Residu Pestisida pada Produk Segar Asal Tumbuhan (PSAT)

bbpplembang PSATKeamanan pangan menjadi isu dunia yang memerlukan peran dan kepedulian pemerintah dalam rangka menjamin kesehatan masyarakat. Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan nasional maupun perdagangan internasional.  Beberapa kegiatan yang mendukung ketersediaan bahan pangan adalah penanaman tanaman pangan,  buah-buahan dan sayuran yang ditanam oleh petani.  Sebagian besar target penanaman tersebut adalah peningkatan produksi sehingga  selalu mendapat perhatian terutama  kualitas hasil dari produk pertanian  agar harganya tidak anjlok ketika dijual di pasaran. Salah satunya adalah dengan memberikan bahan-bahan kimia yang terbungkus dengan nama pestisida dan pupuk.    

Pestisida bahan kimia untuk membunuh hama dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan tanaman seperti serangga pemakan daun (ulat), serangga penghisap cairan tanaman maupun makhluk hidup super kecil seperti jamur, bakteri atau virus yang dapat mengganggu bahkan mematikan tanaman. Bahan  kimia tesebut tentu saja dapat kita sebut sebagai racun.  Pestisida yang disemprotkan  pada tanaman tentu saja akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar dan daun. Bahan kimia dari pestisida tersebut akan mengendap dalam tanaman yang disebut residu. Residu dari pestisida tentu saja akan terbawa pada hasil panen. Dalam jangka pendek, dampak negatif dari residu pestisida tentu tidak meninggalkan dampak negatif bagi tubuh kita, namun dalam jangka panjangnya mampu menimbulkan gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal, gangguan syaraf, metabolisme enzim hingga menggangu kesuburan dan gangguan janin.Sehingga kepentingan keamanan pangan masih menjadi kebutuhan kedua jika dibandingkan dengan peningkatan produksi produk pertanian.

Berbeda dengan bahaya cemaran biologi yang dapat terdeteksi dalam waktu singkat misalnya diare, bahaya cemaran kimia baru dapat dirasakan beberapa tahun kemudian. Residu pestisida yang tersisa pada produk pertanian dan kemudian terkonsumsi ke dalam tubuh manusia, memberikan dampak negatif terhadap kesehatan. Berbagai penelitian telah menunjukkan hal tersebut. Bolognesi dan Merlo (2011) memperlihatkan hubungan antara residu pestisida dengan penyakit yang sekarang ini banyak berkembang, di antaranya adalah leukemia, lymphomas, parkinson, kanker usus, dan keterbelakangan mental serta adanya korelasi positif antara orangtua yang terpapar pestisida dengan anak penderita kanker. Studi epidemiologi membuktikan bahwa beberapa bahan aktif pestisida seperti organoklorin dan sulfalat bersifat karsinogenik, sedangkan bahan aktif lain seperti DDT, klordan dan lindan bersifat sebagai pemicu tumor (Dich et al, 1997). International Agency for Research on Cancer (1994) juga menyatakan bahwa komponen arsenik dan insektisida bersifat  karsinogenik, artinya komponen tersebut berpotensi menimbulkan penyakit kanker.  Dampak dari residu pestisida terhadap kesehatan seseorang baru dapat diketahui dalam jangka panjang, apabila residu pestisida terkonsumsi secara terus menerus. Meskipun demikian, beberapa penanganan dapat dilakukan untuk mengurangi kadar residu pestisida pada produk pangan. Menurut Wibowo (2005), tingkat residu pestisida pada pangan segar dapat dikendalikan dan minimalkan dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanganan pasca panen berupa pencucian. Namun demikian, PHT belum sepenuhnya diaplikasikan oleh para petani di Indonesia.   Beberapa perlakuan ini dapat mengurangi kandungan pestisida pada buah dan sayur,  adapun  caranya adalah  sebagai berikut:

Mencuci Sayuran / Buah

Mencuci buah  dan sayur dengan menggunakan air bersih dan mengalir diduga dapat mengurangi residu pestisidanya, namun cara mencucinya perlu ada perlakuan khusus.  Pertama bisa mencuci dengan air mengalir, dilanjutkan dengan merendam dengan air selama minimal 30 menit. Setelah direndam, ulangi mencuci dengan air mengalir sebelum dimakan/ dimasukkan ke dalam lemari es.

Rendam dengan air garam

Merendam buah dan sayuran dalam air garam dapat membantu menyingkirkan kotoran bersama dengan bahan kimia dan pestisida. Hal ini karena garam ampuh membunuh bakteri dan mahluk lainnya seperti ulat.

Baking Soda

Menggunakan Baking soda sebagai bahan pencuci merupakan cara yang efektif untuk mengurangi residu pestisida menurut para ahli. Mencuci dengan air plus larutan baking soda berkonsentrasi satu persen akan menghilangkan 80 persen thiabendazol (bahan aktif pestisida) dan 96 persen phosmet.

