Bangun Generasi Penyuluh Pertanian Profesional, Kementan Latih Penyuluh di Empat Provinsi

Penyuluh pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Peningkatan produktivias dan efisiensi pertanian menjadi salah satu tugas dan fungsi utama penyuluh pertanian sebagai garda terdepan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendukung penuh peran penyuluh pertanian. Menurut Mentan, pada era 4.0 pertanian semakin berkembang pesat. Kualitas SDM pertanian harus terus menyesuaikan diri. Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian nasional, Mentan SYL menilai salah satu faktor utamanya adalah SDM.

Diakui SYL peran penyuluh sangat penting dalam menumbuhkan pertanian yang lebih kuat dan modern, karena penyuluh adalah ujung tombaknya pembangunan pertanian.

Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa SDM pertanian seperti widyaiswara, dosen, petani, penyuluh pertanian, praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan kapasitasnya untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian. Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, sebagai bagian dari BPPSDMP turut mengambil peran dalam peningkatan kapasitas SDM pertanian. Melalui berbagai program pelatihan yang diselenggarakan, BBPP Lembang membekali aparatur dan non-aparatur pertanian dengan tujuan utama peningkatan kompetensi.

Salah satunya melalui Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh Pertanian Ahli yang selama 21 hari mulai 21 Agustus hingga 10 September 2023.

Pelatihan diikuti oleh 30 orang penyuluh pertanian ahli dari empat provinsi, yakni: Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Sumatera Barat. Proses pembelajaran dilakukan secara klasikal di BBPP Lembang dan praktik kompetensi di Kabupaten Bogor.

Fasilitator berasal dari Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan), Widyaiswara, dinas/instansi yang relevan, dan para praktisi. Peserta mendapat 168 JP yang terdiri dari 14 materi inti, yaitu: Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian, Pendidikan Orang Dewasa (POD), Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian, Ketenagaan Penyuluhan Pertanian, Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem, Programa Penyuluhan Pertanian, dan Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan (RKTP).

Untuk memberikan motivasi dan pandangan baru kepada peserta, pembelajaran diawali dengan penyampaian materi dasar “Pengembangan Budaya Kerja dan Kode Etik Penyuluh Pertanian”. Materi dibawakan oleh Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, setelah membuka pelatihan.

Disampaikan Ajat, sebagai bagian dari ASN, penyuluh berpendoman pada core values BerAKHLAK serta budaya kerja lainnya yang mendukung tugas dan fungsi masing-masing instansi.

Peserta juga dibekali dengan materi Kebijakan Pembangunan Pertanian yang disampaikan oleh Muhamad Amin, Kepala Puslatan. Pada kesempatannya Ia menyampaikan strategi kebijakan nasional yang dilakukan Kementerian Pertanian, terlebih pasca Covid-19 dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. 

Pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (andragogi) dan dilakukan secara partisipatif dengan menggabungkan berbagai metode, antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan, demonstrasi, studi kasus, simulasi, praktik/seminar hasil praktik, observasi lapangan, dan pemecahan masalah.

Peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok besar selama proses pembelajaran hingga akhir penilaian akhir. Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem menjadi salah satu materi yang menjadi dasar dalam menyusun programa penyuluhan di wilayah praktik kompetensi.

Bertempat di Wilayah IV BPP Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, peserta melakukan obeservasi lapang secara berkelompok.

Usai serangkaian pelatihan dasar ini, diharapkan para penyuluh mampu menyusun program penyuluhan pertanian sesuai dengan potensi dan kebutuhan di wilayahnya masing-masing.

Di sela-sela observasi lapang pada 4-9 September 2023, Chazim Ali Seham mengungkapkan kesannya. Ia menyatakan pelatihan dasar fungsional ini memberikannya banyak ilmu dasar yang perlu dipahami oleh seorang penyuluh pertanian.

“Setelah belajar lebih dalam, saya lebih memahami bahwa penyuluhan memerlukan proses yang cukup panjang dan runut. Kegiatan yang dilakukan harus terencana dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkapnya. (DRY/YKO)