Bertani on Cloud Volume 165: Berkah dan Rupiah Olah Sampah Dapur Bersama P4S Biomethagreen

bbpplembang BOC 165TANJUNGSARI. Pendapatan masyarakat yang meningkat seharusnya diiringi dengan peningkatan kualitas lingkungan. Namun, pendapatan per kapita masyarakat cenderung diiringi oleh peningkatan sampah. Bila tidak dikelola dengan baik, peningkatan sampah ini akan berdampak pada rendahnya kualitas lingkungan.

Pentingnya mengelola sampah yang benar dimulai dari rumah tangga karena produksi sampah terbesar berasal dari rumah tangga dengan proporsi terbesar berupa sampah makanan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020, unit rumah tangga menyumbang 37, 3% dari total sampah di Indonesia.

Menurut data SIPSN (Sistem Informasi Penanggulangan Sampah Nasional) tahun 2020, komposisi sampah nasional terbesar pertama adalah sisa makanan sebanyak 39,81% dan sampah plastik menduduki posisi kedua dengan porsi sebesar 17,07%. Sampah makanan ini dapat berupa food loss dan food waste.

Kajian food loss dan food waste oleh Economist Intelligent Unit pada tahun 2000-2019 menyatakan bahwa timbunan food loss dan food waste mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram/kapita/tahun. Hal tersebut berdampak pada emisi gas rumah kaca yang mencapai 1.702,9 mega ton CO2 dan kehilangan ekonomi yang mencapai Rp. 213-551 triliun per tahun (setara 4-5% PDB Indonesia). Lebih jauh lagi, dari sisi sosial, kehilangan ini setara dengan porsi makan 29-47% populasi Indonesia.

Dengan latar belakang ini, maka diperlukan upaya mengurangi sampah sekaligus mengelola sampah, khususnya food loss dan food waste ataupun sampah organik lainnya menjadi produk yang bernilai ekonomis dan tidak merusak lingkungan.

Bekerjasama dengan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya) Biomethagreen Rumah Edukasi Kabupaten Sumedang, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang kembali menyelenggarakan kegiatan rutin Bertani on Cloud (BOC) volume 165.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan, “pertanian ibarat merpati putih yang tidak pernah ingkar janji.Berbagai ujian seperti pandemic covid-19 2 tahun belakangan ini membuktikan pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap survive dan tumbuh positif,“ kata SYL. “Ini karena sektor pertanian harus bisa tetap memenuhi pangan bagi 273 juta jiwa penduduknya bahkan peluang ekspor terbuka lebar,” jelasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan, “Para petani milenial membuktikan diri mampu ikut berperan menciptakan sumber pendapatan, lapangan kerja baru, serta melestarikan lingkungan. Potensi pendapatan ada pada pengolahan limbah sampah dapur menjadi pupuk organik cair (POC) sekaligus pada petani pengguna pupuk,” jelas Dedi. “Pupuk organik sangat bermanfaat bagi tanaman sekaligus menjaga kesehatan tanah. Pupuk organic menjadi salah satu alternatif solusi terbatasnya pupuk bersubsidi,” ujarnya.

Inovasi yang terus-menerus dan standar mutu yang konsisten, tidak mustahil akan dapat menciptakan produk yang dapat diekspor, mengingat permintaan ekspor cukup tinggi. Tentu saja keuntungannya akan berlipat jika telah menjadi eksportir produk pertanian,” ungkap Dedi.

Pembukaan Bertani on Cloud (BOC) oleh Ajat Jatnika, kepala BBPP Lembang, Selasa (29/03/2022), “Sampah rumah tangga, khususnya sampah organik, harus dikelola dengan baik agar menjadi sesuatu yang lebih bemanfaat baik untuk meningkatkan pendapatan dan diaplikasikan ke tanaman yang ada di rumah sehingga tanaman kita tumbuh sehat”, jelas Ajat. “Selamat mengikuti Bertani on Cloud, dipandu narasumber yang tepat dan bisa berdiskusi tentang pengolahan sampah dapur menjadi pupuk organik cair,” ungkapnya.

Wahyu Indra, Ketua P4S Biomethagreen Rumah Edukasi, sekaligus Alumni Magang Jepang Tahun 2019 dan Duta Petani Milenial, menjadi narasumber pada kegiatan BOC kali ini. Secara jelas dan gamblang, Indra menjelaskan satu-persatu proses pengelolaan sampah limbah dapur menjadi POC dan biogas. Indra juga memaparkan kegiatan P4S yang dikelolanya, selain aktif di dalam usaha tani dan kelembagaan P4S, Indra juga selalu peduli terhadap pemberdayaan masyarakat. “Kami tidak pernah bosan mengenalkan dunia pertanian kepada generasi muda melalui pengolahan limbah ini di P4S Biomethagreen,” pungkas Indra.

Sampah, jika diolah dengan baik dan benar akan menjadi berkah dan rupiah. Abai terhadap keberadaan sampah bisa menjadi malapetaka bagi masyarakat dan lingkungannya. Salah satu kerusakan lingkungan diakibatkan oleh ulah tangan manusia yang memperlakukan sampah sebagai barang yang tidak berguna, padahal pada sampah terdapat berkah dan rupiah. Melihat peluang itu, P4S Biomethagreen hadir memberikan solusi bagi masyarakat sekitar, pelajar, mahasiswa, dan stakeholder lainnya.