Genjot Produktivitas Petani, Kementan Gelar Training of Trainer Smart Farming
Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia menggelar Training Of Trainer (TOT) Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian di BPPSDMP Ciawi, Kabupaten Bogor, Selasa (25/1/2022).
Gelaran ini bertujuan guna meningkatkan kompetensi SDM pertanian untuk menggenjot produktivitas, produksi pertanian yang bernilai jual tinggi hingga ekspor. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, ToT Smart Farming ini, sangat penting dilakukan guna sektor pertanian terus eksis ditengah gempuran pandemi Covid-19.
"ToT smart farming adalah upaya menembus langit dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern melalui smart farming. ToT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan," ujarnya.
Beberapa faktor tersebut, imbuh Syahrul, harus terus diperhatikan oleh seluruh pihak yang terlibat.
"Oleh karena itu, hadirnya ToT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan ToT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, pria yang kerap disebut SYL ini pun berharap adanya ToT smart farming dapat lebih masif menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian. Pasalnya, generasi milenial masih memiliki daya semangat yang tinggi untuk terus melakukan inovasi-inovasi.
"Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Mereka memahami By Digital. Buktinya, setelah kita asistensi, mereja mendapat omset sampai ratusan juta bahkan ada yang mencapai angka miliyaran," tambahnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan teknologi smart farming dapat membuat pekerjaan petani lebih efisiensi. Mulai dari kontrol, proses produksi, serta pengelolaan bisa lebih baik.
"Tentunya, kita harus bangun ini dengan meningkatkan daya intelektual seluruh stakeholder utamanya petani. Selain itu, saat ini kita sudah lama digempur oleh pandemi Covid-19 serta perubahan iklim. Namun, kita tidak boleh berkurang sedikitpun soal produktifitas. Solusinya ini adalah smart farming atau pemanfaatan internet of things," katanya.
Jika seperti itu, imbuh Dedi, sektor pertanian yang merupakan garda terdepan kebutuhan pangan, bisa memaksimalkan peran.
"Penerapan teknologi Internet of Things merupakan terobosan yang dapat menjadikan produksi pertanian lebih efektif dan berkelanjutan," terangnya. DRY/YKO