Belajar Orang Dewasa
Persaingan global menuntut kualitas sumber daya manusia yang mampu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Dalam rangka pengembangan ini maka diperlukan suatu usaha secara terkoordinasi dan berkesinambungan. Sistem yang ada merupakan gabungan dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi yang dapat menghasilan output yang optimal.
Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut 2 aspek, yakni aspek fisik (kualitas fisik)dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan-keterampilan lain.Oleh sebab itu, upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini diarahkan juga kepada kedua aspek tersebut. Untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan melalui program-program kesehatan dan gizi.Sedangkan untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan-kemampuan non fisik, maka upaya “pendidikan dan pelatihan” merupakan upaya yang paling diperlukan.Upaya inilah yang dimaksudkan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Salah satu unsur yang mendukung keberhasilan penting dalam peningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pemahaman tentang filsafat belajar orang dewasa oleh para fasilitator yang berkiprah dalam prosespendidikan dan pelatihan, agar mampu melaksanakan tugasnya secara optimal.
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun non-formal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya.
Belajar Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa dikenal dengan Andragogi, berasal dari kata Andro (dewasa) dan agogos (membimbing). Jadi Andragogi adalah konsep pelatihan (membimbing) untuk orang dewasa. Pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang terorganisasi.
Andragogi sebagai seni dan ilmu membimbing dan membantu orang dewasa belajar merupakan suatu proses penemuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) sepanjang hayat terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dan diperlukan untuk diketahui. Proses penemuan ini bukan hanya sekedar transmisi pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan kepada pertimbangan pendidik atau fasilitator, akan tetapi didasarkan kepada kepentingan peserta didik atau warga belajar sendiri. Warga belajar atau peserta didik (orang dewasa) sendirilah yang menentukan penting atau tidak pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang hendak dipelajarinya. Orang dewasa mempelajari sesuatu, karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dia pelajari. Kebutuhan itulah yang menuntut orang dewasa belajar karena dengan pengetahuan baru dan keterampilan baru, masalah yang dihadapinya dapat diselesaikan.
Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses dimana orang yang sebagian besar peranan sosialnya dapat digolongkan dalam status orang dewasa melakukan kegiatan-kegiatan belajar dengan sengaja dan dengan mengadakan perubahan perubahan kearah kemajuan.
Faktor yang Mempengaruhi Orang Dewasa Belajar
Proses belajar manusia berlangsung terus hingga akhir hayat. Namun seringkali terdengar keluhan orang yang makin tua. Ia merasa sulit untuk belajar.Hal ini dikarenakan ada faktor fisiologik maupun psikologik yang mempengaruhinya.
1. Faktor Fisiologis
a. Faktor Penglihatan
Pada umumnya orang usia lanjut (40 – 60 tahun) ketajaman penglihatan berkurang, sehingga pengelompokan peserta diklat jangan terlalu banyak, upayakan antara 15-25 orang peserta. Alat bantu pembelajaran seperti OHP, Peta Singkap, LCD proyektor dibuat/diatur agar semua peserta diklat dapat melihatnya dengan jelas.
b Faktor Pendengaran
Pada usia lanjut fungsi alat pendengaran berangsur-angsur menurun. Dengan demikian perlu pengaturan tempat duduk secara baik, sehingga alat bantu pembelajaran seperti radio, kaset dan lainnya harus semua peserta diklat dapat mendengar dengan jelas.
c. Faktor Artikulasi
Peranan artikulasi dalam berkomunikasi sangat dominan.Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam rongga mulut. Pada orang usia lanjut, banyak sebagian giginya tanggal, tenggorokan yang tidak sesempurna seperti masa remaja. Kondisiseperti ini mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan yang kurang tepat dapat mempengaruhi makna bahasa.Hal ini perlu disadari oleh peserta diklat maupun fasilitator, agar pelafalan suatu kata diupayakan dengan tepat.
d. Faktor Penyakit
Bertambahnya usia sering diikuti dengan penyakit yang disebabkan fungsi organ tubuh sudah berkurang. Biasanya penyakit yang mengiringi usia itu adalah gula darah, kolesterol, tekanan darah tinggi/rendah. Gangguan ini dapat mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu diperhatikan antara lain: 1)agenda pelajaran tidak menjadwalkan proses belajar mengajar dimalam hari,dan 2) latihan fisik yang berlebihan.
