Menyongsong Harapan
Hidup adalah sebuah pilihan. Ketika seorang menginginkan kebahagiaan, ia berupaya hidup ke arah itu. Cepat atau lambat, ia akan meraihnya. Sebaliknya, jika hidupnya dipenuhi penyesalan, keluh-kesah, apatis, aral, menganggap bahwa selama hidupnya tidak pernah menjumpai kebahagiaan, dirinya akan terperangkap pada ketidaknyamanan dan ketidakbahagiaan.
Ia terperosok pada mental negatif, buruk sangka pada takdir. Berprasangka negatif pada takdir Tuhan, sama artinya membunuh rasa optimisme! Akhirnya, ia memaknai takdir untuk dirinya dengan berujar: takdir tidak dapat diubah!.
Kata orang bijak, kebahagiaan tidak usah dicari, kebahagiaan ada pada dirinya sendiri, lakukan dan resapilah. Sangat banyak orang berpendapat, kebahagiaan bertumpu pada kebendaan. Padahal materi itu dimulai pada perhatian sesaat dan berakhir pada kebosanan, keusangan, bahkan bisa lenyap. Kebahagiaan bersumber dan kembali pada ketenangan hati
Jika kita menghitung dan belajar tentang nikmat dan rezeki yang pernah dirasakan, ketidaknyaman akan jauh lebih sedikit dibanding yang sudah diterima. Kita seringkali berkeluh kesah tentang apa yang tidak dapat diraih, namun lupa tentang semua yang diterima.
Seandainya kita dihadapkan pada satu masalah, ketidaknyamanan, kesuntukan, dan persoalan menyangkut apa saja, berpikir jernihlah sejenak! Lakukan introspeksi. Bersikaplah bahwa tidak ada masalah dan kesulitan kecuali ada pemecahan dan kemudahannya. Berbuatlah. Seperti orang-orang lain yang telah mencoba dan keluar sebagai pemenang untuk dirinya sendiri. Laluilah koridor masalah itu, maka kita akan belajar berempati. Naikilah tangga masalah dan kita akan meraih arti kesabaran. Duduklah di atas singgasana masalah, lihatlah kita akan merasakan satu kebijakan!
Bermula dari masalah, di tengahnya ada pelajaran dan berakhir pada rumus kehidupan. Rumus itu universal, berbunyi: masalah, kesulitan dan persoalan hidup itu adalah cikal bakal menuju keberhasilan, kebahagiaan, dan kebijakan!
Saya tergoda untuk mengemukakan kembali kalimat ini: Setelah kita melampaui segala kesulitan hidup hari ini, maka kemarin dan sebelumnya kita menapak tilas pahit-getirnya perjuangan, betapa ajaibnya Tuhan memberi pelajaran dan jalan keluar, maka hari ini kita bisa tersenyum bahkan tertawa bahwa peristiwa-peristiwa lalu, seperti lelucon dan bahan tertawaan. Betapa bodohnya kita saat itu! Itulah orang bodoh yang terus belajar dari kelemahan dan kesalahan, bukan si pintar yang menganggap hidup harus serba enak, serba nyaman, serba instan dan serba terduga! Kehidupan adalah misteri yang masih ada kemungkinan jawabnya.
Jika tiada masalah, Berarti tidak ada kehidupan. Berhentilah kita hidup. Jika kita berani hidup berarti kita siap menghadapi masalah dan tantangan. Namun setelah kita mampu menanggulanginya, janganlah kita berbangga diri dan menganggap kita sendiri yang menyelesaikannya. Ada tangan Tuhan yang mengintervensi semua itu. Tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang serta-merta!
Tuhan sedang memberikan satu pelajaran. Betapa akan dirasakan manisnya buah kehidupan selepas bersusah payah. Keluh kesah hanya membuat kita sempit, kerdil, dan menenggelamkan potensi diri kita sendiri. Kita seolah takut tidak dapat bekerja dengan pemberian yang sudah Tuhan berikan: panca indera, tangan-kaki, akal dan hati. Tidak cukupkah itu sebagai bekal berusaha? Selanjutnya, minta dan berpegang teguhlah kepada Tuhan Semesta Alam. Jangan biarkan kesempatan ini lewat begitu saja, sedang Tuhan senantiasa memperhatikan, menyapa dan berkehendak membantu kita setiap saat. Tuhan punya skenario sendiri untuk memberikan sebagian kemuliaan kepada makhluk-Nya.
Mungkin ada benarnya, bahwa mengarungi hidup ini adalah berpindahnya satu takdir ke takdir lainnya. Namun, takdir itu tidak mungkin berpindah, kalau kita hanya diam, pasif, dan mengandalkan untaian kata nan indah dalam doa. Yang diperlukan adalah gerak dan upaya yang rasional, kesabaran, keuletan. Dan di ujungnya, biarlah Tuhan yang akan menyelesaikan dengan cara-Nya Sendiri. Jika kita sudah keluar dari masalah itu, bersyukurlah kepada-Nya lalu mintalah barokah-Nya.
Berbuat dan bekerjalah, Tuhan memberikan pertolongan-Nya dan kita akan menuainya!.