KOMUNIKASI NON-VERBAL

 

Mencermati Kesadaran
KOMUNIKASI NON-VERBAL

Oleh: DR H. Rochajat Harun
________________________
Komunikasi Non Verbal.jpgSalah satu bentuk komunikasi yang banyak berpengaruh terhadap efektifitas pembicaraan adalah komunikasi non-verbal (tanpa kata). Adakalanya seseorang kurang memahami  makna dan pengaruh komunikasi non-verbal terhadap suksesnya pembicaraan.

Komunikasi Antar Manusia, atau seringkali dalam beberapa literatur disebut Human Communication, merupakan kegiatan penyampaian informasi, berita, pesan, atau amanah  dari seseorang kepada orang lain dengan harapan agar hal-hal yang diberitahukan itu dapat diterima, dimengerti, diikuti dan diaplikasikan, bahkan menjadi milik bersama antara sumber dan penerima.

Kegiatan komunikasi dilaksanakan dengan menggunakan lambang atau kode. Kode yang sebagian besar digunakan dalam komunikasi adalah kode yang diucapkan atau ditulis (kode yang berhubungan dengan penggunaan kata-kata). Tetapi sesungguhnya masih ada kode lain yang sangat penting peranannya dalam komunikasi, yaitu kode non-verbal, atau kode tanpa kata.

 

Sewaktu kita mengadakan pembicaraan dengan seseorang, cara yang terbaik yang dapat kita perbuat, ialah mencoba membangkitkan dengan perantaraan lambang-lambang lisan atau visual, dengan arti atau makna serta pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki oleh pendengar atau penerima. Hanya bunyi dan tanda-tanda yang dapat kita sampaikan.

 

Karena setiap orang mempunyai suatu perbendaharaan tanda-tanda dan bunyi yang berlain-lainan, maka dengan  mudah dapat kita pahami, bahwa tidak mungkin ada dua orang yang mempunyai arti-arti yang sama atau serupa betul. Karena itu, apa yang dikeluarkan atau disampaikan seseorang sebagai suatu komunikasi, mungkin sekali sedikit berlainan, malah kadang-kadang jauh menyimpang bagi orang yang mendengarkan atau menerimanya.

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang komunikator demi suksesnya komunikasi. Pertama, salah pengertian tentang Komunikasi. Salah pengertian yang paling merusak tentang komunikasi, ialah ilusi terhadap komunikasi itu. Yaitu karena yang nampaknya mudah, dan karena setiap orang melakukannya. Sepanjang hidup kita, kita berkomunikasi, dan nampaknya sebagai suatu yang lumrah atau alamiah saja, sebagaimana kita bernafas. Jadi menurut salah pengertian ini, tidak ada problema, dan tidak perlu dipermasalahkan.

 

            Bagaimanapun, jika kita ingin menjadi komunikator yang lebih sukses, kita akan memperoleh kemajuan yang lebih sukses lagi, jika kita mulai dengan suatu kesadaran, bahwa walaupun usaha komunikasi itu nampaknya mudah, namun memerlukan kesadaran perlunya taktik dan strategi komunikasi yang efektif.

 

            Suatu keterampilan, yang akhir-akhir ini disadari betapa pentingnya sebagai tambahan kepada kedua sayap atau bagian komunikasi itu, sebagai pelengkap kepada keterampilan menyampaikan dan menerima, ialah keterampilan komunikasi yang bersifat “tanpa-kata” atau Non-Verbal Communication, yaitu pesan-pesan tanpa atau diluar kata-kata.

 

Kedua, komunikasi terjadi, jika kita menghendaki. Sepanjang waktu, kita semua melakukan komunikasi. Tidak ada jalan untuk menghentikan proses komunikasi itu. Proses itu bukan saja terjadi dikala kita menghendakinya. Bahkan diwaktu kita sendirianpun, kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Diwaktu bangun dan sadar, kita menyebutnya berfikir dan berkhayal. Dan diwaktu tidur, kita sebut bermimpi.

