Kementan Genjot Generasi Milenial Terapkan Smart Farming melalui Training of Trainers di Ciawi
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) kembali dengan terobosan baru di awal tahun 2022.
Melalui Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) dan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, BPPSDMP tengah menjalankan program reguler maksimum yang dikemas dalam kegiatan Training of Trainers (TOT) Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian.
Diselenggarakan di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, pada Selasa (25/01/22) ToT diikuti oleh 60 peserta secara offline dan 15.000 lainnya secara online melalui zoom. Peserta terdiri dari Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo berkesempatan hadir secara langsung dan membuka pelatihan. Pada arahannya SYL menjelaskan, ToT Smart Farming ini, sangat penting dilakukan guna menjaga sektor pertanian terus eksis di tengah gempuran pandemi Covid-19.
"ToT Smart Farming adalah upaya menembus langit dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern melalui smart farming," ujarnya.
Beberapa faktor tersebut, imbuh Syahrul, harus terus diperhatikan oleh seluruh pihak yang terlibat. Oleh karena itu, lanjut SYL, membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi.
"Jika ini terjadi, negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan smart farming bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur," jelas pria asal Makassar ini.
ToT kali ini bertujuan meningkatkan penerapan teknologi dalam dunia pertanian dimulai dari para Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian. Harapannya, setelah mengikuti ToT dan mendapat ilmu penerapan smart farming di berbagai sektor pertanian. Para stakeholder ini dapat menerapkan dan menyebarluaskan kepada petani.
Turut hadir, Kepala BPPSDMP, Prof. Dedi Nursyamsi. Senada dengan Mentan SYL, Dedi Nursyamsi menjelaskan teknologi smart farming dapat membuat pekerjaan petani lebih efisien.
Mulai dari kontrol, proses produksi, serta pengelolaan bisa lebih baik.
"Tentunya, kita harus bangun ini dengan meningkatkan daya intelektual seluruh stakeholder utamanya petani. Selain itu, saat ini kita sudah lama digempur oleh pandemi Covid-19 serta perubahan iklim. Namun, kita tidak boleh berkurang sedikitpun soal produktifitas. Solusinya adalah smart farming atau pemanfaatan internet of things," katanya.
Lebih lanjut, Prof. Dedi menerangkan bahwa penerapan teknologi Internet of Things merupakan terobosan yang dapat menjadikan produksi pertanian lebih efektif dan berkelanjutan.
Selama tiga hari pelatihan, disampaikan materi Pengembangan Pertanian Berbasis Smart Farming oleh Dr. Netti Tinaprila dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Pengenalan Pemrograman Mikrokontroller Berbasis Smart Farming oleh Iwan Hermawan dari Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Implementasi Smart Farming di Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura oleh Gehde Agung Wedhatama dari P4S Petani Muda Keren (PMK), Implementasi Smart Farming di Peternakan oleh Septian dari Diary Farm, dan ditutup dengan materi Kredit Usaha Rakyat. DRY/YKO