Metode Precision Farming

METODE PRECISION FARMING DARI UTARA
Oleh : Andy S. Wisnu

 

bbppl-iowa.jpgSaya baru seminggu menginjakkan kaki di Amerika ketika kawan saya mengajak jalan-jalan seputaran Negara bagian, didaerah tengah Amerika Serikat- oleh penduduknya diistilahkan Midwest.  Kesan pertama bagi saya sebagai orang Indonesia adalah: serasa di rumah sendiri. Bukan karena banyak warung coto Makassar atau ikan bakar seperti di Makassar kampung saya, tetapi karena di kiri-kanan jalan terhampar ladang yang luas, dengan tanaman yang berjejer rapi mengingatkan pada prajurit TNI yang sedang latihan baris-berbaris. Jalanan yang membelah ladang menjauhi jalan raya pun bukan aspal, melainkan jalan pengerasan dilapisi batu kapur (gravel) yang membuat kabut bila ada pengemudi yang melewati jalan terserbut.

 

 

Namun setelah diperhatikan, saya menemukan ada beberapa hal yang membedakan lahan di Amerika dengan di Indonesia. Salah satunya  adalah bahwa batas antara satu lahan pertanian dengan lahan berikutnya sangat jauh.  Kawan saya menunjukkan data survey dari USDA (Deptan lokal Amerika) bahwa memang rata-rata seorang petani di Amerika memiliki lahan pertanian olahan seluas 60 acre (23 hektar). Fakta lain yang membuat saya kaget adalah bahwa lahan tersebut biasanya diolah oleh 1-2 tenaga permanen - termasuk pemilik lahan - untuk tanaman serealia, dan menambah 10-15 orang tenaga paruh waktu untuk tanaman sayur dan buah. Dan saya bengong dengan suksesnya…

Setelah dipelajari lebih jauh, sebenarnya wajar saja jika petani di Amerika mampu mengolah lahan seluas, katakanlah 100 acre (37,5 hektar) dengan tenaga 1-2 orang. Efisiensi ini dapat tercapai karena sistem pertanian di Amerika didukung oleh beberapa faktor :
  1. Infrastruktur yang mendukung proses pertanian,
  2. akses pembiayaan yang mudah namun prudent,
  3. pengetahuan teknikal mendetail mengenai ilmu pertanian dan pemasaran produk yang didukung pemerintah dan pihak akademika,
  4. sistem precision farming (tepat guna dan efisien)
  5. akses informasi digital,
  6. Dukungan penyedia input pertanian
  7. sistem pasar bebas,
  8. dan yang terakhir adalah manajemen resiko melalui produk asuransi pertanian yang diatur oleh pemerintah.

 

Faktor yang pertama kali membuat saya sangat tertarik adalah sistem precision farming. Mungkin karena namanya yang asing tetapi kedengarannya keren untuk saya. Melihat saya cukup tertarik tetapi bingung mengenai sistem ini, kawan saya yang kebetulan adalah seorang agronom yang bekerja di sebuah perusahaan penyedia input pertanian semacam pupuk dan bibit yang cukup ternama di Iowa akhirnya mengajak saya ikut dengannya mengunjungi kantorbbppl-precision farm_gps receiver.jpg dan pelanggannya untuk mendapatkan  pandangan lebih mendalam mengenai sistem ini. Baru setelah saya berhadapan langsung dengan petani dan dipaparkan secara panjang lebar, saya mulai mengerti mengenai sistem ini.

 

Precision farming pada dasarnya adalah menggunakan input pertanian yang tepat, di tempat yang tepat dengan teknik yang tepat dan jumlah yang tepat, sehingga efisien, efektif, dan menghasilkan panen yang maksimal sesuai dengan standar yang berlaku di pasar, sehingga harganya maksimum. Melihat  definisi yang cukup panjang tadi, bisa ditebak, prosesnya sedikit ribet untuk saya yang baru belajar mengenai hal ini.  Bagaimana tidak pusing;  untuk dapat mencapai kriteria precision farming yang tepat,  seorang petani harus mempunyai beragam informasi yang saling kait-mengait dan mempengaruhi.

Informasi yang diperlukan adalah :

  1. Struktur dan Tekstur Tanah
    Data ini bisa didapatkan dari Deptan Amerika (USDA) yang menyediakan peta tanah bagi penduduk yang memerlukan dengan harga yang relatif murah. Struktur dan tekstur tanah akan menentukan teknik aplikasi nutrisi tanah dan jenis tanaman yang cocok untuk lahan yang bersangkutan. Struktur dan tekstur tanah  jarang bbppl-precision farm_sistem irigas roll pipe.jpgberubah untuk periode yang lama, namun penting untuk petani yang akan membeli atau menyewa lahan baru.
  2. Jenis Tanaman yang akan ditanam dan Target Panen
    Seorang petani akan  menentukan lebih awal berapa target panen yang diinginkan untuk tanaman yang akan ditanam. Untuk mengambil keputusan mengenai jenis tanaman yang akan ditanam, seorang petani akan melihat laporan tanaman prospektif (prospective planting report) ,dikeluarkan  oleh Departemen Pertanian Amerika, yang memberikan prospek volume komoditas setiap awal tahun. Data ini akan memberikan gambaran seberapa jauh harga dapat naik pada tahun berjalan. Dengan data prospek harga jual setelah panen nanti dan data input pertanian saat ini(pupuk, bibit, insektisida,dan herbisida), petani dapat menghitung terlebih dahulu apakah tanaman yang akan ditanam bisa memberi untung yang maksimal atau malah rugi. Semua state university (universitas negeri) di setiap Negara bagian Amerika Serikat mempunyai extension office (kantor penyuluh) yang dapat membantu petani menghitung proyeksi laba rugi.