2. Faktor Psikologik
a. Harapan Masa Depan peserta diklat dapat mempengaruhi semangat belajar.
b. Latar Belakang Sosial peserta diklat sangat mempengaruhi terhadap motivasi dalam mengikuti diklat.
c. Keluarga.Latar belakang keluarga merupakan faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi minat serta diklat untuk belajar.
d. Latar Belakang Pendidikan, mempengaruhi sikap belajar peserta diklat.
e. Jabatan peserta diklat secara psikologis berpengaruh terhadap sikap dan perilaku belajar peserta diklat.
Prinsip Belajar Orang Dewasa
Beberapa prinsip pengantaran pengajaran orang dewasa adalah sebagat berikut:
- Peserta didik hendaknya mengerti dan menyetujui terhadap tujuan suatu kegiatan pendidikan (kursus)
Diskusi informasi pada pertemuan pertama akan dapat membantu memberikan suatu gambaran umum mengenai apa yang menjadi tujuan adanya suatu program pendidikan. Hal ini dipandang perlu agar para peserta dapat bekerja secara efisien dalam mencapai tujuan.
b) Peserta didik hendaknya mau untuk belajar
Setiap peserta didik diduga mau untuk belajar dengan hadirnya di dalam suatu pertemuan, fasilitator perlu mendorong peserta didik untuk mau belajar sejalan dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan.
c) Menciptakan situasi yang bersahabat dan tidak formal
Fasilitator hendaknya membantu para peserta untuk saling kenal mengenal serta mencoba menggali minat dan pengalaman dari setiap peserta-didik. Apabila hal ini dapat diciptakan, maka proses belajar tidak akan mengalami hambatan yang bersifat psikologis.
d) Penataan ruangan
Hendaknya menyenangkan para peserta. Perlu diperhatikan pula keadaan penataan ruang yang berkenaan dengan tempat atau letak kursi, meja, papan tulis dan alat-alat bantu belajar lainnya sehingga senang dipandang enak digunakan. Penataan ini memungkinkan setiap peserta didik dapat saling pandang satu sama lain. Demikian pula keadaan temperatur ruangan tidak terlalu dingin atau panas serta menjauhkan diri dan suasana gaduh yang mengganggu. Demikian pula halnya dengan penerangan.
e) Peserta didik hendaknya berperan serta mempunyai tanggung jawab terhadap jalannya proses belajar
Bijaksana sekali apabila fasilitator lebih banyak menyerahkan keputusan yang dibuat oleh kelompok. Mengatur kelompok lebih luas lagi akan menghasilkan pengalaman belajar yang lebih baik serta tidak banyak ketergantungan kepada fasilitator. Peran serta yang aktif dan rasa tanggung jawab, diantara peserta akan menumbuhkan rasa senang untuk berlangsungnya proses belajar.
f) Belajar itu hendaknya erat hubungannya dengan pengalaman peserta-didik
Seorang dewasa biasanya belajar dengan menghubungkan pengalaman yang telah lalu, dihubungkan dengan hal yang belum diketahui dan yang telah diketahuinya. Pengalaman peserta-didik yang hadir dalam sistem belajar itu akan memperkaya pengetahuan kita. Pengalaman yang berbeda itu akan memberikan keuntungan bagi pengalaman orang lain.
g) Fasilitator hendaknya mengenal benar akan materi pembelajarannya
Fasilitator hendaknya mengenal dan memiliki pengetahuan yang luas terhadap bidang yang diajarkannya. Fasilitator hendaknya tahu betul sumber-sumber buku mana yang dapat dijadikan bahan bacaan untuk memperluas pengetahuan tentang hal yang dibicarakan.
h) Perhatikanlah kesungguhan dan ketekunan dalam mengajar
Gelora semangat dalam mengajar akan menularkan kesungguhan bagi anak didik. Semangat atau antusiasme merupakan suatu motivasi yang paling baik untuk belajar. Semangat belajar yang diperlihatkan oleh fasilitator akan berpengaruh pula kepada terciptanya semangat belajar para peserta didik.
i) Peserta-didik hendaknya dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya Setiap orang akan berbeda dalam hal pengalaman pendidikan, pembawaan, minat dan kemampuannya. Oleh karena itu, bagi peserta-didik yang cepat sebaiknya diberikan suatu tugas yang dapat dikerjakannya sendiri. Bagi peserta-didik yang lamban hendaknya tidak perlu disesuaikan dengan peserta didik yang belajar lebih cepat, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dirinya.
