Ajak Petani Terapkan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu, Kementan Tanamkan Pertanian Berkelanjutan
BANDUNG BARAT – Kementerian Pertanian (Kementan), melalui UPT Pelatihan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, menyelenggarakan Konsultasi Agribisnis Terpadu, Andal, Luar Biasa, Inovatif, Solutif (KATALIS), Rabu (24/9/2025), di BP3K Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Tema yang diangkat adalah mengenaj pertanian organik.
Hadir pada kegiatan ini konsultan dari widyaiswara BBPP Lembang, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bandung Barat, Sekretaris Camat Saguling dan kelompok tani dari 6 desa di Kecamatan Saguling.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan pertanian organik adalah solusi untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan.
"Pertanian organik dapat menyediakan pangan sehat yang ramah lingkungan dan mampu memberikan nilai tambah ekonomi tinggi bagi petani, sekaligus menjadi jawaban atas tantangan perubahan iklim global," tutur Mentan Amran.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan hal terpenting untuk meningkatkan pertanian adalah dengan meningkatkan kualitas SDM.
"Kementerian Pertanian melalui BPPSDMP juga terus mengupayakan peningkatan SDM di bidang pertanian," kata Santi.
Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, mengatakan pihaknya membangun dan mengembangkan KATALIS sebagai salah satu standar pelayanan bagi para stakeholder dengan tujuan peningkatan kompetensi SDM pertanian.
"Salah satu pelayanan publik yang kami laksanakan mendukung kompetensi SDM pertanian melalui konsultasi agribisnis," jelasnya.
Saat konsultasi, Widyaiswara BBPP Lembang sebagai konsultan, pada awal kegiatan menjelaskan prinsip pengendalian hama dan penyakit terpadu (HPT).
Pengendalian hama dan penyakit bisa dikombinasikan antara organik dan kimiawi, asalkan pemberian pupuk atau penyemprotan untuk hama dan penyakit secara kimiawi itu harus dikurangi dan dilakukan dengan bijaksana, tepat dosis dan tepat jumlah.
Salah satu pengendalian HPT memanfaatkan jamur seperti Trichoderma. Trichoderma mampu mencegah penyakit tular tanah (fusarium) dan berperan untuk menjaga daya tahan tubuh/imunitas dari tanaman selayaknya pemberian vaksinasi pada manusia.
Widyaiswara didampingi petugas juga mempraktikkan perbanyakan Trichoderma.
Dijelaskan inokulasi Trichoderma dengan peralatan sederhana yang membutuhkan diantaranya isolat Trichoderma, lampu bunsen, spirtus, jarum ose, dan jagung sebagai media perbanyakannya.
Widyaiswara lalu menjelaskan titik kritis agar proses perbanyakan Trichoderma sukses.
"Titik kritis perbanyakan Trichoderma ada di sterilisasi tempat, dan saat inokulasi minimalisir berbicara keras supaya mencegah kontaminasi."
Selanjutnya diberikan pula cara pengaplikasian trichoderma ke tanaman, bisa melalui berbagai cara seperti ditaburkan pada lubang tanam, dicampurkan dengan pupuk atau diaplikasikan sebagai larutan. Pemberian Trichoderma sebaiknya pada sore hari agar tidak terjadi penguapan berlebih.
Diskusi berjalan diantaranya tentang proses pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung dan pengendalian hama patek pada tanaman cabai.
Untuk pencegahan hama dan penyakit pada tanaman, widyaiswara menegaskan pentingnya pemberian pupuk berimbang pada tanaman dan pengaturan jarak tanam.
Pertanyaan lainnya tentang waktu yang tepat pemberian Tricoderma pada saat pembuatan pupuk organik.
"Pemberian tricoderma yang tepat untuk pembuatan kom-mix hayati (kompos dicampurkan dengan agens hayati Trichoderma adalah saat dekomposisi pupuk organik sudah berjalan 1 minggu atau sampai suhu dingin sekitar 23-25 derajat celcius," terang Widyaiswara.
Saat ini, laboratorium agens hayati BBPP Lembang memproduksi Trichoderma dalam bentuk serbuk.
Widyaiswara berbagi tips cara pembuatannya dengan mencampurkan Trichoderma dengan zat kaolin dengan komposisi tertentu. Fungsinya untuk memperpanjang masa simpan trichoderma tersebut.
Dengan melakukan inokulasi Trichoderma, petani dapat mengendalikan penyakit tanaman secara alami dan meningkatkan kualitas hasil panen secara berkelanjutan.
Salah seorang petani dari Kelompok Tani Cinta Asih I Desa Cipangeran, Aris Supardi, menyampaikan apresiasinya atas kegiatan KATALIS, kolaborasi BBPP Lembang dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian KBB.
"Adanya konsultasi agribisnis ini menambah ilmu pengetahuan bagi kami tentang agen pengendali hayati, lalu juga tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman berbagai tanaman yang kerap kami alami," ucapnya.
"Semoga program ini bisa berkontribusi dan berkelanjutan untuk pembangunan pertanian di Kecamatan Saguling," harap Aris.