Kabupaten Bandung sambangi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Rombongan diterima oleh Kepala Balai, Ajat Jatnika. "BBPP Lembang dan Ponpes Al-Ittifaq memiliki hubungan yang sangat dekat sudah bertahun lamanya. Al-Ittifaq juga merupakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) binaan BBPP Lembang," terang Ajat.
Selanjutnya, peserta memperoleh materi tentang budidaya tanaman secara hidroponik dari widyaiswara BBPP Lembang, Hendra Gunawan. Hendra menjelaskan prinsip dasar pertanian hidroponik, prospek bisnis budidaya tanaman melalui hidroponik dan berbagai sistem di hidroponik mulai dari deep flow technique (DFT), nutrient film technique (NFT), irigasi tetes, aeroponik, dan yang paling mudah diaplikasikan yakni wick system.
"Selain sebagai widyaiswara, saya juga seorang petani. Saya petani hidroponik yang melakukan pembenihan kentang dengan sistem aeroponik. Tidak butuh lahan luas, hanya 400m2 di dalam screen dan saya tidak perlu kotor-kotoran dan tidak perlu mencangkul. Saya bisa menghasilkan pundi-pundi uang dari pembenihan kentang yang sudah saya jalani cukup lama," cerita Hendra.
Hendra mengajak peserta kunjungan ke lahan praktik Inkubator Agribisnis BBPP Lembang, yaitu screen house yang sedang membudidayakan sayuran dengan teknologi hidroponik. Di screen house aeroponik kentang seluas 200m2 yang baru saja ditanami 2.000 stek tanaman kentang usia 7 hari, menarik peserta untuk diskusi.
Widyaiswara dan petugas memberikan penjelasan tentang nutrisi AB mix dan proses budidaya mulai dari planlet kentang di laboratorium kultur jaringan yang diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2,5 bulan, baru ditanam di bak aeroponik selama 110 hari hingga proses pengeringan sebelum dipanen, menghasilkan umbi kentang G0 rata-rata 15 knol per tanaman dan dijual per umbi Rp2.000-3.000.
Peserta juga melihat screen house tanaman tomat beef yang dibudidayakan dengan sistem irigasi tetes. Widyaiswara berpesan kepada peserta kunjungan, hidroponik akan menjanjikan keuntungan berlipat asalkan bisa memilih komoditas tanaman yang nilai jualnya tinggi, seperti kentang, melon, paprika, tomat beef, dan cabai. Tanaman anggur yang sedang dibudidayakan di screen house juga menarik minat peserta untuk melihat dan diskusi tentang tahapan demi tahapan budidayanya. Teknik budidaya, pruning, pemeliharaan dan panen anggur serta varietas anggur menjadi topik diskusi.
Samsul Bahri, peserta dari Musi Banyuasin menyampaikan dari kunjungan ini memperoleh banyak inspirasi. "Sepulang dari sini saya akan coba kembangkan konsep-konsep yang ada di BBPP Lembang," ujarnya.
Editor: Abd. Rohim, SP, MP (Widyaiswara Ahli Madya BBPP Lembang)