 

            Komunikasi adalah keterampilan atau tingkah laku yang diperoleh atau dipelajari, dan karena itu dapat dirobah dan diperbaiki. Kesanggupan untuk menjadi komunikator yang efektif adalah suatu yang diperoleh atau suatu prestasi, bukan suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat turunan. Setiap orang mempunyai potensi untuk melakukan komunikasi yang efektif, dan potensi ini dapat lebih baik dan secara maksimal dijelmakan dan dicapai.

 

Ketiga, hambatan dan kemacetan komunikasi. Suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi adalah “kebisingan”, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan. Suara-suara, seperti orang yang berbicara agak keras, atau gerakan mondar-mandir sekitar kita, atau bunyi ribut dan berdesing dari mesin dekat kita, bisa menyimpangkan perhatian kita dari komunikasi. Kebisingan juga dapat terjadi, kalau pesan-pesan itu terlalu berlebih-lebihan.

 

Juga kita dapat menghadapi atau mengalami kebisingan psikologis. Umpamanya kalau pendengar sedang memikirkan tentang sesuatu yang lain, sehingga membuatnya sangat sukar memusatkan perhatian dan pikiran terhadap apa yang sedang dikatakan pembicara. Atau pendengar mungkin merasa takut terhadap si pembicara, atau dalam suasana perselisihan dan permusuhan, curiga dan tidak percaya terhadap si pembicara itu. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi penyampaian suatu pesan.

 

Sewaktu seseorang berkomunikasi, setidak-tidaknya ada 2 (dua) masalah pokok yang dihadapinya, yaitu: pertama penguasaan materi yang akan disampaikan, yang kedua adalah kemampuan komunikatoruntuk menyampaikan materi tersebut kepada para peserta (client).

 

            Seseorang pada waktu berkomunikasi, komunikasi non-verbal seringkali terabaikan.  Padahal hasil penelitian membuktikan bahwa pengaruh komunikasi non-verbal cukup besar terhadap keberhasilan komunikasi, yaitu 65-70 %. Bahkan dalam penelitian Ilmu Manajemen bisa berpengaruh lebih dari 93 % (Birdwhistell).

 

Komunikasi non-verbal, banyak sangkut pautnya dengan perspektif Psikologi komunikasi berikut aspek-aspeknya yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang, dalam melaksanakan komunikasi. Psikologi, menyangkut kejiwaan seseorang. Karenanya kesuksesan proses komunikasi, sedikit banyak ditentungan oleh masalah-masalah kejiwaan seseorang. Apabila kurang dipahahami, bisa menjadikan distorsi komunikasi.

 

            Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap komunikasi Non-Verbal adalah unsur kredibilitas komunikator. Faktor kredibilitas banyak mempengaruhi kepercayaan orang lain terhadapnya. Sekalipun kredibilitas ini merupakan ungkapan persepsi pendengar, namun komunikator perlu mawas diri tentang kekurangan dan kelebihannya, sehingga kesadaran untuk meningkatkan kredibilitas perlu diupayakan.

 

            Komunikator yang sukses haruslah sadar terhadap pesan-pesan non-verbal dan memahaminya secara baik. Sejak bayi dan seterusnya, kita sudah “membaca” dan bereaksi terhadap isyarat non-verbal. Kelakuan dan sikap itu merupakan bahasa kita yang pertama, jauh sebelum kita mampu memahami atau membentuk kata-kata. Kita melihat pada dan bereaksi atas sentuhan dan senyum ibu kita.

 

            Biasanya cukup sulit untuk memahami arti atau makna dari tingkah laku yang berlaku cepat dan halus atau samar-samar. Tapi makin intim dan makin baik kita kenal seseorang , maka makin tepatlah penafsiran dan pengertian kita atas pesan-pesan non-verbalnya.

