Kementan Bersama NAM CSSTC Selenggarakan International Training

Sesuai dengan amanah undang-undang, Indonesia memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam berbagai bidang di kancah internasional, termasuk dalam sektor pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia bersama Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM CSSTC) atau Pusat Gerakan Non-Blok untuk Kerjasama Teknik Selatan-Selatan,  sebuah organisasi internasional yang mengemban misi meningkatkan kapasitas negara-negara Gerakan Non Blok (GNB), menyelenggarakan pelatihan internasional tentang kultur jaringan dengan tajuk “Online Training Course on Horticulture Seed Propagation with Tissue Culture” pada Kamis (25/03/2021). Kerjasama kegiatan seperti ini sudah menjadi agenda rutin antara Kementerian Pertanian dengan negara Afrika dan Pasifik dalam beberapa tahun terakhir. 

bbppl-nam1

Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, menekankan pentingnya keterlibatan Kementan di kancah dunia dengan berperan aktif membantu negara mitra di Afrika dan Pasifik yang masih terbelakang dalam ketahanan pangan. "Indonesia selama ini telah banyak membantu negara-negara mitra di Afrika, seperti membangun training center di Gambia dan Tanzania, lalu membuat proyek percontohan pengembangan kacang  kedelai di Madagaskar dan padi di Sudan. Indonesia juga mengirim bantuan traktor tangan untuk beberapa negara Pasifik seperti Fiji dan Vanuatu," kata Mentan. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, juga menyatakan, "Indonesia memiliki banyak tenaga ahli dalam berbagai bidang yang siap untuk bekerjasama dalam membantu negara-negara mitra di Afrika dan Pasifik,"

Sebagai salah satu UPT Pelatihan Pertanian di bawah Eselon I BPPSDMP, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang dipercaya oleh Kementan dan NAM CSSTC untuk menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan Online Training Course on Horticulture Seed Propagation with Tissue Culture ini. Hal ini didasarkan pada pertimbangan BBPP Lembang telah memiliki pengalaman panjang dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan tingkat internasional, serta memiliki SDM dan sarana yang mendukung untuk pelatihan internasional yang diselenggarakan secara online ini.

Sebelumnya, pelatihan dilakukan secara asynchronous mulai hari Senin (22/02/2021). Pada sesi ini, peserta mengakses secara mandiri materi yang telah disiapkan pada Learning Management System (LMS) BBPP Lembang. Selama 3 hari sebelum pelaksanaan tatap muka secara online, peserta belajar secara mandiri melalui modul, panduan praktik, bahan tayang, dan video tutorial yang telah tersedia di LMS.

Peserta yang bergabung sebanyak 33 orang yang berasal dari negara Bangladesh, Lebanon, Nepal, Pakistan, Fiji, Solomon Island, dan tuan rumah Indonesia, yang merupakan negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan NAM CSSTC.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan), Bustanul Caya Arifin. Mengawali sambutan, Kapuslatan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Kementerian Pertanian melalui BBPP Lembang untuk menyelenggarakan pelatihan internasional ini. “Selamat datang kepada para peserta, sangat senang bertemu Anda. Kebanggaan dapat mengadakan pelatihan yang didiukung oleh NAM CSSTC,” bukanya. Bustanul juga menyampaikan pelatihan ini sebagai salah satu bentuk komitmen Kementan dalam meningkatkan kualitas SDM pertanian. “Pandemi ini menyebabkan banyak perubahan terutama di Indonesia. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan awareness untuk meningkatkan kualitas pertanian,” tambahnya.

Menurut Bustanul dengan berbagi ilmu terutama pada perbanyakan benih tanaman hortikultura melalui teknologi kultur jaringan yang dapat dibuat di level rumah tangga. “Kultur jaringan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesadaran pada produk pertanian serta meningkatkan kualitas produk yang sangat berpotensi dikembangkan di negara berkembang,” tutup Kapuslatan.

Dilanjutkan dengan sambutan Direktur NAM CSSTC, Diar Nurbintoro yang menyampaikan bahwa “Keterbatasan ilmu dan pengetahuan tentang pertanian menjadi dasar utama terselenggaranya webinar pagi ini”. Terselenggaranya pelatihan ini didukung penuh oleh pemerintah masing-masing negara Asia Pasifik, seperti Banglades, Lebanon, Fiji, Nepal, Pakistan, dan Solomon Island. “Kegiatan ini merupakan bentuk solidaritas antara negara-negara berkembang terutama dalam bidang pertanian. Melalui pelatihan ini semoga ke depannya kita dan negara Asia Pasifik dapat saling mendukung menghadapi isu global,” lanjutnya.