Dipanaskan

Memanaskan buah dan sayur pada suhu ekstrem efektif menyingkirkan bahan kimia dan pestisida.

Caranya, rebus air terlebih dahulu, rendam buah atau sayur dalam air ini selama 15 detik sampai 1 menit. Setelah itu, pindahkan buah atau sayur yang telah direbus ke mangkuk berisi air es. Dengan cara ini, kotoran akan lepas.

Rendam dalam larutan asam lemon

Lemon  yang dicampur dalam air menghasilkan larutan antimikroba. Dengan begitu, larutan ini akan menghancurkan kuman dan bakteri yang ada pada buah dan sayuran.Buatlah  jus dari setengah lemon untuk menyingkirkan kuman ini.

Menyikat buah dari lapisan lilin

Buah terutama apel lazim mengandung lapisan lilin di kulitnya.Cara terbaik untuk  mengetahui ada tidaknya lapisan lilin adalah dengan menyikat atau menggaruk kulit buah menggunakan pisau atau bahkan kuku Anda.

Merendam dengan asam sitrat

Buatlah larutan asam sitrat dengan melarutkan 1 sendok teh asam sitrat kedalam 1liter air kemudian rendam buah atau sayur selama 10 menit  untuk mematikan bakteri dalam sayur dan buah.

Rendam dengan air kunyit

Kunyit adalah bumbu yang biasa digunakan masyarakat India di masa lalu untuk menyingkirkan kotoran dan bakteri dari makanan. Tuangkan 1 sendok teh kunyit di air, lalu rendamlah buah dan sayuran dalam larutan ini.

Gunakan cuka putih

Cara ini mengharuskan Anda menakar 10 persen cuka dan 90 persen air. Setelah campuran siap, biarkan buah dan sayuran terendam dalam larutan ini selama 15-20 menit. Setelah itu, bilas. Cuka bisa mengurangi residu pestisida. Namun, tidak akan menyingkirkan secara tuntas. Untuk informasi, jangan rendam buah yang memiliki tekstur lembut seperti buah beri ke dalam larutan cuka karna akan menimbulkan kerusakan  dan menyerap pada buah beri.

Mengupas Buah

Jika ada yang berpendapat bahwa memakan buah beserta kulitnya terkecuali buah durian merupakan cara yang sehat, maka sepertinya sudah tidak berlaku di zaman now deh….mengupas kulit adalah cara sehat untuk menyantap buah-buahan. Kulit buah ditengarai sebagai tempat menumpuknya residu pestisida. Mengupas kulit juga dapat membuang lapisan lilin pelindung buah pada apel agar buah lebih tahan lama.Mengupas kulit apel dipercaya mampu mengurangi residu pestisida (sumber: gulalives.com)

Memilih Sayuran Berlubang

Secara logika  sayuran berlobang disukai ulat sehingga  diharapkan pestisida pada sayuran tersebut berkurang. Kadang kita melihat sayuran seperti kol dan sawi yang berlubang seperti ada ulatnya, maka percayalah sayuran tersebut aman dari residu pestisida. Logikanya, jika tanaman tersebut terpapar pestisida, maka kodisi sayuran akan mulus (bukan berlubang). Dengan cara mencuci saja (menghindari termakannya telur ulat) maka sayuran sudah bisa disantap kok. 

Memilih cara Budidaya

Untuk menghasilkan sayuran yang bebas pestisida, cobalah memilih produsen/petani yang membudidayakan  tanaman secara sehat, jangan hanya membeli di pasar. Budidaya sayuran secara hidroponik sudah banyak dilakukan dibeberapa wilayah seperti Bandung, Lembang, Bogor dan beberapa kota besar kita dapat membeli hasil panennya tentunya dengan harga yang lebih tinggi. Tanaman hidroponik itu non pestisida dalam pembudidayaannya sehingga sehat untuk dimakan.  Tanaman hidroponik aman dari pestisida (Sumber: merdeka.com).

Diharapkan dengan adanya cara-cara sederhana mengenai mengurangi residu pestisida pada pangan segar asal tumbuhan dapat diaplikasikan secara sederhana di kehidupan sehari-hari secara skala rumah tangga tani dan mulai memperhatikan penggunaan pestisida pada kegiatan budidaya tanaman. Sehingga bahaya-bahaya kimia akibat cemaran pestisida dapat dicegah sedini mungkin dan menumbuhkan  minat untuk memperhatikan keamanan  pangan  dalam sendi kehidupannya. 

Daftar Pustaka

Organic Consumers Association. "Italian Law Calls for All Organic Foods in Nations Schools". Diakses tanggal 2013-06-21.

Office of Global Analysis, FAS, USDA. "Cubas Food & Agriculture Situation Report"(PDF). Diakses tanggal 2008-09-04

Sukandar, Dadang; Baliwati, Yayuk Farida; Suhardianto, Anang (2007). "Ketahanan pangan rumah tangga petani penghasil beras organik"(PDF). Jurnal Gizi dan Pangan.