Kolaborasi BBPP Lembang dan P4S Tri Karsa Inti Rakyat Sukses Curi Minat Ribuan Peserta BOC Volume 235
Perubahan iklim menjadi salah satu isu global terlebih bagi negara beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu dampak yang tengah dirasakan adalah El Nino atau fenomena naiknya suhu bumi. Karenanya Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Syahrul Yasin Limpo mengimbau seluruh jajaran untuk bersiap mengantisipasi dampak el nino tersebut.
Menurut Syahrul,
Kementan akan menyediakan pasokan pangan (beras) sebanyak 382 ton jika El Nino
melanda dalam keadaan yang relatif rendah. "Kalau El Nino dalam tingkat
yang rendah, dari analisis kami di antara kelembapan 42 sampai 50 akan shorted
kira-kira 382 ribu ton (beras). Kalau pendekatan ekstrem (kelembapan) di atas
800, kita siapkan di atas 1 juta ton," paparnya pada rapat koordinasi dan
gerakan nasional penanganan dampak El Nino.
Kendati
demikian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) turut
melakukan berbagai langkah antisipasi dan memepersiapkan SDM pertanian dalam
menghadapi ancaman El Nino. Salah satunya melalui kegiatan Bertani On Cloud
(BOC) Volume 235 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Lembang pada Kamis (14/9).
Mengangkat tema
“Eco-Enzyme Alternatif Cerdas
Menekan Dampak Perubahan Iklim”, BOC kali ini menggandeng Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Tri Karsa Inti Rakyat, Kota Depok, Jawa Barat.
P4S yang telah berdiri sejak 2016 ini, kini berfokus pada pengembangan
eco-enzyme dan berbagai produk turunannya. Tidak hanya lingkup rumah tangga,
berbagai pelatihan telah diselenggarakan bagi siswa, mahasiswa, masyarakat
umum, maupun di lingkup perkantoran.
Disiarkan secara
langsung dari BBPP Lembang, tidak kurang dari 500 peserta bergabung melalui
Zoom Meeting dan 1.859 peserta lainnya menyaksikan via Live Streaming
Youtube.
Kepala BPPSDMP,
Dedi Nursyamsi, membuka BOC kali ini. Disampaikan Dedi Fenomena El Nino
merupakan salah satu dampak perubahan iklim. Karenanya yang harus dilakukan
adalah mengurangi penggunaan produk-produk kimiawi dan kembali ke pertanian
organik.
“Esesnsi dari
eco-enzyme adalah back to nature. Kita harus bangun pertanian organik.
Pertanian organik sudah terbukti sehat dan menyehatkan bagi tanah dan juga
produk yang dihasilkan,” kata Dedi.
BOC dilanjutkan
dengan sesi pertama yakni pengenalan P4S Tri Karsa Inti Rakyat bersama Meliyarta,
Ketua P4S. Dipandu Widyaiswara BBPP Lembang, Fiadini Putri, wanita yang akrab
disapa Meli ini menceritakan perjalanan P4S yang dipimpinnya.
“P4S kami telah
berdiri sejak 2016 dengan komoditas hortikultura. Namun kami sempat vakum, dan
kembali aktif pada 2019 dengan menggandeng UMKM mencetak berbagai produk olahan
seperti bir pletok, sirup blimbing wuluh, dan tahu bakso. Setelahnya kami juga
membuat berbagai produk olahan eco-enzyme, seperti berbagai jenis sabun yang
ada di sini,” jelas Meli sambil menjelaskan contoh produk yang dibawanya.
Turut hadir
Mamik Winiastuti, penyuluh pendamping P4S. Mamik menceritakan peran penyuluh
dalam mendukung kegiatan P4S. “Penyuluh harus turut aktif. Kami harus selalu
memotivasi dan mengedukasi P4S dan memikirkan kebutuhan di P4S yang harus
dipenuhi. Peran penyuluh harus maksimal dengan berbagai kolaborasi dan
komunikasi yang berkelanjutan,” ungkap Mamik.
Selanjutnya,
Widyaiswara BBPP Lembang, Chesara Novatiano mengajak peserta praktik membuat
eco-enzyme.
Dinny Retnawati
menjadi narasumber pada sesi ini. Ia menjelaskan pembuatan eco-enzyme telah
memiliki standar yang baku dan harus sesuai takaran. “Bahan utama yang digunakan yakni sisa
buah-buahan seperti kulit buah ataupun sayur-sayuran yang masih basah. Kita
juga menggunakan molase atau gula merah sebagai penggantinya, dan terakhir
adalah air. Perbandingan yang digunakan adalah 3:1:10 yang terdiri dari limbah
sayur dan buah, molase, dan air,” paparnya.
Ia juga
menyarankan penambahan sereh untuk membuat eco-enzyme yang lebih wangi.
Sesi terakhir
merupakan sesi diskusi. Nampak peserta tertarik dengan materi yang disampaikan
para narasumber. Berbagai pertanyaan melalui zoom, chat room, dan youtube
dijawab oleh narasumber.
Kepala BBPP
Lembang, Ajat Jatnika, menutup kegiatan BOC kali ini. Ajat mengapresiasi
antusiasme peserta yang telah bergabung.
“Topik
eco-enyzme yang disampaikan dalam BOC volume 235 ini diharapkan dapat memupuk
kesadaran bagi kita untuk turut menjaga lingkungan dan tetap dalam koridor back
to nature, terlebih dalam kondisi El Nino yang saat ini kita hadapi,”
pungkasnya.
Lebih lanjut
Ajat berpesan agar setelah menyaksikan BOC kali ini peserta mampu memulai
pertanian organik dari lingkup rumah tangga, salah satunya dengan eco-enzyme
yang mampu membawa sejuta manfaat. (DRY/YKO)