PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN BAGI PERBANYAKAN BENIH KRISAN
Selama ini kenyataan di lapangan bahwa pelaku usaha krisan sering mengeluhkan tidak tersedianya benih krisan yang berkualitas, harganya yang tidak terjangkau dan distribusinya yang belum lancar. Hal ini lebih disebabkan karena benih krisan berkualitas adalah jenis introduksi yang relatif lebih mahal dibandingkan benih yang diproduksi di dalam negeri. Benih krisan dalam negeri pada awalnya cukup diminati pasar, namun karena ketersediaannya tidak kontinu, maka pelaku usaha kemudian membenihkan sendiri dari tanaman secara berulang yang mengakibatkan kualitas benih terus menurun. Ketersediaan benih secara tepat jenis, jumlah, kualitas dan distribusinya merupakan aspek yang sangat strategis yang harus kita lakukan secara terintegrasi oleh berbagai pihak terkait.
Terkait dengan persoalan perbanyakan benih kentang tersebut, maka ada salah satu solusi yang bisa dijadikan sebagai jalan keluar terhadap permasalahan ketersediaan benih krisan yang dirasa sangat kurang. Perbanyakan benih krisan secara konvensional seringkali mengalami kendala dalam penyediaan benih krisan dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat. Hal ini terkait dengan kondisi lapangan yang tidak mudah untuk dikendalikan. Perbanyakan benih krisan melalui Kultur jaringan menjadi salah satu solusi dalam menghasilkan benih krisan bukan saja dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat, akan tetapi bebas dari virus, hama dan penyakit.
Kultur jaringan tanaman merupakan ilmu/seni menumbuhkan sel, jaringan atau organ yang diambil dari tanaman sumbernya (donor plant) pada media artificial/buatan dibawah kondisi lingkungan yang terkendali. Pada pemahahan lain kultur jaringan seringkali juga disebut dengan kultur in vitro (in vitro propagation) atau perbanyakan mikro (micropropagation). Pada mulanya kultur in vitro ini lebih diarahkan untuk mendapatkan perbanyakan bibit/tanaman yang bebas virus secara cepat melalui kultur meristem tanaman. Namun pada perkembangan selanjutnya aplikasi teknik kultur in vitro pada berbagai bagian tanaman untuk berbagai tujuan dalam bidang pertanian, telah berkembang pesat sejak diawalinya 40 tahun yang lalu. Teknik ini selama 20 tahun terakhir ini telah membantu para peneliti, penangkar tanaman, dan pebisnis industri perbenihan dalam menguak rahasia regenerasi tanaman, sehingga perbanyakan tanaman dalam sekala besar, seragam, sesuai dengan induknya lebih dipermudah. Oleh karena itu saat ini ratusan juta tanaman dapat diperbanyak tiap tahun diseluruh dunia melalui teknik ini, tidak terkecuali tanaman krisan.
Adapun perbanyakan benih krisan secara kultur jaringan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:
1.Tahap persiapan
2.Tahap kultur aseptik
3.Tahap perbanyakan
4.Tahap pengakaran
5.Tahap aklimatisasi
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam proses kultur jaringan. Tahap ini meliputi:
a. Penyiapan tanaman donor
Tanaman donor merupakan tanaman yang telah dipilih dan dipelihara secara khusus, yang akan diambil bagian tanamannya (eksplannya) dan digunakan untuk tujuan kultur jaringan. Tanaman donor biasanya dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang plant tissue culturist (ahli kultur jaringan tanaman). Umumnya tanaman donor yang dipilih adalah tanaman yang sehat, vigor, tidak menunjukkan adanya gejala serangan hama-penyakit dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tanaman donor yang terpilih selanjutnya dipelihara secara terpisah dan dipelihara secara maksimal. Dari tanaman donor yang terpilih tersebut, selanjutnya eksplan yang berupa tunas aksiler, akar, batang, daun, bunga, buah yang umumnya masih muda diperoleh.
b. Penyiapan media
Media dalam kultur jaringan merupakan tempat tumbuh kembangnya eksplan. Terdapat beberapa media dasar dalam kultur jaringan, seperti Murashige&Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM) dan Vacin&Went (VW). Akan tetapi yang biasa digunakan pada perbanyakan benih krisan adalah media dasar MS½. Artinya komposisi media dasar yang digunakan cukup setengah dari standar yang terdapat dalam media dasar MS.
Selain media dasar MS½, ditambahkan juga Zat Pengatur Tumbuh golongan auksin seperti NAA dan IAA sebanyak 0,5 mg/liter dan Zat Pengatur Tumbuh golongan sitokinin seperti BAP sebanyak 0,5 mg/liter, gula sebanyak 20-30 gram/liter dan agar sebanyak 7 gram/liter.
c. Penyiapan bahan sterilisasi.
Bahan sterilisasi yang dapat digunakan dalam kultur jaringan diantaranya: alkohol 96%, NaOCl (sodium hipoklorite, nama dagang Bayclean, Sunclean, Clorox), Kalsium hipoklorite, HgCl2, H2O2, fungisida, bakterisida, dll. Konsentrasi yang umum digunakan adalah:
Alkohol 20 -- 70%
NaOCl 0,5 – 40 %
Kalsium hipoklorite 1,0 – 40%
HgCl2 0,1 – 1,0 %
H2O2 0,1 – 1,0%
Bahan sterilisasi ini umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi 2-3 bahan sterilisasi, yang diaplikasikan secara berturutan dan dalam jangka waktu tertentu.
