Bertani on Cloud Vol. 171, P4S Sawargi Kenalkan Denkong, Camilan Sehat Harga Bersahabat
Daun singkong dikenal dengan manfaatnya yang cukup banyak, mulai dari kandungan protein, mineral, vitamin, dan asam amino esensial. Daun singkong juga diperkaya dengan kandungan antioksidan yang baik untuk kulit dan menangkal radikal bebas dalam tubuh. Ini menjadikan daun singkong banyak diminati di pasaran.
Daun singkong biasa diolah sebagai sayur atau makanan pendamping. Selain harganya yang terjangkau, daun singkong mudah ditemukan.
Di tangan kreatif srikandi Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sawargi, Titin Rohaeti, daun singkong diolah menjadi camilan lezat dan kaya manfaat. Daun singkong disulap oleh Titin menjadi dendeng yang dipasarkan dengan nama “Denkong”.
Melalui Bertani on Cloud (BOC) volume 171, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menggandeng Ibu Titin untuk dapat membagikan ilmunya kepada sobat tani.
BOC kali ini diikuti oleh 303 peserta melalui Zoom Virtual Conference dan 179 lainnya melalui Live Streaming Youtube.
Turut hadir secara virtual, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi. “Bertani jaman sekarang harus kreatif, seperti yang telah dilakukan oleh Ibu Titin,” katanya.
Prof. Dedi sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan Titin dalam mengubah daun singkong menjadi produk yang menarik dan bernilai tambah.
“Petani padi jangan menjual gabah, tapi jual beras. Petani singkong jangan hanya menjual singkong, tapi juallah denkong,” ujarnya bersemangat. Lebih lanjut, Prof. Dedi kembali menekankan, pertanian membutuhkan inovasi untuk meningkatkan nilai jual dan membuat pertanian tetap eksis hingga saat ini meskipun di era pandemi.
Hal ini menjadi salah satu bentuk diversifikasi pangan yang juga kerap digaungkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Ia menekankan pentingnya diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal sebagai salah satu strategi ketahanan pangan di tengah pandemi.
“Jadi pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya,” ujar Mentan SYL.
Setelah memberikan arahan, Prof. Dedi juga memberikan apresiasi bagi Sobat Tani yang bisa menjawab kuis.
Dipandu oleh Chesara Novatiano, Estu Haryani, dan Saptoningsih, Widyaiswara BBPP Lembang spesialisasi pengolahan hasil, Titin mengawali materi dengan cerita sejarah berdirinya P4S Sawargi.
“Agribisnis saat ini mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan pertanian. Oleh sebab itu saya ingin mengajak seluruh petani dimulai dari sekitar saya untuk bersama maju melalui P4S ini,” ungkapnya.
Titin menyadari sebagai Ketua P4S dirinya harus memaksimalkan fungsi P4S dengan membangun kelembagaan secara terus-menerus hingga menjadi kuat dan mandiri. Kelompok Tani Sawargi menjadi cikal bakal berdirinya P4S Sawargi sejak 2011 yang berlokasi di Desa Cikalong, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
P4S Sawargi telah memiliki jenis usaha tani terpadu dengan jenis pelatihan yang ditawarkan antara lain: tanaman padi, peternakan dan perikanan, tanaman hortikultura, dan produk olahan. Denkong menjadi salah satu produk olahan unggulan P4S Sawargi.
Pada salah satu sesi BOC, Titin menunjukkan teknik memasak Denkong kepada peserta BOC. Mulai dari menyiapkan daun singkong; merebus; mencampur dengan tepung kanji, telur, bawang putih, ketumbar, garam, dan penyedap; menjemur; hingga menggoreng Denkong menjadi camilan dendeng renyah dan kaya nutrisi.
“Bahan yang digunakan sangat mudah didapat, namun pengolahannya harus tepat terutama pada proses penjemuran agar dendeng yang dihasilkan renyah dan mudah untuk digoreng,” jelas Titin kepada Sobat Tani.
Denkong dikemas dalam kemasan plastik dengan berat bersih 100gr. Harga jual Denkong mulai dari Rp10.000,- dan reseller dapat menentukan harga jualnya sendiri.
“Harga jual dari P4S Sawargi Rp10.000,- per bungkus Denkong. Dengan harga jual tersebut bisa mendapat keuntungan bersih hingga dua kali lipat. Biasanya reseller menjual dengan harga Rp15.000,- sampai paling tinggi Rp28.000,-,” lanjutnya.
Titin membuka kesempatan bagi Sobat Tani yang ingin bertanya langsung melalui video dan room chat zoom. Tampak petani muda bersemangat mendengarkan penjelasan Titin, terutama tentang analisis usaha tani.
“Ayo Sobat Tani, khususnya para petani milenial, kalian masih muda, harus semangat dan terus berinovasi,” tutup Titin menyemangati generasi milenial. DRY/YKO