Menuju Pertanian 4.0, Kementan Dorong Penyuluh dan Staf Lapangan Terapkan IoT
Internet of Thing (IoT) adalah suatu konsep mentransfer data lewat jaringan tanpa adanya interaksi dari manusia ke manusia maupun ke perangkat. Kini IoT juga dikenal sebagai salah satu pemanfaatan internet untuk mengontrol maupun menggerakkan benda tanpa batasan jarak.
Melalui penggunaan IoT, petani dapat melakukan penyiraman, pemberian nutrisi, pemantauan suhu dan kelembaban, curah hujan dan lainnya, meskipun sedang berada jauh dari lokasi usaha tani. Oleh sebab itu dasar pemrograman IoT menjadi penting untuk dikuasai dalam pengembangan smart farming.
Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), menjelaskan pentingnya penerapan smart farming karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19.
Digitalisasi pertanian, lanjut SYL kemudian, dapat menambah efisiensi dan optimalisasi mekanisasi sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, juga mendukung penerapan smart farming dan digitalisasi pertanian.
"Implementasi smart farming dan digitalisasi pertanian menggunakan Internet of Things [IoT] harus segera dilaksanakan guna meningkatkan agenda intelektual, khususnya penyuluh dan petani," paparnya.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, sebagai UPT Pelatihan yang telah menerapkan IoT di lahan stroberi, membekali 76 peserta Pelatihan Penyegaran bagi Penyuluh Pertanian dan Staf Lapangan Program IPDMIP.
Selasa (8/2), Iwan Hermawan dari Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, menyampaikan materi Alternatif Penggunaan Teknologi Smart Farming dan Pengenalan Instrumen (Praktik Perakitan Modul Monitoring Smart Farming serta Integrasi Sistem Pemantauan Menggunakan Smartphone dan Komputer). Materi bertujuan mengenalkan kepada peserta konsep dasar pemrograman mikrokontroler berbasis IoT yang mudah dan dapat dikembangkan oleh peserta.
"Pemanfaatan IoT sangat meningkatkan efisiensi terutama dalam hal waktu. Seperti contoh, di BLK Lembang, terutama pada saat tertentu misalnya libur panjang, pegawai dapat terus memantau lahan meskipun sedang tidak berada di area kantor," bukanya.
Peserta dibagi menjadi enam kelompok belajar. Masing-masing kelompok dibekali seperangkat alat yang digunakan untuk membuat satu rangkaian arduino uno.
Iwan mengawali dengan pengenalan komponen yang digunakan antara lain modul dan mikrokontroler. Untuk membangun IoT juga didukung oleh perangkat lunak atau software. Terdapat beberapa pilihan software yang dapat dipilih untuk membangun project IoT sesuai kebutuhan, seperti Android Studio dan MIT App Inventor.
Lebih lanjut, peserta juga dipandu untuk menyusun program menggunakan Mit App Investor. Mulai dari membuat firebase, token, coding, mendesain aplikasi, menginstal pada smart phone, hingga merakit rangkaian modul monitoring smart farming yang terintegrasi sistem pemantauan menggunakan smartphone dan komputer.
Materi disampaikan dalam 2 jam pelajaran (JP) teori dan 6 JP praktik. Setelah berlatih, peserta mampu mengembangkan program berbasis IoT untuk dapat diaplikasikan di lahan dan membentuk sistem smart farming.