Bebegig IoT, Penerapan Smart Farming Mampu Hempaskan Hama pada Tanaman


Penerapan smart farming berbasis internet of things membuat petani Indonesia bisa mengaplikasikan sistem pertanian yang lebih cerdas dan modern sehingga bisa mendongkrak produksi dan produktivitas sektor pertanian.

CIAMIS. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, terus mendorong penerapan program smart farming di Indonesia. Menurutnya, smart farming adalah solusi pasti bagi peningkatan nilai tambah produk pertanian sekaligus meningkatkan efisiensi sehingga perbaikan ekonomi dan peningkatan produksi bisa diwujudkan.

Pernyataan ini dipertegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi.
Saat ini adalah eranya generasi milenial dalam mengambil peran dan kesempatan.
Kemajuan pertanian harus didukung petani milenial karena milenial memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

“Di era 4.0 ini ada lima hal yang harus di pegang oleh petani milenial yaitu rencana, antusias, ilmu, pengetahuan, keterampilan dan aksi nyata. Jika itu semua ada di genggaman kalian impianmu pasti akan terwujud,” ungkap Dedi.

Di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat, kebiasaan petani di Desa Dewasari belum bisa menanam secara serempak, karena dikhawatirkan jumlah hama yang datang ke berbagai hamparan sawah tidak dapat dikendalikan. Saat ini, dalam rangka pengaplikasian smart farming berbasis internet of things (IoT), lahirlah inovasi “Bebegig IoT” (bebegig adalah replika manusia yang ditempatkan di sawah, kebun, ladang yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti burung atau binatang lainnya (hama sawah) agar tidak mematuk atau merusak biji, tunas, serta buah-buahan yang tengah tumbuh di areal itu). Inovasi ini merupakan karya cipta salah satu pelaku pembangunan pertanian du Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, Rudi Mandala Jaya.

Rabu (19/7/2023), dilaksanakan pembahasan, monitoring dan eksplanasi, bertempat di Aula Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Hadir di pertemuan ini Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, Kepala Bidang Penyuluhan, Kelompok Jabatan Fungsional lingkup Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, Koordinator BPP, Penyuluh POPT, Koordinator Penyuluh, Aparatur Desa dan Babinsa.

Saat ini untuk mempekerjakan seorang petani dalam menjaga sawah untuk mengusir apabila ada hama yang datang dibutuhkan biaya Rp 100.000,00/hari. Apabila dihitung hingga masa panen bisa mengeluarkan biaya Rp 4.500.000,00. Diharapkan dengan adanya “Bebegig IoT” ini dapat mengurangi/menekan biaya pengeluaran tersebut.  

Saat memberikan arahan, Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika mengingatkan “Ada 3 hal yang bisa mengungkit produksi dan produktivitas pertanian, yaitu inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sampai ke tingkat lokal (local wisdom) dan kualitas SDM pertanian.

Produksi dan produktivitas SDM Pertanian yang berkualitas sangatlah berpengaruh dan dibutuhkan karena untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi 280 juta jiwa di Indonesia. “Kami harapkan bermunculan dari Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis ini,” tutur Ajat.

Salah satu upaya lainnya dalam mengimbangi pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pangan adalah pemanfaatan teknologi yang diiringi dengan inovasi seperti memanfaatkan smart farming

“Jangan pernah berhenti mencoba, jangan takut gagal. Thomas Alfa Edison pun dalam menemukan bola lampu sampai 1000 (seribu) kali percobaan,” ungkap Ajat. “Inovasi teknologi harus mudah digunakan, compatible dengan lingkungan sekitar dan bernilai ekonomis,” katanya lagi. 

Rudi Mandala Jaya, saat ini tergabung dalam Kelompok Tani Balebat IV Desa Dewasari, menjelaskan tentang inovasi “Bebegig IoT”
ini. Bebegig IoT bisa berjalan dengan 3 (tiga) mode: 1) dengan sensor otomatis yang berfungsi ketika hama mendekat di jarak 5 meter menggunakan sensor infrared, 2) menggunakan timer waktu berkala, dan 3) remote control menggunakan smartphone (wireless). “Bebegig IoT” yang menggunakan mikrokontroller arduino uno ini menghabiskan biaya pembuatan sejumlah Rp 1.100.000,00 dan perkiraan daya tahan mesin selama 5 tahun.

Dari pertemuan ini, terdapat beberapa pengembangan “Bebegig IoT” yang akan dilakukan, diantaranya: 1) Penambahan jack dan motor extension yang menjadi solusi agar daerah/lahan yang terjangkau oleh “Bebegig IoT” menjadi lebih luas dan penanaman sawah bisa serempak, 2) Penggunaan kaki yang lebih tinggi dan lebih kuat serta ukuran orang-orangan bisa diperbesar agar lebih terlihat ketika di sawah, 3) Penambahan sensor kamera untuk keamanan alat/fungsi seperti CCTV, 4) “Bebegig IoT” diharapkan menggunakan pakaian dengan warna terang agar lebih efektif dalam mengusir hama burung pipit, seperti warna merah cabai atau hijau stabilo.