Peran Widyaiswara dalam Menyikapi Lonjakan Harga Cabai
Melonjaknya harga cabai saat ini di beberapa perkotaan di Indonesia, sudah tidak realistis lagi, mencapai Rp 95.000 s.d. 150.000/kg. Kondisi ini hampir terjadi setiap tahun, sehingga menjadi beban Pemerintah untuk mengatasinya. Pemerintah melakukan operasi pasar sewaktu-waktu untuk menstabilkan harga tersebut.
Kementerian Pertanian mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk menyediakan kebutuhan pangan utama masyarakat dengan menggerakkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki Indonesia. Karena itu melalui program pembangunan pertanian, pemerintah memfasilitasi peningkatan produksi komoditas pertanian utama seperti padi, jagung dan kedelai (PAJALE), cabai, bawang merah, beberapa komoditas perkebunan, dan daging (ternak). Dalam pengembangan komoditas tersebut diperlukan lahan yang saat ini sudah semakin terbatas ketersediaannya. Permasalahan di berbagai daerah terjadi perebutan lahan antar tanaman. Pengembangan suatu jenis tanaman sering harus mengurangi jatah lahan untuk jenis tanaman lainnya.
Khusus untuk tanaman cabai dan bawang merah sebetulnya dapat pula ditanam di lahan pekarangan yang masih ada tersedia di beberapa halaman rumah di perkotaan. Vertikal garden juga sudah mulai ada di perkotaan. Cabai dan bawang merah atau tanaman sayuran lainnya bisa juga ditanam sistem vertikal garden, dipasang di dinding rumah di perkotaan selain di lahan pekarangan rumah. Penelitian kearah itu perlu dimulai. Saat ini sudah lebih dari 50%penduduk Indonesia tinggal di perkotaan yang tentunya mereka bukan petani. Jumlah rumah tangga Indonesia sebanyak sekitar 67 juta, berarti separuh dari jumlah rumah tangga tersebut berada di perkotaan. Luas lahan pekarangan di Indonesia berkisar 10 juta hektar dan sebagian berada di perkotaan.
Apabila sebagian tanaman cabai dan atau tanaman hortikultura lainnya dapat diproduksi di perkotaan, sudah barang tentu sebagian lahan hortikultura di perdesaan dapat digunakan untuk perluasan tanaman pangan. Sebagai contoh bahwa luas tanaman padi gogo di wilayah pegunungan (dataran tinggi) selama ini cenderung stagnan (sulit berkembang) karena bersaing dengan tanaman hortikultura. Apabila sebagian tanaman hortikultura tersebut dapat digeser ditanam di perkotaan tentunya pertanaman padi gogo yang konon berasnya relatif enak dapat diperluas lagi, karena varietas unggul padi gogo dataran tinggi saat ini sudah ada. Hal ini tentunya akan mendukung program PAJALE.
Cabai, hampir setiap hari diperlukan oleh sebagian besar rumah tangga di Indonesia. Dahulu di desa, hampir di setiap rumah tangga memiliki tanaman cabai 2 – 5 pohon di pekarangan rumahnya, sehingga cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Namun saat ini, sudah tidak banyak lagi yang memiliki tanaman cabai di pekarangan rumahnya sehingga harus membelinya ke pasar. Dengan semakin bergesernya jumlah penduduk di perkotaan sudah barang tentu pertanaman cabai di pekarangan semakin terus menurun. Kondisi ini menyebabkan para pedagang mudah mempermainkan harga cabai pada saat-saat tertentu terutama menjelang hari raya besar keagamaaan, dengan alasan distribusi dan sebagainya, walaupun sebenarnya produksi maasih cukup tersedia di beberapa daerah sentra produksi cabai.
