Manfaat Sukun Sebagai Sumber Pangan Alternatif

bbppl-Sukun-PohonPohon sukun memiliki sosok yang tinggi besar, tingginya dapat mencapai sekitar 20-40 M, batang pokoknya tegak. Penampilan pohon sukun amat indah dan anggun
 
Sehingga baik dijadikan tanaman penghijauan, cabang-cabangnya yang teratur rapi dan berjauhan dengan daun yang terletak di ujung cabang membuat pohon sukun tergolong tanaman yang beruntung. Dikatakan demikian karena kelembaban tanaman menjadi terjaga, sehingga jarang diserang penyakit. Akar tanaman pohon sukun tergolong akan advertif, karena sebagian besar menyebar di dekat permukaan tanah. Bila tanaman sudah besar, kadang-kadang sebagian akar menyembul pada permukaan tanah. Jika dilukai dari akar tersebut akan muncul tunas sebagai tanaman baru. 
 
bbppl-Sukun-BuahPohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Buah sukun berbentuk bulat telur hingga bulat, tidak berbiji, garis tengah buah sekitar 10 - 30 Cm. Dari pohon sukun dewasa dapat dihasilkan sekitar 200 - 750 buah perpohon setiaptahunnya.

Di kalangan internasional, sukun di kenal sebagai bread fruit atau buah roti. Sukun memiliki nama yang berlainan di daerah-daerah di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa sukun merupakan buah yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari penduduk nusantara. Ada 3 (tiga) jenis sukun yang beredar yakni: sukun kecil atau sukun kuning, sukun medium, sukun gundul, yang merupakan jenis buah sukun yang paling besar yang beratnya rata-rata 2,5 – 4 kg.

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan panen susulan pada bulan Juli - Agustus.  Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar.

Selama ini baru 4 jenis tanaman yang dianggap sebagai pendamping padi atau beras sebagai makanan pokok yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kentang. lronisnya sukun belum dilirik sama sekali, padahal kandungan gizi (karbohidrat dan energi) sukun sesungguhnya tidak kalah dengan keempat komoditi pendamping 4 jenis tersebut.  Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam, dari satu wilayah  ke wilayah lainnya, baik bahan pangan sumber karbohidrat,  protein, lemak, vitamin maupun mineral.  Pangan sumber karbohidrat biasanya berasal dari serealia, umbi-umbian,  dan buah-buahan.  Untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia  yang hidup dalam lingkungan yang majemuk dan memiliki anekaragam  kebudayaan dan potensi sumber pangan spesifik, strategi pengembangan pangan perlu diarahkan pada potensi sumberdaya pangan wilayah.

Masalah pangan dalam negeri tidak lepas dari persoalan beras dan terigu.  Meski di beberapa wilayah, penduduk masih mengkonsumsi pangan  alternatif gaplek, beras jagung, sagu ataupun ubi jalar, tetapi fakta menunjukkan bahwa terigu lebih adaptif dan adoptif daripada pangan domestik tersebut.  Gejala ini bukan saja bagi golongan menengah ke atas, tetapi kalangan bawah  pun sudah terbiasa menyantap mei, jajanan, roti atau kue yang semua berbasis terigu.

bbppl-Sukun-OlahanPenganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya  sumber  karbohidrat).   Melalui  penataan  pola  makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional.

Dalam upaya mengembangkan tanaman sukun sebagai sumber pangan alternatif teknologi tepung campuran (tepung komposit) tampaknya cukup prospektif sebagai pendorong diversifikasi pangan.  Pendekatan ini tentu saja tidak sesederhana yang dibayangkan, melainkan tetap memerlukan berbagai pengkajian. Sebagai contoh, pencampuran bahan membawa konsekuensi perubahan karakter bahan dan perubahan mutu produk pangan.  Preferensi dan budaya makan daerah yang sangat beragam merupakan modal dasar sebagai acuan bentuk pangan yang berdiversifikasi. Sumber karbohidrat dari  buah-buahan masih relatif tertinggal pemanfaatannya  dibandingkan dengan  bahan pangan sumber karbohidrat asal serealia dan umbi-umbian. Salah satu jenis buah-buahan yang potensial dikembangkan sebagai sumber karbohidrat ialah sukun (Artocarpus commuris) (Heyne, 1987).

Berdasarkan  kandungan karbohidrat dan nilai  gizinya,  buah sukun dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Dengan beberapa cara pengolahan, buah sukun dapat digunakan untuk menunjang ketahanan pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan bukanlah merupakan upaya yang mudah dan cepat dinilai keberhasilannya. Perilaku  konsumsi pangan yang sudah terpola pada masyarakat Indonesia tidaklah mudah diubah  begitu saja. Usaha-usaha yang selama ini telah dilakukan untuk menganekaragamkan makanan, khususnya dalam rangka mengurangi ketergantungan akan beras belumlah cukup. Sosialisasi dan  pengenalan berbagai jenis olahan  perlu dilakukan  secara  terus menerus  Untuk menjaga kesinambungan penganekaragaman pangan non beras,  perlu dikenalkan aneka olahan dari tepung-tepungan.

Pemanfaatan sukun sebagai bahan pangan semakin penting, sejak pemerintah mulai melancarkan program diversifikasi pangan. Meski Indonesia pada tahun 1984 telah diakui badan pangan dunia mampu berswasembada beras, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Dengan menurunnya produksi beras dan meningkatnya konsumsi beras per kapita (136 kg/kapita/tahun), kini Indonesia tidak lagi  dapat mencukupi kebutuhan beras. Untuk mensubstitusi  kebutuhan  karbohidrat sebagai bahan pangan pokok, buah sukun  merupakan salah satu alternatif  pendamping  beras. Bobot buah sukun rata-rata 1500 g, dengan bobot daging buah yang dapat dimakan sekitar 1.350 g.   Konsumsi  beras rata-rata perkapita untuk sekali makan sebanyak150 g (= 117g karbohidrat, kadar karbohidrat beras sekitar 78%). Kandungan karbohidrat buah sukun 27% (Anonim, 1992), berarti  satu buah sukun dengan bobot daging 1.350g mengandung karbohidrat sebesar 365g.  Jadi satu  buah sukun dapat  dikonsumsikan sebagai penggati beras  untuk 3-4 orang.

Pada tahun 2000  produksi buah sukun di Jawa Barat 1.446.100 kg atau kurang lebih sebanyak  964.067 buah. Bila setiap keluarga dalam sehari satu kali   mengkonsumsikan buah sukun sebagai pengganti beras, maka produksi sukun dalam setahun dapat dikonsumsikan oleh 3.792 jiwa. Ini  setara dengan konsumsi beras sebanyak 5.688 ton. Dengan melihat potensi sukun tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sukun dapat dijadikan sumber pangan alternatif sebagai pengganti bahan makanan pokok atau diversifikasi pangan. Berdasarkan kandungan nutrisinya, buah sukun mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan pokok pendamping beras. Kandungan vitamin dan mineral buah sukun lebih lengkap dibandingkan dengan beras, namun kalorinya lebih rendah. Hal ini mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu dapat digunakan sebagai makanan diet. Untuk golongan masyarakat tertentu yang menginginkan diet makanan kalori rendah dapat memilih buah sukun  dalam menu sehari-hari.

Dari Berbagai Sumber