j) Peserta didik hendaknya sadar akan kemajuan dirinya dan memiliki rasa kepuasan Setiap peserta-didik yang memasuki suatu program kegiatan pendidikan tentu mempunyai suatu tujuan tertentu. Apabila minat belajarnya itu untuk memelihara hal yang telah dia miliki, maka perlulah memiliki perasaan lebih maju dalam mencapai tujuannya itu. Sangat bijaksana apabila pendidik (guru) merencanakan dalam proses belajarnya itu untuk melaksanakan demonstrasi, pertunjukan, wawancara pribadi, dan lain sebagainya yang dapat dijadikan alat pengukur kreativitas peserta-didik.
k) Gunakan metode belajar yang bervariasi
Di dalam suatu situasi belajar tertentu, sebenarnya guru dapat mempergunakan metode belajar tertentu yang tepat untuk digunakan. Misalnya tentang masalah perubahan, disamping dikuliahkan, sebaiknya dilengkapi dengan pertujukan film, pembeberan flip-chart atau membawanya langsung ke lapangan. Seorang guru yang baik tentu saja secara terampil dapat mempergunakan alat bantu belajar sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan yang dikehendaki oleh para peserta didik.
l) Fasilitator hendaknya merasa turut tumbuh dalam proses belajar mengajar
Hal ini sangat penting untuk dipertimbangkan oleh setiap pendidik dengan pengalaman mengajarkan itu hendaknya memberikan suatu kesempatan untuk adanya perkembangan dirinya di dalam proses belajar. Pendidikan yang mengikatkan dirinya di dalam proses belajar bersama peserta didik akan lebih banyak menstimulasi peserta didik, jika dibandingkan dengan pendidikan yang hanya sekedar menyampaikan apa-apa yang ingin dia sampaikan kepada peserta didik. Ini merupakan suatu kekuatan yang menentukan juga dalam menciptakan situasi belajar pada kelompok dan sikap dari peserta didik.
m) Proses pembelajaran hendaknya memiliki rencana yang fleksibel.
Hal ini dapat membantu guru dan peserta didik terhadap hendak kemana dan apa yang hendak dikerjakan secara jelas, didasarkan pada tujuan bersama yang telah disetujui bersama pula. Perencanaan hendaknya berkesinambungan antara suatu topik dengan topik pembicaraan lainnya. Ego-involvement adalah suatu kondisi yang merasa terikat erat dengan suatu kegiatan bersama, terikat dengan minat tujuan serta nilai-nilai bersama untuk dipertahankan bersama.
Pendekatan Belajar Orang Dewasa
Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktik dalam proses pembelajaran kegiatan pelatihan dalam hal ini penyuluhan pertanian, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:
1. Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, antara lain yaitu:
a. Pengaturan Lingkungan Fisik
- Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa
- Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa
- Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial
b. Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis
- Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung
- Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai melalui kegiatan
- Bina suasana dan berbagai permainan yang sesuai
- Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut.
- Mengembangkan semangat kebersamaan
- Menghindari adanya pengarahan dari "pejabat-pejabat" pemerintah
- Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama
2. Diagnosis Kebutuhan Belajar
- Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu
- Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan
- Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan
- Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu
3. Proses Perencanaan
- Libatkan peserta untuk menyusun rencana pelatihan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain
- Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pelatihan tersebut
- Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi kedalam tujuan yang diharapkan dan kedalam materi pelatihan.
- Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas diantara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.
4. Memformulasikan Tujuan
Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas.
5. Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran
Dalam menetapkan materi dan metode atau teknik pembelajaran hendaknyamemperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Materi pelatihan atau pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta pelatihan
- Materi pelatihan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis
- Metode dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta
- Metode dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif.
6. Peranan Evaluasi
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
- Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan
- Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation)
- Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan
- Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
- Evaluasi ditujukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program
- Menilai efektivitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Suprapti dan Sri Murtini, 2006. Filsafat Belajar Orang Dewasa. Lembaga Adninistrasi Negara Republik Indonesia.
Modul Diklat Fungsional Penyuluh Pertanian (Diklat Dasar Ahli), 2009 Kementerian Pertanian, Badan Pengembangan SDM Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian