Pelatihan Online Pasca Panen Sayuran untuk Meningkatkan Kompetensi Petani dan Pelaku Usaha

bbpplembang BOC pasca panen sayuranLEMBANG. Bertani on Cloud menjadi salah satu program yang diinisiasi Pusat Pelatihan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sejak awal tahun 2020. “di masa pandemi covid-19 bahwa pengembangan SDM pertanian melalui pelatihan harus tetap berjalan untuk mendukung program utama Kementerian Pertanian”, jelas Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. “Teknologi informasi harus dimanfaatkan dalam proses pelatihan sehingga dapat menjangkau seluruh masyarakat di Indonesia dan Bertani on Cloud ini adalah salah satu solusi model pelatihan online yang tepat”, jelasnya. Pelatihan elearning ini diadakan setiap hari selasa dan kamis dengan pemateri dari 10 balai pelatihan dibawah koordinasi Pusat Pelatihan Pertanian. Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyajikan materi Penanganan Pascapanen Sayuran pada Bertani on Cloud Volume 52, Selasa (20/10/2020).

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, dalam sambutan saat membuka pelatihan secara resmi, “tidak terasa, Bertani on Cloud yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sudah mencapai volume 52 hari ini”, ucapnya. “Kali ini yang membawakan materi adalah Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang dengan tema Penanganan Pascapanen Sayuran, dan harapan kami petani dan stakeholder di bidang pertanian setelah mengikuti program ini mampu mengetahui dan memahami teknik penanganan panen dan pascapanen sayuran dan bagaimana penyimpanannya yang baik. Keuntungannya dengan Good Handling Practices (GHP) memperlama waktu simpan, mempertahankan nutrisi sehingga citarasa sayuran akan lezat saat dikonsumsi”, jelas Bustanul.

Widyaiswara pembawa materi, Yeyep Dintan, menjelaskan tentang proses pascapanen sayuran baik yang dari pasar modern, pasar ekspor, pasar online, dan pasar khusus. “BBPP Lembang bekerjasama dengan Taiwan Technical Mission dalam ‘Strengthening Bandung Agribusiness Incubation Cland Development Project’ sudah menginjak tahun ke-6, yaitu mulai dari pembangunan sarana dan prasarana, pelaksanaan pelatihan untuk 1.890 petani dan saat ini sedang fase pemasaran dimana Packing House menjadi salah satu sarana belajar pemasaran”, jelas Yeyep. “Packing House saat ini dikelola oleh Lembang Agribusiness Incubation Center (LAIC) dimana juga dibentuk koperasi petani bernama Bandung Vegetables Station (Bavas) sebagai supplier sayuran”, imbuhnya. Peran BBPP Lembang dalam kerjasama ini mendukung pelatihan dan membantu pemasaran untuk para petani yang bergabung dalam koperasi Bavas.

Peserta yang hadir di zoom cloud meeting mencapai 318 orang dan juga ada yang menyaksikan melalui live streaming youtube Puslatan Kementan. Dijelaskan detail tentang setiap ruangan dan bagian yang ada di Packing House mulai dari ruang penerimaan sayuran, penimbangan sayuran, pencatatan, ruang pre-cooling agar sayuran tetap segar. Selanjutnya dijelaskan ruang sortasi dan grading, ruang pengemasan, ruang pengolahan hasil, cold storage, dan ruang pengiriman barang.

Penanganan pascapanen sayuran dibagi sesuai tujuan pemasaran, yaitu komoditas pertanian untuk ekspor seperti komoditas buncis Kenya dan ubi Cilembu, dimana penanganan pascapanennya dilakukan sortasi dan grading dan langsung dikemas didalam kontainer. Dijelaskan pula tentang komoditas untuk pasar modern yang sudah mencapai 100 item yang dipasarkan, seperti paprika, brokoli, kubis, tomat, dan lainnya, dengan penanganan pascapanen mulai dari sortasi dan grading serta dikemas dengan plastic wrapping sesuai jenis komoditasnya dan diberikan label. Ada juga sayuran yang dipasarkan secara online yaitu sayuran yang sudah dikemas beserta bumbunya seperti sayur lodeh dan sayur asam. Terakhir, dijelaskan tentang proses pascapanen sayuran yang dipasarkan ke pasar khusus di Jakarta seperti melon, ciplukan, dan lainnya.

Salah seorang petani milenial buncis Kenya yang sudah bekerjasama dengan Packing House, Andri Septuri, menyampaikan kesannya “dengan penanganan pasca panen yang baik maka bisa meningkatkan nilai jual komoditas yang saya budidayakan sebesar 30%”, jelasnya. “saya berpesan khususnya kepada para milenial kita untuk tetap menanam, kita tidak sendiri, bila mengalami kesulitan bisa menghubungi penyuluh, widyaiswara, dan pihak lainnya untuk membantu memecahkan masalah kita”, ungkap Andri.

Setelah pemaparan dan praktik pascapanen sayuran, dilakukan diskusi dengan peserta yang banyak menanyakan tentang proses pascapanen sayuran. Pemateri juga memberikan buku kepada peserta diskusi, buku yang ditulis oleh pemateri dengan judul BAVAS Sahabat Pahlawan Sayur Lembang.

Tirta Naviana, salah seorang peserta yang berasal dari Sulawesi Selatan menyampaikan, “materi kali ini menarik dan sangat bermanfaat untuk petani dan pengusaha di bidang pertanian agar sayuran yang sampai ke tangan konsumen segar dan layak dikonsumsi”, jelasnya. (chetty)