Pelatihan Agribisnis Sayuran bagi Petani dengan Metode Onsite Training Model (OTM)

bbpplembang diklat agribsayuran otm5Tantangan di bidang pelatihan pertanian semakin nyata, menuntut agar pelatihan tidak hanya sebatas meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, namun juga diharapkan berkorelasi langsung dengan peningkatan pendapatan petani yang bermuara pada kesejahteraan petani. Karenanya, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, yang sejak tahun 2015 bekerjasama dengan Taiwan Technical Mission (TTM) dalam hal bbpplembang diklat agribsayuran otmpenguatan kapasitas petani, salah satu kegiatannya yaitu melaksanakan Pelatihan Agribisnis Sayuran bagi Petani sebanyak 1.800 orang petani selama kurun waktu 3 tahun ini.

 

 

bbpplembang diklat agribsayuran otm2Tahun 2017 ini diawali pada bulan Mei 2017 hingga saat ini, BBPP Lembang telah melatih petani sebanyak 10 angkatan (300 orang) dan mentargetkan akan melatih sebanyak 10 angkatan lagi hingga akhir tahun 2017 nanti. Pelatihan dilaksanakan di beberapa desa di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung di lahan usahatani corefarmer yang bertindak sebagai pelatih, dimana corefarmer tersebut telah dilatih di BBPP Lembang sebelumnya pada tahun 2016.

bbpplembang diklat agribsayuran otm3Berbeda dengan model pelatihan yang biasa dilakukan. Pelatihan ini menggunakan metode onsite training model (OTM). OTM adalah model pelatihan berbasis outcome yang menggunakan pola integrasi mulai dari proses perencanaan hingga pendampingan dan evaluasi. Pelatihan dengan model Onsite Training Model (OTM) dilaksanakan dengan 2 sesi, yaitu sesi tatap muka dan sesi penerapan teknologi. Pada hari pertama, dilakukan Identifikasi Kebutuhan Latihan (IKL) untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani dalam mengembangkan usahataninya yang nantinya akan menjadi kurikulum pelatihan. Pada hari kedua dilaksanakan tatap muka terkait materi sesuai kurikulum dengan metode klasikal, demonstrasi dan praktik. Kemudian dilanjutkan dengan sesi penerapan teknologi dimana petani yang dilatih melakukan penerapan teknologi didampingi penyuluh pertanian dan petani maju melalui pertemuan kelompok, anjang karya, dan metode penyuluhan lainnya. Proses ini berlanjut terus dengan tahapan yang sama sampai dengan sesi ke 6. Lama setiap sesi yang dilalui tergantung pada musim tanam, kesepakatan petani dan hasil IKL dengan maksimal waktu pelatihan dan pendampingan selama 1 tahun. (chetty)