Menuju Bank Pertanian

bbppl-bank pertanian-bank.jpg

Peran sektor pertanian sangat dominan dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam PDB Nasional. Bahkan hampir sebagian besar daerah di Indonesia, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sangat dominan. Karena itu sektor pertanian harus mendapat perhatian lebih agar dapat konsisten memberikan kontribusi  terhadap Pendapatan Nasional.
Maka dari itu pada saat setelah Bapak Susilo Bambang Yudoyono dilantik menjadi Presiden, yaitu pada tahun 2004, Beliau mencanangkan apa yang disebut Revitalisasi Pertanian dengan Bapak Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden pada saat itu bertindak sebagai pelaksananya. Presiden menginginkan bahwa sektor pertanian harus menjadi primadona kembali bagi Indonesia yaitu sebagai sumber devisa terbesar bagi Indonesia tetapi dengan tidak mengenyampingkan juga sektor-sektor yang lain.
bbppl-bank pertanian-bu tani.jpg
Program Revitalisasi Pertanian yang telah dicanangkan oleh Presiden langsung ditindaklanjuti oleh Menteri Pertanian pada saat itu yaitu Bapak Anton Apriyantono dengan membuat program-program guna mencapai swasembada pertanian. Dalam masa lima tahun kepemimpinan Bapak Anton Apriyantono Indonesia telah berhasil kembali melakukan swasembada beras, ekspor komoditas jagung dan meningkatnya komoditas kacang kedelai.

Dengan adanya pergantian Menteri Pertanian dimana pada saat ini dijabat oleh Bapak Suswono diharapkan prestasi yang selama ini telah diraih dapat dipertahankan serta meningkatkan apa yang selama ini telah dicapai. Di samping usaha meningkatkan pendapatan nasional melalui sektor pertanian ini, Bapak Suswono selaku Menteri Pertanian yang baru harus lebih memperhatikan taraf hidup para petani Indonesia, karena dalam menjalankan usaha taninya, sebagian besar sumber modal petani berasal dari modal sendiri ataupun bersumber dari pengijon dengan memberikan bunga yang sangat tinggi. Ketergantungan petani terhadap pedagang perantara dan pelepas uang cukup besar sehingga keuntungan yang didapat sangat kecil dan seringkali petani mengalami kerugian bahkan hanya bersifat subsisten.

bbppl-bank pertanian-persen.jpgLembaga perbankan di Indonesia saat ini lebih mengutamakan pembiayaan non pertanian, karena permasalahan-permasalahan seperti terbatasnya agunan yang dimiliki atau tidak adanya jaminan/garansi dari petani, terbatasnya lembaga penjamin kredit, serta terbatasnya lembaga asuransi kegagalan panen. Rendahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian karena risiko usaha tani masih dianggap tinggi. Bank tidak berani mengambil risiko lebih besar karena harus berhati-hati mengelola dana dari masyarakat.

Selain itu, proses pembiayaan bank juga dinilai terlalu rumit dan berbelit-belit sehingga banyak dari para petani terpaksa meminjam dana dari rentenir. Padahal, peran petani sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Mantan Menteri Pertanian RI yaitu Bapak Anton Apriantono pernah mengatakan bahwa selama lima tahun terakhir penyaluran kredit perbankan pada sektor pertanian tidak beranjak pada angka 6% dari total penyaluran kredit nasional yang pada Februari 2009  mencapai sekitar Rp 1.200 trilyun.

bbppl-bank pertanian-uang.jpgBerdasarkan hal-hal tersebut maka perlu adanya lembaga keuangan yang khusus bergerak dalam pembiayaan sektor pertanian. Wacana yang sedang berkembang pada saat ini adalah akan didirikannya Bank Pertanian. Bank Pertanian bukan untuk mencari laba yang sebesar-besarnya seperti bank konvensional. Tujuan dibentuknya Bank Pertanian adalah untuk memberdayakan petani kecil agar mampu mengakses sumber keuangan. Dan yang paling penting saat ini adalah kemauan politik (political will) dari seorang Presiden untuk segera membentuk lembaga yang sangat  dibutuhkan petani ini. Diharapkan dengan adanya Bank Pertanian akan menjawab segala persoalan yang selama ini dihadapi para petani Indonesia.