Proses Belajar Mengajar Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian


Penyuluhan pertanian adalah sebuah proses pembelajaran yang berkesinambungan, oleh sebab itu harus benar-benar dipahami oleh penyuluh pertanian saat dilakukan penyuluhan di lapangan  yaitu:

1.  Kondisi pembelajaran bagi petani di lapangan

Seorang fasilitator atau penyuluh pertanian (PP) ketika memfasilitasi di dalam kelas seperti kursus tani, tidak seperti guru yang serba tahu dalam subyek pembelajaran. Tidak boleh terjadi pemaksaan keinginan yang terpaket dalam kurikulum. Interaksi pembelajaran kepada petani hendaknya peranan fasilitator dalam pelatihan bukanlah memindahkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta pelatihan. Peranan fasilitator/penyuluh pertanian mendorong  dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapainya, memahami kebutuhan belajar sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar dan dapat mendiagnosis kebutuhan belajarnya sesuai perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.


Pembelajaran yang diberikan pada petani dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya) bila fasilitator/widyaiswara tidak mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun memberikan motivasi agar individu petani mampu menemukan alternatif-arternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang fasilitator/penyuluh pertanian harus lebih banyak mendengar dan menerima gagasan seseorang peserta. Petani sebagai orang dewasa pada hakekatnya   adalah mahluk yang kreatif, bila mampu menggali potensi yang ada dalam diri mereka.


Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, orang dewasa mempunyai nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda, oleh sebab itu pembelajaran terhadap orang dewasa, memerlukan pengalaman serta memahami tentang teori -teori pembelajaran petani sebagai orang dewasa, yaitu memahami karakter, kebiasaan, harapan dan cita-citanya yang hendak di capainya.

2.  Peran penyuluhan pertanian


Penyuluhan pertanian menurut Departemen Pertanian (2002), Pendidikan non formal, dengan tujuan pemberdayaan petani dan keluarganya, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, sedangkan menurut ensmiger (1962),proses Pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat/petani.


Lebih lanjut menurut Knowles dalam bukunya "The Modern Practice of Adult Education" membedakan antara pedagogi dengan andragogi dalam proses belajar bagi anak-anak dan bagi orang dewasa. Andragogi dalam pengertian ini dirumuskan sebagai suatu seni dan ilmu dalam usaha membantu orang dewasa belajar. Pengertian lain tentang pendidikan orang dewasa, dikemukakan pula oleh John D. Ingals tahun (1972) yang memberikan suatu batasan bahwa "pendidikan orang dewasa adalah suatu cara pendekatan dalam proses belajar orang dewasa". Rumusan ini lebih menekankan kepada teknik belajar bagi orang dewasa sehingga orang dewasa sanggup dan mau belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


Penyuluhan Pertanian yang dilakukan di lapangan terhadap sasaran penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha serta masyarakat petani, bagaimana mereka belajar dan bagaimana mereka mengikuti pembelajaran oleh penyuluh pertanian (PP)  dalam menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan. Yang perlu diterapkan oleh PP yaitu memahami tentang bagaimana petani mau belajar dan mau ikut pembelajaran diantaranya :

1.    Memahami tentang karakter individu pembelajar (petani dan keluarganya)

2.    Petani mau belajar karena kebutuhan, ada masalah yang harus dipecahkan

3.    Adanya pengetahuan,keterampilan baru dan menarik untuk diterapkan dalam kegiatan usaha taninya.

4.    Membantu petani dan keluarga dapat menuangkan harapan dan cita-citanya yang ingin dicapai.

5.    Peningkatan pendapatan dan kesejahteran petani

3.    Prinsip pembelajaran bagi petani yang dapat diterapkan dinlapangan yang dapat digunakan oleh penyuluh pertanian (PP) diantaranya yaitu : untuk mudah di ingat melalui singkatan RAMP 2 FAME.

R =Kebaruan ( Recenc)y A = Kelayakan (Appropriateness) M = Motivasi (Motivation) P =Keunggulan (Primacy) 2 = 2 –dua arah komunikasi ( Way Communication) F =Umpan balik ( Feedback) A =Belajar aktif (Active Learning) M =Belajar akan jauh effektif jika peserta menggunakan lebih dari satu kelima indranya ( Multi – Sense Learning)  E = Latihan atau praktik (Exercise)

 

Dengan memahami kondisi pembelajaran kepada petani, baik sebagai pelaku utama, maupun sebagai pelaku usaha, proses penyuluhan pertanian dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan effisien, yang dapat diterapkan oleh fasilitator, penyuluh pertanian dapat berhasil dan dapat diterapkan pada saat melaksanakan penyuluhan di lapangan sesuai harapan.