OJT Mampu Meningkatkan Kompetensi Peserta Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh
LEMBANG. Sejak awal Tahun Aggaran 2018 hingga saat ini, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah melaksanakan Pelatihan Dasar Fungsional bagi Penyuluh Pertanian baik Ahli maupun Terampil sebanyak 19 angkatan atau dengan realisasi peserta kurang lebih 570 orang penyuluh pertanian dari berbagai Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Papua. Senin (20/08/2018), baru saja ditutup Pelatihan Dasar Fungsional bagi Penyuluh Pertanian Terampil Pola On Job Training (OJT) yaitu CPNS dari THL-TBPP
Angkatan XVI-XVIII di 3 Kabupaten yaitu Garut, Cianjur, dan Lebak. Pelatihan telah dilaksanakan selama 3 minggu mulai tanggal 30 Juli – 20 Agustus 2018 dengan peserta sebanyak 87 orang.
Pelatihan Dasar Penyuluhan Pertanian dengan Pola On Job Training mengharuskan peserta untuk melakukan praktik kompetensi secara individu diwilayah binaan masing-masing selama 4 hari setelah 2 minggu berlatih di BBPP Lembang. Mereka melakukan Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem. Dari data tersebut dilakukan analisis untuk menentukan urutan prioritas permasalahan yang harus dipecahkan dengan mempertimbangkan kepentingan orang banyak. Selanjutnya membuat programa penyuluhan pertanian, Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan (RKTP), menyiapkan bahan penyuluhan dan melaksanakan penyuluhan pertanian dilanjutkan dengan evaluasi penyuluhan dan penilaian kelas kelompok.
Ruwendi, salah seorang peserta yang berasal dari Kabupaten Indramayu menyampaikan apa yang telah dilakukan selama praktik kompetensi. “Awalnya, saya berkunjung ke Balai Desa Muntur Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu yang merupakan wilayah binaan saya. Saya melakukan wawancara dengan Kepala Desa, Kepala Urusan Ekbang, Ketua BPD, dan Ketua LPM. Disana saya menggali potensi wilayah dan diskusi tentang lembaga di desa, bagaimana pengaruh dan manfaatnya bagi petani. Setelah itu kami menuju wilayah untuk mendata komoditas unggulan mendata hasil produksi padi, mengidentifikasi serangan hama ulat pada bawang merah, dan menggali informasi dan melakukan wawancara keluarga petani, menggali permasalahan yang sedang dihadapi saat ini khususnya tentang bawang merah. Metode yang kami gunakan yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA)”. “Selanjutnya, saya melakukan input data primer, mengidentifikasi potensi, masalah dan solusi dibantu oleh penyuluh swadaya dan pengurus gapoktan untuk menyusun Programa Penyuluhan dan Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluhan (RKTP)”, tutur Ruwendi lagi. Setelah memperoleh kesimpulan atas apa yang harus dilakukan, dengan menggunakan analisa GMP maka permasalahan yang dihadapi petani bawang merah saat ini adalah hama ulat, sehingga Ruwendi membuat materi penyuluhan tentang Pengendalian Hama dan Penyakit Bawang Merah dengan alat bantu peta singkap dan folder saat proses penyuluhan. Setelah proses penyuluhan, petani melakukan evaluasi terhadap proses penyuluhan yang telah dilaksanakan baik dari sisi materi, metode maupun media yang digunakan. Tidak lupa, Ruwendi juga melakukan penilaian kelas kelompok. (chetty)