Kementerian Pertanian telah membuat program yang bagus dalam pengembangan cabai melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) diantaranya menanam cabai. Namun belum dapat sepenuhnya menjaga stabilitas harga cabai di perkotaan secara efektif. Di perkotaan belum ada produksi cabai, karena warga kota tidak memiliki tanaman cabai. Apabila masyarakat kota memiliki tanaman cabai di pekarangan, tentunya para pedagang sulit untuk memainkan harga, karena ketergantungan pasokan dari luar kota berkurang. Lonjakan harga cabai sebagai bagian dari bahan pokok kebutuhan sehari-hari memang sangat menjadi perhatian pemerintah karena dapat memicu inflasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, widyaiswara pertanian dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan terus berulangnya lonjakan harga cabai sewaktu-waktu di perkotaan pada masa mendatang sebagai berikut:
1. Mempersiapkan modul dan kajian strategi penyuluhan, pendekatan kepada para Lurah, Ketua RW dan Ketua RT dengan membentuk kelembagaan tani untuk tanam cabai di perkotaan. Sebagai tahap awal tentunya diperlukan pendataan jumlah rumah tangga yang masih mempunyai halaman yang cukup bertanam cabai pot minimal 5 pot/polybag.
2. Khusus untuk bertanam cabai dalam pot/polybag di pekarangan di perkotaan sering dihadapkan pada permasalahan kekeringan pada musim kemarau, karena pemilik rumah sering tidak ada waktu menyiram secara rutin. Hal ini menjadi salah satu alasan bagi Ibu Rumah Tangga merasa direpotkan dalam pemeliharaan tanaman cabai di pekarangan rumah. Oleh karena itu, perlu diperkenalkan cara sederhana seperti budidaya cabai melalui teknologi irigasi tetes dengan biaya sangat murah, yang mana pemilik rumah cukup menyiapkan persediaan air untuk irigasi tetes seminggu sekali saja, sehingga tidak merepotkan harus menyiram tanaman setiap hari pada musim kemarau. Balai Besar Pelatihan Pertanian lingkup Kementerian Pertanian dapat membuat contoh dan melakukan pelatihan sistem irigasi tetes tersebut. Sistem irigasi tetes tersebut sederhana dan mudah dibuat dari bahan/peralatan bekas.
3. Widyaiswara dan peneliti meningkatkan penelitian dan pengkajian tentang manajemen dan teknologi bertanam cabai di lahan pekarangan perkotaan dengan berbagai sistem (pot/polybag, tanpa pot/di tanah langsung, polybag pada dinding vertikal, tanpa pot pada paralon vertikal, hidroponik dan lain-lain sebagainya).
4. Widyaiswara dan peneliti meningkatkan penelitian dan kajian penyiapan paket teknologi sederhana membuat nutrisi tanaman cabai lahan pekarangan perkotaan yang mudah dibuat atau mudah didapatkan, mudah menggunakan dan harga yang memadai.
5. Widyaiswara dan peneliti meningkatkan penelitian dan kajian penyiapan paket teknologi sederhana pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai di lahan pekarangan perkotaan yang ramah lingkungan, mudah dan murah dalam penerapan.
6. Menyarankan pada setiap forum rapat/seminar agar KRPL dapat diperluas di perkotaan dan memfokuskan dengan tanaman cabai. Melalui program Kementerian Pertanian diinformasikan bahwa pada tahun 2016 lalu, Direktorat Jenderal Hortikultura melaksanakan pengembangan tanaman cabai sekitar 10 ribu hektar dan pada tahun 2017 ini program tersebut terus dilanjutkan. Badan Ketahanan Pangan akan mengembangkan cabai 50 juta pot/polybag dengan memanfaatkan lahan KRPL sebanyak 1.671 kelompok wanita/desa di 315 kabupaten/kota bekerjasama dengan kelompok Ibu PKK pada tahun 2017 ini. Kedua program tersebut disarankan agar mulai tahun ini dilaksanakan di wilayah perkotaan atau wilayah yang dekat dengan perkotaan.
7. Pada tahun mendatang kedua program tersebut di atas disarankan diperluas dan dikembangkan, dengan dukungan penyediaan paket teknologi yang lebih memadai yang telah dipersiapkan oleh para para widyaiswara dan peneliti.
Tanaman cabai rawit, cabai keriting maupun cabai besar tidak sulit dibudidayakan di lahan pekarangan di perkotaan, kuncinya adalah kemauan yang kuat. Apabila tanaman cabai sudah banyak di lahan pekarangan di perkotaan, harapannya akan mengurangi keberanian para pedagang menaikkan harga cabai dengan tidak realistis.