Smart Farming, Kunci Transformasi Menuju Pertanian Modern

Pemanfaatan smart farming atau pertanian cerdas telahmenjadi kunci dalam transformasi industri pertanian modern. Teknologi sepertisensor, drone, dan analitik data memungkinkan petani untuk mengoptimalkanproses pertanian mereka dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tidak hanya meningkatkan produktivitas, namun juga membantumengurangi dampak lingkungan dengan penggunaan sumber daya seperti air dannutrisi yang lebih efisien sesuai kebutuhan tanaman. Pemanfaatan smart farmingtelah membuka peluang baru dalam pertanian yang berkelanjutan dan adaptif,memberikan solusi cerdas untuk memenuhi tuntutan pertanian masa depan.

Kementerian Pertanian turut mengenalkan smart farming terutamauntuk menarik minat generasi muda terjun di sektor pertanian. Dengan adanya smartfarming, pertanian dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Dinyatakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber DayaManusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, smart farming mampu menggenjotproduktivitas.

"Smart farming mampu menekan ongkos produksi, minimal menekanpenggunaan pupuk dan pestisida kimia," paparnya.

Ia menjelaskan petani luar biasa adalah petani yang menggunakansmart farming, yaitu dengan memanfaatkan bioscience ataupun biotech,mulai dari penggunaan bibit dan benih, serta pemilihan nutrisi.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, menjadi salah satuUPT di bawah BPPSDMP yang telah mengimplementasikan smart farming diarea Inkubator Agribisnis (IA) sejak 2021 lalu. Hal ini menjadi daya tarik bagipara petani, penyuluh, dan insan pertanian lainnya yang berlatih di BBPPLembang untuk mempelajari lebih lanjut tentang smart farming tersebut.

Hal ini ternyata menarik Menteri Pertanian RI periode 2009-2014,Suswono, untuk mengetahui lebih lanjut implementasi smart farming diBBPP Lembang. Didampingi staf ahlinya, Suswono melakukan kunjungan ke BBPPLembang pada Jumat (20/10). Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, menyambut hangatkedatangan mantan Mentan ini.

Bersama Koordinator Widyaiswara, Kepala Bagian Umum, dan SubKoordinator BMN dan Rumah Tangga, Ajat mengajak Suswono berkeliling IA BBPPLembang, diawali dengan kunjungan ke area packing house. DijelaskanAjat, packing house ini merupakan kerja sama antara Kementan melaluiBBPP Lembang dengan Taiwan Technical Mission (TTM) yang sudah terjalin sejaktujuh tahun dan berakhir pada 2022 lalu.

Selanjutnya Ajat mengajak Suswono melihat screen house otomatis.Screen house yang tengah digunakan untuk perbenihan dan budidaya tanamantomat beef ini menarik perhatian Suswono. Menurutnya adanya screen house otomatisini mampu mendukung proses pelatihan dan memperluas jejaring kerja BBPPLembang.

“Penerapan teknologi pertanian juga harus dihitung nilai biaya dankeuntungannya (B/C Rasio di atas 1),” katanya.

Rombongan kemudian beranjak menuju instalasi hidroponik sistem DFTdan screen house anggur. Meskipun termasuk komoditas yang barudibudidayakan di BBPP Lembang, kini screen house anggur telah memilikikoleksi belasan varietas anggur. 

Kandang ternak menjadi titik selanjutnya. Ajat memperkenalkanKo-Mix hayati, pupuk kompos inovasi BBPP Lembang yang dibuat dengan menambahkanstarter Trichoderma pada campuran pupuk kompos.

Selanjutnya rombongan melewati area lahan konvensional danmengakhiri kunjungan di area laboratorium BBPP Lembang.

Di laboratorium kultur jaringan Suswono melihat koleksi tanamanyang sedang dibudidayakan dengan teknik kultur jaringan, diantaranya kentang,pisang, dan anggrek. Sementara di laboratorium pengolahan hasil, Ajat mengajakSuswono mencicipi es krim jagung sebagai salah satu alternatif pemanfaatanpangan lokal bernilai jual.

Suswono menilai teknologi smart farming yang dikembangkanIA BBPP Lembang sudah cukup mumpuni. Namun yang terpenting adalah teknologitersebut dapat diimplementasikan di tingkat petani.

Menanggapi hal tersebut, Ajat Jatnika menyampaikan pihaknya terusberupaya agar IA dapat memberikan banyak manfaat, tidak hanya bagi BBPP Lembangdan peserta pelatihan, namun juga masyarakat luas. (DRY/YKO)