2. Kultur Aseptik
Kultur aseptik merupakan tahap paling kritis pertama dalam proses kultur jaringan. Jika tahap ini dapat berhasil dengan baik, maka tahap yang lain akan lebih mudah untuk dikembangkan. Kultur aseptik meliputi beberapa tahap yaitu:
a. Penyiapan eksplan
Penyiapan eksplan dilakukan dengan memanen eksplan dari tanaman donor, menyiapkan eksplan untuk proses sterilisasi. Bagian tanaman yang diambil sebagai eksplan krisan adalah tunas aksilar. Tunas aksilar disisakan 2-3 daun teratas dan daun dipotong hingga terpotong sampai setengahnya, selanjutnya eksplan krisan siap disterilisasi.
b. Sterilisasi
Untuk membersihkan eksplan dari berbagai jenis kontaminan, eksplan selalu disterilisasi dengan berbagai bahan sterilisasi yang mengkombinasikan berbagai jenis sterilan, konsentrasi dan waktu aplikasinya. Sederhana dan kompleknya proses sterilisasi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman induk/donor dan cara pemeliharaannya. Terkadang ditemukan proses sterilisasi yang sederhana dengan sedikit melibatkan bahan sterilan sudah dapat memberikan tingkat keberhasilan yang optimal, tetapi kadang dengan proses sterilisasi yang lama dan panjang dengan melibatkan berbagai bahan sterilan hanya menghasilkan tingkat keberhasilan yang rendah. Untuk tahap ini diperlukan beberapa kali uji coba.
c. Kultur eksplan
Berikut ini tahapan dalam kultur eksplan:
- Ambil eksplan yang telah disterilisasi menggunakan pinset, letakkan dalam cawan petri steril yang telah dipersiapkan sebelumnya.
- Buang daun/sisa bagian daun yang masih melekat pada eksplan menggunakan pisau kultur dengan hati-hati, jangan sampai mata tunas diketiak daun rusak
- Potong eksplan dan pisahkan ujung tunas, nodus ke-1 dan 2 dengan hati-hati
- Tanam eksplan yang telah dipisahkan tersebut diatas kedalam medium regenerasi
- Inkubasi eksplan yang telah ditanam pada ruang kultur dengan 16 jam pencahayaan lampu fluoresen, 8 jam gelap; pada suhu 25±1ºC selama 5-6 minggu
- Setelah inkubasi, tunas aksiler yang tumbuh dapat disubkultur untuk tujuan perbanyakan. (Catatan: bagi pemula jangan merasa heran/gagal, jika pada latihan-latihan awal tidak mendapatkan tunas aksiler yang diharapkan karena 100% kultur yang terkontaminasi, baik oleh jamur maupun bakteri, teruslah berlatih hingga berhasil)
3. Perbanyakan
Perbanyakan merupakan tahap lanjut yang harus dilakukan setelah kultur aseptik berhasil. Pada tahap ini tunas aksiler maupun adventif yang dihasilkan dari kultur aseptik selanjutnya disubkultur pada media perbanyakan.
Teknik yang digunakan dalam tahap perbanyakan umumnya melalui induksi tunas aksiler. Subkultur eksplan untuk tujuan perbanyakan ini tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, tetapi ada batas tertentu dimana sumber materi itu dihentikan untuk diperbanyak karena kualitasnya yang sudah menurun, rata-rata hanya sampai 5-7 subkultur. Tahapan perbanyakan secara umum sama dengan kultur aseptik.
4. Pengakaran
Pengakaran merupakan tahap lanjutan yang perlu dilakukan setelah perbanyakan eksplan dilakukan. Tahap ini tidak selalu harus dilalui karena beberapa tanaman biasanya akan otomatis berakar bersamaan dengan pertumbuhan tunas, dan biasanya juga dapat dengan mudah diakarkan secara in vivo (pada rumah kaca/lapangan). Tetapi bagi tanaman yang sulit berakar, tahap ini menjadi sangat penting karena dapat mempersiapkan tanaman agar lebih mudah untuk diaklimatisasi.
Pengakaran tunas umumnya dilakukan mulai dari penyiapan eksplan (umumnya tunas dengan 2-3 daun yang telah mekar sempurna, panjang ± 2,5 cm) dari materi hasil perbanyakan. Tunas ini kemudian ditanam dalam media pengakaran (umumnya menggunakan media ½ MS baik yang ditambah hormone pengakaran maupun tidak), diinkubasi pada kondisi yang sama dengan tahap sebelumnya dan akar umumnya dapat diamati 14-20 hari setelah kultur awal. Tunas yang berakar selanjutnya siap untuk diaklimatisasi setelah panjang akar mencapai 1,0-1,5 cm.
5.Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses pemindahan dari kondisi in vitro ke in vivo dengan tujuan tanaman dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Adapun tahapan aklimatisasi adalah sebagai berikut:
- Ambil botol kultur yang berisi plantlet yang sehat, vigor dan memiliki akar yang bagus.
- Buka tutup botol, kemudian ambil plantlet dengan hati-hati (usahakan jangan sampai terdapat kerusakan akar yang parah)
- Bersihkan akar dari pengaruh agar yang melekat dengan mencuci plantlet pada air yang mengalir
- Rendam akar dengan larutan benlate 1% selama 1 menit, kemudian tanam dalam media arang sekam yang telah dibasahi dengan air secukupnya pada bak-bak plastik.
- Tutup bak plastik selama 5-7 hari, tempatkan dalam tempat yang teduh
- Setelah 1 bulan selanjutnya tanaman dipindahkan kedalam pot-pot yang berisi campuran antara arang sekam & humus bambu (2:1, v/v)
- Tanaman ini selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber benih yang berkualitas dengan mempertahankannya dalam pertumbuhan vegetatifnya, dengan cara memotong tunas terminal & lateral secara periodik hingga batas tertentu.