Gen Z Harapan Baru Masa Depan Pertanian Indonesia
Regenerasi petani di Indonesia menjadi suatu upaya memastikan ketahanan pangan dan berkelanjutannya sektor pertanian. Ini merupakan salah satu upaya konkret yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mendorong generasi muda untuk terlibat dalam pertanian. Termasuk penyediaan akses yang lebih baik terhadap pendidikan pertanian, teknologi modern, serta pembiayaan yang terjangkau, sehingga para petani muda dapat melihat pertanian bukan hanya sebagai mata pencaharian, tetapi juga sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
(SYL) dalam setiap kesempatannya mengingatkan bahwa kondisi dunia saat ini
membutuhkan tangan-tangan kreatif anak muda dalam memperkuat ketahanan pangan
nasional. Apalagi Indonesia sebagai negara besar memiliki tanah yang subur dan
bisa ditanami apa saja yang dibutuhkan masyarakat dunia.
"Dunia mengharapkan kita dan
pangan Indonesia harus menjadi sesuatu yang berarti. Karena itu yang pertama
mitigasi tantanganmu, kedua adaptasi dan yang ketiga adalah hadapi tantangan
ini secara bersama-sama," kata SYL.
Senada, Kepala Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, di
tangan milenial dan generasi Z pembangunan pertanian akan dijalankan.
“Kalian semua adalah motor penggerak
pertanian di negara yang kita cintai ini, terlepas dari generasai pendahulu
kalian yang saat ini sudah menjadi penggerak dan pelopor pembangunan
pertanian,” kata Dedi.
Balai Besar Pelatihan Peternakan
(BBPP) Lembang sebagai UPT di bawah naungan BPPSDMP turut berkontribusi dalam
meregenerasi petani, salah satunya dengan membuka kesempatan kepada siswa/siswi
untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BBPP Lembang.
Pada periode 26 Juni – 22 September
2023, sedikitnya 8 siswa asal SMK Negeri 1 Cipaku melaksanakan PKL di BBPP
Lembang. Selama masa PKL para siswa ditempatkan di Inkubator Agribisnis (IA)
yang dibagi di beberapa titik antara lain: lahan konvensional budidaya tanaman
cabai keriting, bawang merah, brokoli, dan screen tomat beef. Pelaksanaan PKL
dibimbing oleh Widyaiswara serta didampingi oleh petugas lapang.
Rabu (20/9), siswa melakukan seminar
akhir PKL. Ini menjadi salah satu syarat agar siswa dapat dinyatakan lulus PKL
di BBPP Lembang. Masing-masing siswa mempresentasikan hasil pengamatan dan
pengalamannya selama kurang lebih tiga bulan berkecimpung di IA BBPP Lembang.
Seperti yang diceritakan Yayu Yusnia.
Selama PKL Ia ditempatkan di lahan konvensional dengan komoditas bawang merah.
Ia memaparkan tahapan budidaya yang dilakukannya mulai dari persiapan lahan,
pemeliharaan, hingga panen dan pasca panen. “Persiapan lahan dilakukan mulai
dari pengolahan lahan, pembentukkan bedengan, pemupukan dasar, penghalusan
bedengan, pemasangan mulsa, pembuatan drainase, serta pembuatan lubang dan
jarak tanam,” paparnya.
Berbeda dengan Yayu, Lutfi Algifari
memaparkan budidaya tanaman tomat beef yang dilakukannya di screen irigasi
tetes.
Dipaparkannya, hal yang pertama
dilakukan adalah persiapan screen house, dilanjutkan dengan persemaian, penanaman,
pemeliharaan, panen, dan pasca panen.
Lutfi menceritakan keunggulan
budidaya di dalam screen yakni terlindung dari serangan hama, panas, dan hujan.
Sistem irigasi tetes menjadi hal baru yang belum Ia dapatkan di sekolah.
Setelah melakukan presentasi dan
mengumpulkan laporan kegiatan seluruh siswa dinyatakan lulus PKL. Ditemui di
pengujung masa PKL, Muhammad Nur Ikhsan menyatakan kesannya. Baginya pengalaman
PKL di BBPP Lembang menjadi pengalaman berharga dan baru baginya. Widyaiswara
dan pendamping di lapangan juga banyak membagikan pengalaman dan ilmu.
Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika,
juga menyatakan kesiapannya dalam mendorong pertumbuhan petani milenial melalui
berbagai pelatihan dan pendidikan di BBPP Lembang. Dengan demikian, regenerasi
petani tidak hanya akan memperkuat sektor pertanian, tetapi juga mendukung
pembangunan ekonomi dan ketahanan pangan Indonesia ke depan. (DRY/YKO)