Kementan Dukung Food Estate Kabupaten Sumedang melalui Hilirisasi Produk Pangan Lokal
Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong produktivitas pangan lokal. Ini termasuk dalam konsep food estate yang kerap digalakkan Kementan di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Food estate bertujuan untuk mengatasi terjadinya krisis pangan dan diharapkan mampu meningkatkan produksi pangan domestik. Lebih lanjut, food estate juga membantu petani untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pengembangan hilirisasi produk pangan.
Selasa (24/5/22) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menggelar pelatihan bertema “Pengolahan Hasil Pangan Lokal Kabupaten Sumedang”.
Pelatihan dibuka oleh Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika.
“Pertanian saat ini bukan hanya sebatas menanam. Tapi kita harus terus berkembang dengan menciptakan produk-produk kreatif dan bernilai jual.” kata Ajat pada sambutannya.
Turut hadir Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, Edy Kusnadi Sudirman. Ia berharap selama berlatih peserta dapat menimba ilmu dan menerapkan di wilayah kerja masing-masing guna mendukung hilirisasi produk pangan lokal menjadi produk kreatif.
Pelatihan diikuti oleh 20 orang peserta yang terdiri dari ketua dan anggota KWT, serta penyuluh pertanian.
Selama dua hari berlatih peserta mendapat lima materi inti yang terdiri dari: Keamanan Pangan dan GMP, Pengemasan dan Pelabelan, Pemasaran Digital, PIRT dan Sertifikasi, Pengembangan Produk, dan Teknologi Pengolahan. Fasilitator berasal dari Widyaiswara BBPP Lembang spesialisasi pengolahan hasil pertanian.
Untuk memperkaya pengalaman, peserta melakukan praktik langsung di Labolatorium Pengolahan Hasil.
Pada materi pengemasan dan pelabelan, dan materi teknologi pengolahan peserta membuat berbagai bentuk kemasan dan label.
Sementara pada materi teknologi pengolahan, Widyaiswara memperkenalkan produk olahan dari lidah buaya, singkong, dan jahe, yang kemudian diolah menjadi teh lidah buaya, cendol lidah buaya, singkong balado, nugget singkong, dan permen jahe. Komoditas ini dipilih karena menjadi tiga dari komoditas pangan lokal yang banyak ditemui di Kabupaten Sumedang.
Suryani, salah satu peserta dari KWT Raksa Mustika, menyampaikan kesannya selama berlatih. “Saya sangat senang dengan adanya praktik pengolahan hasil. Ini sangat membantu bagi saya dan rekan-rekan, memberikan inspirasi bagi kami. Semoga saya dan rekan-rekan dapat mempraktikannya,” ungkap Suryani. Ia menambahkan, dirinya sangat terinspirasi dengan pemanfaatan lidah buaya menjadi cendol dan teh.
Kementerian Pertanian di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo terus berupaya menggenjot produktivitas pangan lokal. “Begitu banyak inovasi pangan lokal kita yang sudah dikembangkan. Jangan sampai hanya berhenti di lisensi. Harus berlanjut ke pasar dan bisa diekspor,” ungkap SYL pada kesempatan berbeda
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) juga turut mendukung hal tersebut. Kepala BPPSDMP, Prof. Dedi Nuryamsi, mengatakan, “produksi dan produktivitas pangan kita harus ditopang oleh kualitas SDM pertanian yang unggul kalau kita ingin mencapai sektor pertanian yang maju, mandiri dan modern,” ujarnya.
Pertanian, imbuh Prof. Dedi, saat ini lebih dari sekadar menghasilkan produk, namun juga tentang keterampilan mengolah dan memberikan nilai tambah pada produk pertanian Indonesia. SY/DRY/YKO