Kolaborasi Penyuluh Pertanian dan Widyaiswara Lakukan Pendampingan Demplot kepada Petani Program Bantuan Sosial
CILILIN. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bekerjasama dengan Taiwan Technical Mission (TTM) dan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cililin, melaksanakan program bantuan sosial bagi masyarakat terdampak pandemi covid-19. Program ini berupa pemberian bantuan pinjaman kepada petani yang tertarik bekerjasama dalam budidaya sayuran, berupa sarana produksi. Salah satu lokasinya yaitu di Desa Budiharja Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Lima orang petani yang menerima manfaat program ini berasal dari Kelompok Tani Padaringan, yang juga merupakan alumni Pelatihan Teknis Agribisnis Sayuran pola Onsite Training Model. Para petani difasilitasi sarana produksi seperti benih, pupuk organik, pupuk NPK, insektisida, fungisida, dan lainnya untuk melakukan budidaya tanaman cabai dan sayuran lainnya.
“Ada 5 orang petani yang bekerjasama dalam program bantuan sosial ini, 4 orang diantaranya menanam cabai merah dan 1 orang menanam tomat. Hasil panen sebesar 90% akan didonasikan ke yayasan/ponpes yang terdampak Covid-19”, jelas Acep Yusup, Penyuluh Pertanian setempat, Kamis (17/09/2020). Penyuluh Pertanian bersama Petugas POPT Kabupaten Bandung Barat secara rutin melakukan pendampingan kepada petani agar dalam melakukan budidaya cabai dan tomat, petani mampu menghasilkan sayuran yang berkualitas.
“Diatas lahan seluas 1.000 m2, saya menanam cabai merah keriting Varietas Castello yang ditumpangsarikan dengan bawang daun. Jumlah tanaman cabai ada 2.000 pohon”, jelas Endang Saipuloh, salah satu anggota Kelompok Tani Padaringan.
Widyaiswara BBPP Lembang, Dewi Padmisari S. dan Rosros Rosdiantini, melakukan kunjungan ke lokasi lahan bansos. Setelah melakukan pengamatan terhadap tanaman cabai yang saat ini berumur 24 HST, dimana petani melakukan uji coba tanaman cabai dengan perlakuan pewiwilan dan tanpa pewiwilan, Rosros menyampaikan, “tanaman yang tidak diwiwil maka batangnya akan banyak, namun tidak kokoh sehingga mudah rebah saat tumbuh buahnya, dan akan terlalu rimbun sehingga rentan terserang bakteri, lagipula pertumbuhannya menjadi tidak terlalu tinggi sehingga walau di awal cabai cepat berbuah, namun selanjutnya akan berkurang produksi buahnya”. “Tanaman cabai yang diwiwil akan tumbuh tinggi dan batangnya kokoh sehingga buah cabai yang dihasilkan akan banyak”, jelas Rosros.
Saat bersamaan dilakukan pendampingan oleh Petugas POPT Kecamatan Cililin, Komarudin Saleh. Dijelaskan kepada anggota Kelompok Tani Padaringan tentang pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobium (PGPR) sebagai zat pengatur pertumbuhan tanaman sehingga terhindar dari serangan bakteri yang menyebabkan penyakit layu bakteri.