BBPP Kementan Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Enam Negara Afrika Melalui Analisa Usaha Tani
Analisa usaha tani merupakan salah satu tahapan penting dalam
mengidentifikasi potensi dan tantangan yang dihadapi oleh para petani. Melalui analisis
ini, petani dapat memahami faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas,
efisiensi, dan keberlanjutan usaha tani mereka.
LEMBANG – Sebagai penyelenggara Pelatihan Agribisnis Padi bagi Enam Negara Afrika, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyampaikan materi Analisa Usaha Tani sebagai salah satu materi inti.
Bertempat di ruang kelas krisan I BBPP Lembang pada Rabu (15/11),
Widyaiswara BBPP Lembang, Dewi Padmisari, Rosros Rosdiantini, Sani Hanifah, dan
Elsy Lediana, menyampaikan materi
tersebut.
Mengawali materi, Dewi membagikan kertas bergambar kepada 12 orang
peserta. Masing-masing mendapatkan dua lembar gambar yang merupakan komponen
dari variable cost dan fixed cost dalam berusaha tani.
Peserta kemudian mengelompokkan masing-masing komponen dengan cara
menempelkan di atas kertas bertuliskan variable cost dan fixed cost. Pembelajaran
kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Sesi diskusi menjadi sangat menarik saat
masing-masing peserta menceritakan pengalaman di negaranya. Terlebih latar
belakang peserta kali ini adalah petani dan penyuluh yang telah banyak memiliki
pengalaman di lapangan.
Selanjutnya peserta terbagi sesuai negaranya. Masing-masing negara
terdiri dari dua orang yang akan menjadi kelompok kerja.
Widyaiswara kemudian memberikan kertas lembar kerja analisa usaha
tani yang harus diisi oleh masing-masing kelompok. Secara bergantian,
Widyaiswara membimbing peserta dalam mengerjakan lembar kerja tersebut.
Sesi pembelajaran ditutup dengan pembahasan lembar kerja analisa
usaha tani yang telah dikerjakan peserta.
Di akhir sesi pembelajaran, Mohammed Ali Sh Abdi, peserta asal
Somalia menyampaikan kesannya. Diakuinya materi kali ini menjadi pembelajaran
yang berguna. Ia juga ingin menerapkan analisa usaha tani kepada petani binaan
dan rekan-rekan penyuluh di negaranya.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta dapat melakukan
analisa usaha tani guna membantu dalam merencanakan strategi yang tepat
untuk meningkatkan hasil panen, mengelola sumber daya secara efektif, dan
mengurangi risiko kerugian.
Pelatihan Agribisnis Padi bagi Petani dan Penyuluh Pertanian
Afrika kali ini menjadi pelatihan pertama yang diselenggarakan secara luring
pasca pandemi Covid-19. Ini menjadi salah satu komitmen Kementan untuk membina
kerja sama internasional. Terutama dalam upaya memastikan
ketahanan pangan di seluruh dunia.
Sebagai
informasi, pelatihan ini merupakan kerja sama Kementerian Pertanian melalui
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dengan Kementerian Luar Negeri
melalui Kerja Sama Pembangunan Internasional (KSPI), didanai oleh Lembaga Dana
Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) Kementerian Keuangan.
Disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi,
“adanya pelatihan ini memberikan kontribusi dalam membangun ketahanan guna
menghadapi tantangan terkait perubahan iklim, serta mendorong masa depan
budidaya padi yang berkelanjutan baik di Indonesia maupun di Afrika”.
Hal tersebut sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran
Sulaiman.
Mentan Amran menyampaikan bahwa “pangan menjadi aspek paling
strategis yang wajib dibangun bersama”. Menurutnya, ketahanan pangan identik
dengan ketahanan negara.
"Ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara. Kalau
krisis ekonomi itu kita mampu bertahan, kita bisa lewati. Krisis kesehatan, covid 19 kita lewati, tapi kalau krisis pangan
bisa berdampak pada lainnya. Jadi, kita harus betul-betul
bersama menjaganya," tutur Mentan Amran. (DRY/YKO)
Editor: Abd. Rohim