Pemanfaatan Pangan Lokal dalam Menghadapi Krisis Pangan Global

Setelah melewati masa pandemi covid, negara-negara di dunia dihadapkan pada krisis pangan global. Organisasi pangan dan pertanian PBB (The Food and Agriculture Organization/FAO) menyebutkan, krisis pangan adalah kondisi ketika terjadi kerawanan pangan akut dan malnutrisi yang meningkat tajam, baik di tingkat lokal maupun nasional. Menurut Global Report on Food Crises 2022, pemicu krisis pangan adalah konflik, cuaca ekstrem, kejutan ekonomi termasuk efek domino pandemic Covid-19, wabah penyakit, gangguan hama tanaman dan penyakit hewan, serta perpindahan populasi yang terpaksa /pengungsi.

Dalam menghadapi krisis pangan global, upaya yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat diantaranya adalah menghadapi perubahan iklim, pengembangan varietas yang adaptif, pengadaan pupuk, membiasakan perilaku tidak boros dan regenerasi petani (Jaka Widada, 2022). Sedangkan menurut Adhi (2022), pemerintah harus mengubah kebijakan stok pangan. Penguatan stok pangan nasional juga harus memperhitungkan kearifan lokal seperti sagu, singkong dan umbi-umbian lainnya.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Kekayaan hayati tersebut merupakan sumber bahan baku pangan lokal yang melimpah, diantaranya yaitu ganyong, garut, hanjeli, hotong, iles-iles, jagung, kentang, labu kuning, pisang, sagu, sorgum, sukun, talas, ubi jalar dan ubi kayu.  Dengan pengolahan yang tepat, maka dapat dihasilkan produk turunan dari bahan baku pangan lokal menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing tinggi, bahkan berpotensi sebagai pengganti beras karena memiliki kandungan karbohidrat.  Secara garis besar, pengolahan ubi jalar dan ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa bagian ubi jalar yang bisa diolah bukan hanya umbinya saja, tapi juga bagian daun. Daun ubi jalar bisa diolah menjadi sayuran dan juga pakan ternak, sedangkan umbinya bisa diolah menjadi tepung. Dari tepung ubi jalar  dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti snack bar, bihun, kue basah, kue kering, mi dan roti.

Gambar 1. Pohon Industri Ubi Jalar dan Ubi Kayu (Sumber: BB Pascapanen, 2019)

Ubi jalar mengandung betakaroten (ubi jalar kuning) dan antosianin (ubi jalar ungu) yang bermanfaat sebagai antioksidan.  Selain itu ubi jalar juga memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan.

Tidak berbeda jauh dengan ubi jalar, umbi dan daun ubi kayu juga dapat dimanfaatkan dan memberikan nilai tambah.  Bahkan akar dan batang ubi kayu dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk turunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.  Akar ubi kayu dapat dimanfaatkan dalam industri obat  dengan diolah menjadi arak akar.  Batang ubi kayu dapat ditanam kembali untuk benih.  Selain itu batang tumbuhan juga dapat dikeringkan untuk dijadikan bahan bakar dan biofoam.  Umbi ubi kayu dapat diolah menjadi tepung dan pati untuk dapat diolah lebih lanjut menjadi mie, beras, cake, roti dan lain-lain. 

Ubi kayu mengandung karbohidrat dan serat yang cukup tinggi.  Berasan ubi kayu juga memiliki nilai indeks glikemik menengah dan prospektif diolah menjadi aneka mi, pasta, cake dan snack gluten free.

Saat ini konsumsi pangan lokal masih relatif rendah.  Pangan sumber karbohidrat masih didominasi beras walaupun pangan lokal seperti umbi-umbian memiliki nilai gizi yang tinggi.  Oleh karena itu perlu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi pangan lokal sebagai alternatif sumber pangan yang murah dan menyehatkan.

Sumber:

https://www.ugm.ac.id/id/berita/22620-pakar-pertanian-krisis-pangan-sudah-terasa

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220621152357-4-348996/ancaman-krisis-pangan-bukan-gertakan-ri-buruan-lakukan-ini

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2019. Potensi pangan lokal.  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.