Kementan Kenalkan Olahan Kreatif Bikin Produk Pertanian Makin Awet

Kementerian Pertanian mengajak petani maupun pelaku usaha tani untuk terus belajar dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal. Pemberian nilai tambah pada produk pertanian tentu dapat meingkatkan daya saing dan harga jual produk lokal yang kemudian akan menguntungkan petani.


Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan bahwa kekayaan budaya kuliner lokal harus terus diangkat. Hal ini sebagai wujud kebanggaan terhadap Tanah Air sekaligus untuk menolong para petani lokal agar dapat memperbaiki kesejahteraan petani.

“Pangan kita tidak sekadar untuk kebutuhan makan namun kita akan terus intervensi ke tempat tempat lebih kuat. Saya bermimpi mengadakan kegiatan One Day with Indonesian Food, with Indonesian Coffee. Ini tentu perlu kerjasama kita semua,” tutur Mentan SYL.

Begitu pula dengan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi yang mengatakan hal senada. Menurut Dedi, pertanian masa kini harus lebih kreatif dalam mengolah produk mentah menjadi produk baru yang bernilai jual tinggi.
Nilai tambah pada produk pertanian dapat dilakukan melalui proses pengolahan hingga pengemasan. Oleh sebab itu pengetahuan dan ide segar dalam menciptakan produk olahan dapat menjadi bekal untuk bertani di masa kini.

Mempelajari hal tersebut, Keluarga Besar Hortikultura Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyambangi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang pada Kamis (28/7). Kunjungan dilakukan dalam rangkaian pelatihan “Aplikasi Coating berbasis Sawit untuk Memperpanjang Masa Simpan bagi Pelaku Usaha Tani”.

Peserta terdiri dari 40 orang pelaku usaha tani yang berasal dari berbagai wilayah. Tiba pukul 08.00 WIB, peserta disambut di Aula Catur Gatra, BBPP Lembang. Puji Lestari, Kepala Organisasi dan Riset Pertanian dan Pangan menyampaikan maksud kedatangan rombongan hari ini.

“Kami dari BRIN, khususnya dari Organisasi dan Riset spesialisasi pertanian dan pangan, pada kesempatan ini mengajak para pelaku usaha untuk bersama belajar bagaimana meningkatkan nilai jual dari produk pertanian agar harganya lebih meningkat serta memperpanjang masa simpan,” kata Puji.

Saptoningsih dan Estu Hariyani, Widyaiswara BBPP Lembang spesialisasi pengolahan hasil pertanian, memandu kegiatan pada hari ini. Diawali dengan penjelasan tentang pengemasan dan berbagai cara memperpanjang masa produk, Saptoningsih mengenalkan “sorbet” sebagai salah satu hasil olahan.

Praktik Membuat Sorbet

Peserta diajak melakukan praktik membuat sorbet dari mangga kweni di Laboratorium Pengolahan Hasil BBPP Lembang.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok mencoba membuat sorbet mulai dari mengupas mangga, memblender, memanaskan mangga yang telah diblender, menambahkan gula dan maizena, memasukkan adonan sorbet ke dalam kemasan hingga menyimpan ke dalam freezer.

Setelah membuat sorbet hingga tuntas peserta juga mencicipi sorbet yang telah dibekukan. Dengan bahan yang mudah didapat, mengolah buah-buahan menjadi sorbet mampu memperpanjang masa simpan produk hingga tiga bulan, terutama bagi produk yang belum laku dijual ke pasar.

Estu Hariyani menjelaskan, pembuatan sorbet dapat diganti dengan buah-buahan lainnya sesuai kebutuhan dan selera dengan metode yang sama. Selain kemasan cup plastik, sorbet juga dapat disajikan dengan stik es krim.
Yeyen, pelaku usaha asal Bogor menyatakan ini menjadi pengalaman baru baginya. “Saya baru pertama kali membuat sorbet ini. Tentunya semua bahan mudah didapat dan resepnya juga mudah untuk diterapkan,” ujarnya. DRY/YKO