Kementan Kenalkan Needs and Opportunities Assessment (NOA) Agribisnis Padi Kepada Peserta Afrika

Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen mewujudkan kedaulatan pangan dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pertanian akan menguntungkan bila bergerak dari hulu hingga hilir. Karenanya, bertani tidak hanya menanam, namun juga menerapkan agribisnis, terlebih pada komoditas utama seperti padi.


Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri lewat Kerja Sama Pembangunan Internasional (KSPI), didanai oleh Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) Kementerian Keuangan, menyelenggarakan International Training Course on Rice Agribusiness for African Countries pada 5-18 November 2023. Pelatihan diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Jawa Barat.

Selasa (7/11), 12 orang peserta yang terdiri dari petani dan penyuluh dari enam negara Afrika mendapatkan materi “Needs and Opportunities Assessment (NOA) for Rice Agribusiness (Kajian Kebutuhan dan Peluang Agribisnis Padi)”.

Materi disampaikan oleh Widyaiswara BBPP Lembang, Yeyep Dintan.

NOA dilakukan sebagai langkah awal untuk merancang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya petani di suatu wilayah. Lebih lanjut, dalam melakukan analisis terdapat instrumen yang digunakan sebagai alat bantu dalam mendiagnosis kendala dan permasalahan di lapangan, khususnya bagi para penyuluh.

Yeyep juga menyampaikan beberapa manfaat melakukan kajian tersebut antara lain: memahami sistem produksi dan pemanfaatan sumber daya alam; mengetahui kendala, permasalan, dan cara mengatasi dalam upaya peningkatan produksi padi di suatu daerah; dan sebagai metode/langkah dalam menentukan teknologi budidaya padi spesifik lokasi.

Selanjutnya Yeyep memaparkan langkah-langkah melakukan NOA dengan memberikan contoh yang pernah dilakukannya langsung bersama para petani di wilayah binaannya.

Instrumen yang digunakan dalam asesmen berupa formulir yang terdiri dari dari empat formulir. 

Formulir pertama merupakan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi. Pada form tersebut dituliskan permasalahan berkaitan dengan penggunaan teknologi di lapangan. Selanjutnya melalui tabel tersebut penyuluh menentukan prioritas dari permasalahan yang didapat.

Pada formulir kedua terdapat tabel untuk menganalisis permasalahan. Table tersebut memuat informasi tentang permasalahan, area yang terdampak, frekuensi, dan jumlah. Pada masing-masing komponen diberikan skor penilaian.

Formulir ketiga berisikan tabel yang memuat prioritas permasalahan berdasarkan jumlah skor pada form 2. Terakhir pada formulir keempat memuat informasi permasalahan dan penyebab dalam agribisnis padi.

Di akhir materi Yeyep kemudian menjelaskan tindak lanjut yakni menyajikan laporan NOA. “Dalam penyajian laporan NOA, seluruh data sekunder dan primer yang telah dikumpulkan dan didiskusikan dengan masyarakat desa disertakan dalam lampiran. Selanjutnya diskusikan kembali hasil NOA dengan kelompok tani. Selanjutnya menjelaskan solusi yang harus diterapkan/teknologi yang akan diterapkan,” papar Yeyep.

BBPP Lembang menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelatihan di bawah BPPSDMP yang mendapat kepercayaan sebagai penyelenggara pelatihan internasional bagi negara Afrika. Dikatakan Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi terutama tanaman padi bagi negara Afrika. Menurutnya melalui kerja sama pelatihan ini, Kementerian Pertanian tidak hanya berupaya meningkatkan produksi pangan nasional, namun juga menunjukkan kiprahnya (Kementan) di kancah internasional. (DRY/YKO)

 Editor: Abd. Rohim