 

            Pesan-pesan non-verbal yang paling nyata datang dari dan menuju tubuh atau jasmani. Sebagai penerima komunikasi, kita menggunakan saluran indra-indra kita. Kita melihat expresi muka orang. Kita mendengar nada suara tertentu. Kita merasa sentuhan suatu tangan pada bahu kita. Kita mencicipi bumbu yang dipakai juru masak. Dan kita mencium bau parfum yang digunakan orang. Sebagai pengirim dan penerima, kita sadar bahwa bagaimana tubuh nampaknya dan bagaimana dia bergerak, adalah penting. Kita terpengaruh oleh mode pakaian seseorang, kerapihannya, warnanya, dan dandanannya. Kita terpengaruh dengan bentuk tubuh seseorang, caranya berjalan, berdiri dan begerak. Apakah ia anggun atau janggal, ataukah ia berdiri tegak atau loyo?

 

            Gerakan-gerakan tubuh mungkin berupa gerakan-gerakan kuat yang mengesankan, atau gerakan-gerakan itu mungkin halus dan lemah seperti mengedipkan alis mata. Kegiatan bersifat jasmani  yang demikian, adalah sebagai suatu bagian integral dari kegiatan bersifat kata-kata yang kita lakukan, yang sering tidak kita sadari seluruhnya bahwa kita sedang melakukan itu.

 

            Ada dimensi lain bagi nilai komunikatif dari waktu, seperti kecepatan kita berbicara, bergerak, atau gerak isyarat kita, yang dapat menyatakan banyak tentang keadaan dan perasaan dalam diri kita. Bagaimana cepatnya kita berjalan dapat menyatakan kepada orang lain, umur kita, sikap, perasaan-perasaan, karakter, bahkan keadaan kesehatan kita.

 

            Secara verbal atau kata-kata, adakalanya seseorang sudah menyatakan suatu sambutan yang hangat. Tapi apabila dia dikala berbicara menoleh ke arah jam tangannya serta sibuk membenahi kertas-kertas yang berada di mejanya, ini berarti dia memberikan pesan non-verbal yang berlawanan dengan komunikasi verbalnya. Kita mungkin bisa saja menyimpulkan bahwa dia itu tidak tulus atau tidak sungguh-sungguh dengan apa yang telah dikatakannya. Karena pesan non-verbal itu adalah spontan, dan sukar ditutup-tutupi.

 

            Jadi apabila komunikasi kita diharapkan efektif, pesan-pesan verbal dan non-verbal haruslah saling menguatkan satu sama lain dan membentuk suatu keseluruhan yang jujur dan terpadu.

 

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa yaitu bahasa lisan atau bahasa tulisan. Komunikasi  non-verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, waktu dan ruang, serta rasa, sentuhan dan bau. Sedangkan komunikasi paralinguistik  adalah komunikasi verbal dan non verbal, meliputi : kualitas suara, seperti kecepatan berbicara, tekanan suara, dan vokalisasi, yang bukan kata, yang didigunakan untuk menunjukkan makna atau emosi tertentu.

 

Menurut Birdwhistell, 30 % sampai dengan 35 % makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata, sisanya dilakukan dengan non-verbal. Bahkan Mehrabian memperkirakan 93 % dampak pesan adalah diakibatkan oleh pesan non-verbal.

 

Dalam kehidupan sehari-hari kita pun dapat mengamati betapa seringnya kita memperoleh ataupun menyampaikan informasi yang disampaikan melalui komunikasi non-verbal. Misalnya tanda-tanda lalu lintas, warna baju dalam kampanye pemilu, ekspresi muka, gerakan tangan, dan sebagainya.

 
Begitu pentingnya peranan komunikasi non-verbal, maka sering kita dengar ungkapan seperti  “actions speach louder than words” ( perbuatan lebih banyak berbicara daripada ucapan ), atau “one picture is worth a thousand words” ( sebuah gambar mengandung seribu kata-kata ).

 

 

_________________________________