Petani Program READSI Dilatih KRPL secara Virtual Berbasis Learning Management System
LEMBANG. Arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, “Urusan pangan 267 juta rakyat Indonesia tetap harus ditangani dengan baik. Kita harus bekerja lebih keras. Petani harus dimotivasi dan tetap disemangati,” ujar Menteri yang akrab disapa SYL ini. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menyatakan, “masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa. Oleh karena itu gencarkan olah tanah, olah tanam, dan manfaatkan lahan pekarangan, terutama pangan lokal. Semua harus mendukung gerakan ketahanan pangan nasional,” tutur Dedi.
Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling Up Initiative (READSI) merupakan salah satu program Kementerian Pertanian dalam pemberdayaan petani. Untuk meningkatkan kompetensi petani dalam memanfaatkan pekarangan di rumahnya atau lingkungan sekitar rumahnya, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang kembali menyelenggarakan pelatihan KRPL Program READSI secara virtual dengan peserta 30 orang petani muda di 6 provinsi wilayah Program READSI.
E-Learning berbasis Learning Management System (LMS) dilaksanakan selama 3 hari mulai 23 – 25 November 2020. Sesi online dengan memanfaatkan zoom cloud meeting, walaupun baru bagi peserta dengan metode pelatihan seperti ini, namun menjadi tantangan dalam penerapan revolusi industri 4.0. Pembukaan pelatihan, Senin (23/11/2020) oleh Kepala BBPP Lembang Kemal Mahfud. “lahan pekarangan utamanya di Indonesia kawasan timur masih luas dibanding di pulau Jawa, sehingga pelatihan bertujuan untuk bagaimana memanfaatkan pekarangan. Ketahanan pangan untuk 267 juta jiwa harus tetap bertahan saat pandemik covid-19 masih ada saat ini, karena pertumbuhan nasional dari sektor pertanian (PDB) sebesar 16,4% sehingga pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga.
Tujuan dari pelatihan ini yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani muda dalam penerapan teknologi pertanian terpadu dengan memanfaatkan bahan yang ada berkonsep back to nature atau berwawasan lingkungan, mampu mengaplikasikan teknologi yang didapat ditingkat lapangan, dan sebagai role model yang mampu untuk membimbing dan membina masyarakat dalam penerapan teknologi pertanian terpadu.
Selama pelatihan, peserta belajar tentang Kebun Bibit Desa, Model Budidaya Vertikultur, Budidaya Sayuran di Polybag, Budidaya Tambulapot, Hidroponik Sederhana, Pembuatan Pupuk Organik, Pembuatan Pestisida Nabati, dan Desain Pekarangan. Secara simultan, setiap widyaiswara memberikan penjelasan dan langsung praktik di depan peserta secara online melalui aplikasi zoom, materi terkait pemanfaatan KRPL. Sesi diskusi menjadi ajang tanya jawab sebagai upaya memecahkan permasalahan peserta di lapangan terkait budidaya tanaman di KRPL.
Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan, evaluasi daily mood, peserta merasa senang dalam mengikuti proses pelatihan secara virtual ini. Untuk evaluasi pemahaman materi 4,73 memuaskan, evaluasi awal 54,06 dan evaluasi akhir 94,53 sehingga peningkatan pemahaman sebesar 77,25%. Penilaian terhadap fasilitator 4,80 dan berada dalam kategori sangat baik. Evaluasi kepuasan peserta nilainya 114 kesimpulannya seluruh peserta merasakan puas mengikuti pelatihan ini. Evaluasi yang dilakukan sebagai feedback untuk meningkatkan pelayanan dalam proses pelatihan.
Mirwan, salah seorang peserta pelatihan menyampaikan kesannya mengikuti pelatihan secara virtual ini. ”selama 3 hari ini kami banyak memperoleh pengalaman baru tentang KRPL dan harapan kami bisa kami terapkan di wilayah kami masing-masing. Semoga setelah pelatihan ini kami tetap memperoleh pendampingan.”