UPT Pelatihan Kementan Tingkatkan Kompetensi Penyuluh Jawa Barat untuk Komoditas Perkebunan
LEMBANG - Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, melakukan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Penyuluh Komoditas Kopi dan Teh. Pelatihan yang dilaksanakan selama 5 hari, 19 – 23 Mei 2025, diikuti 20 penyuluh pertanian dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Terutama yang memiliki potensi komoditas kopi dan teh di wilayah binaannya.
Pengembangan SDM di sektor pertanian dilakukan untuk mendorong pertanian yang produktif dan berkelanjutan. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan SDM harus terus digenjot kompetensinya. Karena perannya penting untuk membangun pertanian Indonesia adalah penyuluh pertanian. "Penyuluh pertanian (PPL) berperan penting dalam mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan nasional,"kata Amran yang menyebut PPL sebagai pilar utama dan ujung tombak pertanian Indonesia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM di bidang pertanian, termasuk penyuluh. "Penyuluh pertanian perlu terus mengikuti berbagai pelatihan dan program pengembangan,"tuturnya. Menurutnya, penyuluh perlu terus belajar dan menguasai informasi teknologi terbaru agar dapat mendampingi petani dengan lebih efektif.
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Penyuluh Komoditas Kopi dan Teh dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Gandjar Yudniarsa. "Komoditas perkebunan terutama kopi dan teh menjadi primadona di provinsi Jawa Barat, sehingga perlu terus dikembangkan khususnya untuk orientasi ekspor sehingga dapat menambah devisa negara,"tuturnya.
Selama 5 hari, peserta memperoleh materi baik secara klasikal maupun praktik langsung. Materinya adalah Kebijakan Pembangunan Perkebunan di Jawa Barat, Motivasi Berprestasi dan Cara Budidaya yang Baik pada Tanaman Kopi dan Teh.
Selanjutnya, widyaiswara sharing tentang Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Peyakit Kopi dan Teh. Pada materi ini, peserta diajak mengidentifikasi hama dan penyakit yang ada di tanaman kopi varietas Arabika yang dibudidayakan di Inkubator Agribisnis BBPP Lembang.
Pada materi Penanganan Panen, Pascapanen dan Pengolahan Kopi dan Teh, peserta kembali diajak ke kebun kopi yang dikelola BBPP Lembang. Di sana, peserta praktik panen kopi dan menuju ruang pascapanen kopi untuk praktik sortasi buah kopi, pencucian, pengelupasan (pulping), hingga pengenalan alat-alat untuk peracikan kopi diantaranya V60, vietnam drip, dan espresso.
Selanjutnya, diberikan materi Teknik Komunikasi, Teknik Pendampingan, Strategi Pengembangan Inovasi, Pemasaran Digital dan Akses Pasar. Pada materi pemasaran digital, peserta praktik branding produk teh dan kopi melalui pembuatan desain logo menggunakan aplikasi canva.
Selanjutnya peserta diberi materi Analisa Usahatani Kopi dan Teh dan Kelembagaan Ekonomi Petani dan Kopi.
Pelatihan ditutup, Jumat (23/5/2025). Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan, peserta menilai bahwa materi yang disampaikan relevan dan aplikatif serta dapat diimplementasikan di lapangan dan diisebarluaskan kepada petani. Pelatihan ini juga meningkatkan kompetensi peserta yang dilihat dari hasil evaluasi pemahaman materi, dari nilai rata-rata 47,56 menjadi 86,33 atau sebesar 84,51%.
Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, yang memberi sambutan sebelum menutup pelatihan, mengingatkan peserta bahwa yang terpenting dalam suatu pelatihan adalah imlementasi setelah peserta kembali ke wilayah kerja masing-masing. "Saat ini yang terpenting saat ini tidak hanya output, namun sudah tahap outcome bahwa pelatihan dapat mendukung peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian," katanya.
Salah seorang peserta, Diat Sujatman, penyuluh pertanian dari Kabupaten Sukabumi, menyampaikan apresiasi atas terselengaranya pelatihan ini. "Pelatihan ini penting untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan kopi dan teh karena menjadi komoditas strategis baik secara ekonomi dan sosial budaya," ujarnya. "Mengikuti pelatihan ini menyegarkan pemahaman kami dan memotivasi kami untuk terus beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang karena penyuluh pertanian adalah agen perubahan,"kata Diat lagi.