Balai Pelatihan Pertanian sebagai Rumah Petani untuk Meningkatkan Wawasan Pertanian
LEMBANG. Sesuai arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, “Tahun 2022 ini, inovasi dan teknologi menjadi kunci pembangunan pertanian di Indonesia karenanya sistem dan alat mesin pertanian modern menjadi kunci peningkatan produktivitas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, menyampaikan, “Diperlukan SDM pertanian yang mumpuni untuk menggerakkan sistem dan alat berbasis teknologi tersebut.”
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Padarincang Kabupaten Serang mengajak 50 orang petani di wilayah Kecamatan Padarincang studi banding dan belajar pertanian di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Rabu (16/02/2022). Rombongan diterima secara resmi oleh Kepala Balai yang didampingi oleh Tim Manajemen dan Widyaiswara.
“Kami dan rombongan hadir di sini karena kami merasa inilah rumah kami, BBPP Lembang adalah rumah kami, tempat kami menimba ilmu untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan kami atas hal-hal baru, teknologi terkini, terutama yang ingin kami kembangkan sekarang di Kecamatan Padarincang adalah pertanian terpadu,” jelas Hanip Muslim, Koordinator BPP Padarincang.
Lebih lanjut diungkapkannya, “Studi banding ini kami lakukan karena secara topografi wilayah Padarincang merupakan dataran tinggi di Kabupaten Serang, ini serupa dengan Lembang sehingga kami ingin menggali komoditas apa saja dan bagaimana budidayanya yang bisa untuk meningkatkan produktivitas,” ujarnya lagi.
Kepala Balai, Ajat Jatnika, pada sambutan selamat datang menyatakan, “kolaborasi semua pihak untuk kemajuan pertanian di Indonesia sangat dibutuhkan. Petani, Penyuluh, Widyaiswara, Petugas, dan insan pertanian lainnya baik di Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah saling mendukung untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern,” ungkap Ajat.
“Saat ini Kementerian Pertanian sedang berupaya terus mengembangkan pertanian modern, berbasis teknologi informasi dan komunikasi, salah satunya dengan penerapan smart farming berbasis IOT (internet of things) dan di BBPP Lembang sedang mengembangkan itu di komoditas buah-buahan yaitu stroberi. Ini sebagai tempat belajar siapa saja yang ingin belajar di BBPP Lembang,” ujarnya.
Untuk melihat BBPP Lembang dari dekat, didampingi Widyaiswara, Cece Mulyana dan Riyadi Pratiwa, 50 orang petani beranjak menuju lahan praktik Inkubator Usahatani (IUT) BBPP Lembang. Diawali melihat koleksi tanaman hias kaktus, sukulen, gelombang cinta, aglonema, anggrek dan lainnya yang dibudidayakan dalam screen house tanaman hias.
Dijelaskan oleh Widyaiswara spesialisasi budidaya tanaman hias, Neneng Ida Farida tentang proses budidaya perbanyakan tanaman hias kaktus dan sukulen yaitu dengan cara menempel. “Alat dan bahan yang dibutuhkan cukup mudah, murah. Langkahnya sederhana dan proses pemeliharaannya tidak sulit, bisa dibudidayakan oleh siapa saja,” jelasnya.
Zona Rumah Pangan Lestari menjadi tempat kunjungan berikutnya. Disampaikan oleh Widyaiswara tentang budidaya sayuran daun menggunakan teknik vertikultur teknologi hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT). “Dengan lahan seluas 150m2, di sini kami bisa menanam sayuran sebanyak 2.500 tanaman, yang itu tidak dapat dilakukan melalui budidaya tanaman sayuran dengan cara konvesional,” ungkap Cece. “Karenanya, ini dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan, meskipun diperlukan modal awal yang cukup besar untuk membangun instalasinya,” ujarnya lagi.
Bergerak ke lahan terbuka, petani Kabupaten Serang diberikan wawasan tentang sistem tumpang sari tanaman cabai dengan tanaman selada. Ini menjadi pemahaman baru bagi petani Kecamatan Padarincang, sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan, juga salah satu upaya pencegahan OPT.
Petani sangat antusias berdiskusi dengan Widyaiswara dan petugas lapangan tentang sistem tumpangsari ini karena mereka belum menerapkannya. “Ini sangat menarik bagi kami karena selama ini kami masih menanam secara monokultur dengan menggunakan mulsa, padahal dengan mulsa pun ternyata bisa tumpang sari,” celetuk salah seorang petani.
Di penghujung kunjungan, peserta diajak melihat kandang sapi dan diberi penjelasan tentang pengolahan kotoran hewan dan sisa-sisa hasil panen sayuran menjadi pupuk kompos, yang digunakan untuk pemupukan tanaman yang dibudidayakan di IUT.
“Disini kami mengupayakan penerapan pertanian terpadu antara pertanian dan peternakan dengan menerapkan zero waste, mengolah limbah dan memanfaatkannya kembali,” jelas Cece.