    Situs yang menampilkan prospective planting report 2009:
    https://usda.mannlib.cornell.edu/MannUsda/viewDocumentInfo.do?documentID=1136

    Contoh Situs yang menampilkan alat bantu penghitungan proyeksi laba rugi :
    https://www.extension.iastate.edu/AGDm/crops/html/a1-20.html

  3. Teknik Penggunaan input pertanian yang Efektif dan Efisien,
    Setelah menentukan jenis tanaman yang diperlukan dan target panen yang diinginkan, petani harus dapat menentukan jumlah nutrisi yang diperlukan tanaman bbppl-precision farm_contoh peta nutrisi tanah.JPGuntuk tumbuh maksimal. Faktor yang mempengaruhi antara lain :
     
    • Tanaman pendahulu, karena data ini akan memberikan informasi mengenai nutrisi yang terpakai, tersisa dan diperlukan untuk mencapai hasil maksimal
    • Soil Sampling (uji tanah), yang mengukur keasaman tanah,dan  jumlah nutrisi yang terkandung dalam tanah (unsur makro dan mikro sesuai permintaan). Metode uji tanah ditujukan untuk memetakan lahan berdasarkan kebutuhan nutrisinya, sehingga aplikasi nutrisi disesuaikan dengan kebutuhannya, tidak disamaratakan pada seluruh lahan. Biasanya uji tanah dilakukan sekali dalam 3 tahun, dan diantaranya dilakukan penghitungan berdasarkan tanaman pendahulu.
    • Penggunaan nutrisi dengan bentuk yang tepat pada waktu yang tepat. Bentuk pupuk disesuaikan dengan struktur dan tekstur tanah untuk mengurangi kehilangan nutrisi, sementara waktu aplikasi disesuaikan dengan tanaman yang ditanam. Contohnya, Anhydrous Amonia (AA) kurang cocok dipakai di tanah berpasir, karena beresiko untuk terserap kedalam tanah dan meracuni air tanah, sehingga tidak berefek maksimal untuk tanaman.  Dan untuk jagung, sebaiknya pemberian nitrogen dibagi 2 pada awal tanam dan setelah tahap V3
    • Pemilihan Hibrid yang tepat, disesuaikan dengan kondisi tanah,dan waktu yang dibutuhkan bagi tanaman untuk berkembang sebelum musim tanam berakhir.
    • Pemilihan waktu yang tepat dan temperatur yang kondusif dan mendukung tanaman untuk berkembang. Contohnya untuk jagung, temperatur tanah yang cocok adalah 26-30 derajat celcius.
    • Penggunaan herbisida dan insektisida yang tepat sesuai bbppl-precision farm_aplikasi pupuk tepat guna.jpgdengan hama yang mengganggu berdasarkan data historis hama yang mengganggu tanaman sebelumnya. Lokasi hama di lahan dapat pula dipetakan menggunakan foto aerial atau melalui metode tradisional yaitu memeriksa lahan secara langsung. Petani dapat menggunakan jasa pekerja lepas untuk melakukan pemeriksaan lahan. Metodenya melalui pemeriksaan batang, akar dan daun.
    Kembali, informasi mengenai teknik aplikasi input pertanian yang tepat dapat diakses di website extension universitas. Contohnya adalah: https://www.agronext.iastate.edu/
         
  4. Penggunaan mesin yang tepat sehingga proses penanaman bibit, nutrisi, herbisida maupun pestisida tepat.     
  5. Menangani faktor eksternal, seperti cuaca dapat diakses melalui siaran televisi maupun website.  Temperatur yang tepat dan arah angin dapat mempengaruhi proses penanaman bibit, aplikasi pupuk dan herbisida/pestisida.

Precision farming, adalah faktor yang selalu berubah seiring kemajuan teknologi. Seraya terkagum-kagum melihat betapa detail proses yang ditempuh seorang petani untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak urung juga saya mengomentari betapa sulitnya proses ini untuk dapat dijalankan. Satu hal yang saya kagumi adalah kemampuan petani di Amerika untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi pertanian. Kawan saya juga mengakui betapa proses ini cukup sulit pada awalnya.Tetapi seiring berjalannya waktu, dan dengan dukungan penuh pemerintah dan lembaga riset di universitas,  precision farming menjadi hal yang normal dan jamak dilakukan semua petani yang ingin mencapai keuntungan maksimal. Juga tidak dapat dipungkiri, keberhasilan proses.
 
Hari itu saya belajar banyak mengenai pentingnya Precision farming, namun juga bahwa metode ini  hanyalah satu pilar yang membangun sistem pertanian di Amerika. Beberapa faktor penting lain juga berperan tidak kalah pentingnya, namun sayang perut kami sudah bernyanyi minta diisi, dan kawan saya sudah harus mengantar saya pulang sebelum sempat menjelaskan mengenai faktor lainnya; tetapi hanya setelah saya (sedikit) paksa untuk berjanji menjelasakan  pada perjalanan saya berikutnya.