Mentan Sapa Petani Milenial Jawa Barat

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) berkesempatan melakukan kunjungan kerja ke Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Sayuran (BPSITS), Sabtu (6/5). Pada kesempatannya menyapa lima petani milenial asal Jawa Barat. 

Di hadapan jajaran Eselon I dan II, serta Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) wilayah Bandung Raya, bincang tersebut dilakukan melalui Zoom Virtual Conference. Turut hadir secara luring petani milenial dan penyuluh Kabupaten Bandung Barat.

Mentan mengajak kelima petani milenial tersebut menceritakan kisah suksesnya hingga omzet yang didapat saat ini. 

Ais, petani milenial asal Bogor, menjadi yang pertama berkesempatan berbincang dengan Mentan. Ia memaparkan saat ini usaha tani yang dijalaninya sudah memiliki pasar yang tepat. “Sebelum memulai bisnis kami mencari pasarnya dulu sehingga kita dapat mengetahui target produksi dan kriteria yang diinginkan konsumen. Jika produk kita berkualitas, konsumen tidak akan berpindah ke lain hati,” ungkapnya. 

Selanjutnya, Imas, petani milenial asal Ciwidey, Kabupaten Bandung, menceritakan bisnisnya di bidang hortikultura. “Saat ini saya tengah mengembangkan tanaman hortikultura, seperti stroberi, baby buncis, tomat, dan sawi putih,” jelasnya. Diakui Imas bisnisnya mampu meraup omzet hingga 150 juta untuk satu komoditas. Terlebih sawi putih yang menjadi salah satu komoditas andalan dan telah diekspor ke Korea sebagai bahan dasar kimchi.

Bincang Mentan dengan para petani milenial ditutup dengan Pratiwi, yang telah mengekspor kopi dan gula merah ke Negeri Paman Sam. Selain itu Ia juga mengekspor bawang goreng dan duren produksi petani di Jawa Barat.

 “Sudah ada 8000 ton kopi yang diimpor dari Jabar. Saat ini kami tengah bekerja sama dengan Diaspora di Amerika untuk mencari pasar dan membantu distribusi produk ke supermarket lokal di sana,” jelas Pratiwi yang tengah berada di Hawai.
Mentan mengapresiasi semangat dan keberhasilan para petani muda ini.

 Menurut Mentan, ini menjadi titik terang masa depan pertanian di Indonesia. “Luar biasa semangat anak-anak kita. Karenanya, sebagai bagian dari Kementerian Pertanian kita tidak boleh loyo,” pungkasnya. Ia mengimbau seluruh jajarannya untuk mendukung dan terus merangkul para petani milenial ini. 

“Dibutuhkan atensi yang lebih serius serta kolaborasi dengan berbagai pihak. Saat ini kita sudah masuk ke era perubahan, tidak boleh hanya pakai satu ilmu saja,” lanjut Mentan.

Ditemui di akhir kegiatan kunjungan kerja Mentan, Rosep Nugraha, petani milenial Kabupaten Bandung Barat menceritakan kesannya.  

Rosep merupakan petani milenial di bidang tanaman hias yang telah merintis bisnisnya sejak 13 tahun lalu. Diakuinya kunjungan Mentan kali ini memberikan harapan cerah baginya sebagai petani milenial. 

“Bapak SYL telah memaparkan kesuksesan sektor pertanian, ini menjadi semangat bagi saya bahwa pertanian adalah sektor yang menjanjikan dan menghasilkan,” ungkapnya.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) turut menjadi garda terdepan dalam mencetak petani milenial. Disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, Kementan masih terus melakukan pelatihan khusus kepada para petani muda dari berbagai daerah agar dapat didampingi secara intensif.

"Saya berharap mereka semua menjadi pengusaha milenial dan melalui pelatihan mereka bisa terjun bisnis di samudera pembangunan pertanian yang begitu luas," kata Dedi pada keterangannya.

Upaya tersebut dilakukan BPPSDMP salah satunya melalui pelatihan bagi petani milenial di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Sebagai UPT pelatihan wilayah Jawa Barat BBPP Lembang telah melatih dan mendampingi petani milenial sejak tiga tahun terakhir. 

Ajat Jatnika, Kepala BBPP Lembang mengatakan “Generasi milenial merupakan tulang punggung pembangunan pertanian di masa depan. Sektor pertanian memberikan peluang usaha cukup besar untuk masa depan yang cemerlang, asalkan sentuhan pertanian jangan hanya di on farm saja, namun juga hingga off farm dan manfaatkan teknologi informasi”.