Belasan Negara Afrika Antusias Pelajari Hidroponik Indonesia
Keterbatasan lahan menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Hidroponik sebagai teknologi budidaya tanaman tanpa tanah, menjadi solusi terwujudnya ketahanan dan kemandirian pangan tanpa harus bergantung pada lahan pertanian yang terbatas.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan arahan pentingnya inovasi dalam kondisi keterbatasan lahan. “Salah satu tantangan kita adalah keterbatasan lahan dan kawasan rumah yang bertambah banyak. Meskipun demikian, kita tidak boleh tinggal diam,” tegasnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, juga menyikapi tren warga kota agar tetap dapat bertani di lahan yang sempit dengan hidroponik.
"Penyuluh dan Kostratani memikul tanggung jawab untuk mengembangkan teknik hidroponik. Tujuannya, meningkatkan kapasitas produksi. Kalau produktivitas meningkat, berarti tujuan pembangunan pertanian kita tercapai. Kalau produktivitas tinggi, kita bisa mensuplai pangan untuk warga Jakarta. Itu artinya duit," kata Dedi Nursyamsi pada suatu kesempatan.
Tidak hanya sekadar trend di kota besar di Indonesia, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Non Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM-CSSTC) membuka kesempatan bagi negara-negara di kawasan benua Afrika untuk mempelajari teknologi hidroponik di Indonesia.
Online learning berbasis Learning Management System (LMS) menjadi pilihan proses pembelajaran jarak jauh antar benua ini. Dilaksanakan selama 5 hari dari tanggal 24 sampai 28 September 2021, pelatihan ini diikuti oleh 95 peserta dari berbagai negara di benua Afrika, yaitu Angola, Burundi, Ethiopia, Gambia, Ghana, Kenya, Madagascar, Mauritius, Namibia, Nigeria, Rwanda, Senegal, Afrika Selatan, Tanzania dan Zanzibar, serta Zambia.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang dipercaya menjadi penyelenggara pelatihan internasional ini. Sebelum sesi tatap muka melalui Zoom Cloud Meeting, peserta harus mengakses pre-test dan belajar mandiri melalui website elearningbbpplembang.com.
Pembukaan pelatihan pada Senin (27/9), oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Leli Nuryati. Leli menyampaikan, “Hidroponik dapat menjadi solusi pertanian modern”. Lebih lanjut Leli menjelaskan, kerjasama antara Kementan dan NAM-CSSTC menjadi langkah strategis peningkatan kualitas SDM pertanian dalam dan luar negeri.
Diar Nurbintoro, Duta Besar NAM-CSSTC juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan kerjasama ini. “ Pelatihan ini dapat menjadi kerjasama yang baik dan wadah sharing antar negara tentang pertanian, khususnya berkaitan dengan teknologi hidroponik,” katanya.
Materi disampaikan oleh Widyaiswara BBPP Lembang, Abd. Rohim, Sani Hanifah, dan Fiadini Putri. Diawali dengan mendesain instalasi hidroponik. Fasilitator memperkenalkan lima sistem hidroponik, yaitu: wick system, DFT system, NFT system, aeroponic system, dan drip irrigation. Pada masing-masing sistem dijelaskan cara menyemai, menanam, hingga pemeliharaan. Tidak kalah penting, pembahasan tentang nutrisi hidroponik menjadi bagian yang menarik bagi peserta pelatihan.
Salah seorang peserta asal Nigeria, Lukman Musa Sadiq, menyampaikan kesannya mengikuti pelatihan “I am faced with a challenge in the LMS portal. I attended all online/virtual sessions from day 1 till last day. However, my attendance does not reflect this. I hope this can be adjusted from your end. Thank you for the impactful and highly beneficial knowledge” (Saya dihadapkan pada tantangan di portal LMS. Saya menghadiri semua sesi online/virtual dari hari pertama hingga hari terakhir. Terima kasih atas ilmunya yang berkesan dan sangat bermanfaat. DRY