Kementan Genjot Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Jahe

Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan gaya hidup masyarakat agar selalu sehat. Berbagai alternatif hadir untuk tetap menjaga kesehatan di masa pandemi, salah satunya jahe.  

bbppl-temanggungjahe

Tingginya permintaan jahe yang masih berbanding terbalik dengan produksi membuat harga jahe melambung. Disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada pembukaan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran Jahe, "kita harus mulai menyadari pentingnya menanam jahe. Banyak masyarakat yang sudah menanam di runah-rumahnya, namun kebutuhan industri olahan berbahan dasar jahe merah lainnya belum terpenuhi".  

Bimtek dilaksanakan pada 17-18 September 2021 di Kabupaten Magelang, diikuti oleh 60 orang petani jahe. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Komisi IV DPR RI bersama Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian yang dieksekusi oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.    

Bimtek dibuka oleh anggota komisi IV DPR RI, Vita Ervina, melalui Zoom Virtual Conference. Pada sambutannya, Vita menyampaikan kegiatan bimtek bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani di bidang holtikultura yaitu cara pengolahan dan pemasaran jahe.          

Jahe merupakan salah satu komoditas dengan jumlah produksi yang cukup stabil dalam kurun waktu 2017-2020, berkisar 174-216 ribu ton per tahun atau rerata 195 ribu ton per tahun. Oleh sebab itu, Kementan di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo sangat memperhatikan perkembangan produksi jahe.  

Terkait hal tersebut, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menuturkan pertanian tidak boleh melemah.  

"Pertanian harus tetap kuat, apapun yang terjadi pertanian tidak boleh berhenti. Justru banyak peluang yang bisa dimanfaatkan khususnya bagi unsur penggerak seperti pelaku utama dan pelaku usaha pertanian," ujar Prof Dedi.