Kapuslatan selanjutnya menyampaikan materi pertama dengan memperkenalkan Kementerian Pertanian, peranan BPPSDMP dan Pusat Pelatihan Pertanian. Mulai dari tujuan pengembangan pertanian, kebijakan Kementan dalam menghadapi pandemic Covid-19 di Indonesia dalam jangka pendek dan panjang, progam-program dalam mewujudkan visi misi kementan, serta pengenalan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani). 

Selanjutnya, masuk ke sesi utama, penjelasan materi pelatihan. Materi disampaikan secara bergantian oleh Sani Hanifah, Abd. Rohim, dan Fiadini Putri, Widyaiswara BBPP Lembang spesialisasi budidaya tanaman. Sani menjelaskan tentang media kultur jaringan, mulai dari alat dan bahan yang dibutuhkan, komponen penyusun media dan fungsinya, dan tahapan pembuatan media. “Bahan penyusun yang biasa kami gunakan bisa jadi tidak ditemukan di negara asal peserta, peserta dapat menggunakan bahan penyusun media yang instan, yang bisa diperoleh di online shop” jelas Sani.

Materi selanjutnya, Abd. Rohim mengajak peserta lebih detail memperhatikan poin-poin penting dalam pengelolaan eskplan. “Ada 4 poin penting sebagai kunci keberhasilan dalam pengelolaan eksplan, darimana eksplan berasal, bagaimana Anda menghilangkan sumber kontaminan, apa media yang Anda gunakan untuk menumbuhkan eksplan, dan apakah Anda memiliki cukup keterampilan untuk menginokulasi eskplan,” tegas Abd. Rohim. Lebih lanjut dijelaskan, satu hal penting pada pengelolaan eksplan adalah sterilisasi. Sterilisasi eksplan harus mempertimbangkan jenis bahan sterilisasi, konsentrasi bahan sterilisasi, dan waktu sterilisasi yang disesuaikan dengan kondisi eksplan.

Materi terakhir tentang aktimalisasi disampaikan oleh Fiadini Putri. Pada materi ini dijelaskan bahwa sterilisasi adalah proses adaptasi tanaman dari kondisi in vitro ke kondisi in vivo, untuk menyiapkan tanaman dapat tumbuh di lahan terbuka. “Bahan-bahan penyusun media tanam yang biasa kami gunakan hanya merupakan contoh.

Peserta dapat berimprovisasi dengan bahan-bahan yang tersedia di negara masing-masing. Hanya saja harus tetap memperhatikan tingkat kesterilan bahan, agar tanaman dapat terjaga dari mikroorganisme pengganggu,” pungkas Fia.

Setiap sesi materi peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Pada sesi materi media kultur jaringan, peserta menanyakan tentang bahan-bahan penyusun media kultur yang tidak dikenal di negaranya, dan beberapa tahapan pembuatan media yang mereka kurang pahami. Di materi pengelolaan eksplan, peserta banyak bertanya tentang sterilisasi ekpslan dan sumber kontaminasi. Sedangkan pada materi aklimatisasi, peserta menanyakan tentang bahan media alternatif dan waktu yang dibutuhkan tanaman untuk proses adaptasi. 

Akhir sesi, dijelaskan kembali cara penggunaan LMS. Peserta wajib mengisi evaluasi pelatihan, membuat action plan atau rencana tindak lanjut. Form action plan berupa kegiatan yang akan dilakukan peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Kegiatan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing peserta. Action plan yang telah disusun diupload kembali ke LMS. Pendampingan oleh Widyaiswara terhadap peserta akan terus dilakukan untuk memastikan peserta dapat mengaplikasikan materi dan membantu kendala-kendala yang dihadapi peserta selama mengaplikasikan action plan. Materi berupa video tutorial juga dapat diakses dengan bebas melalui youtube channel BBPP Lembang.

Acara ditutup oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Ade Candra Dijaya. Ade mengungkapkan pelatihan internasional ini bertujuan untuk menambah kemampuan kognitif dan praktikal bagi SDM tani di Bangladesh, Lebanon, Fiji, Indonesia, Nepal, Pakistan, dan Solomon. “Kesempatan ini menjadi sarana belajar dari berbagai negara, terima kasih kepada fasilitator yang sudah menyampaikan materi kepada peserta dengan baik,” tutupnya. Ade berharap pelatihan ini dapat dilakukan lebih rutin guna meingkatkan kebutuhan praktikal dan menjalin kerjasama yang baik antar negara.

Sangita Devi, salah satu peserta dari Kementerian Pertanian Fiji merasa puas dengan pelatihan ini. “Thank you. I really enjoyed this training course on tissue culture. It was wonderful experience to learn through LMS. I have learnt alot, there were some doubts which was clarified.  As I was having some drawbacks with banana tissue culture. I would like to convey my heartfelt thanks to all. Kind Regards,” ungkapnya.