Menilai Keberlanjutan Usaha Agribisnis

bbpplembang-agribisnisMenurut Downey dan Erickson (1992, dalam Lia Kristiana, 2011), agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi bagi usaha tani, usaha proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun secara eceran kepada konsumen akhir.Suatu usaha agribisnis disebut berkelanjutan bila dapat memproduksi bahan pangan atau produk hasil pertanian lainnya, namun tidak merusak lingkungan (sehingga produksi dapat berkelanjutan) selain itu juga dapat meningkatkan produksi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta memberikan keuntungan yang cukup bagi pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka dan generasi selanjutnya. Pada intinya, keberlanjutan usaha agribisnis adalah kemampuan untuk mencukupi kebutuhan saat ini tanpa menimbulkan dampak kerugian terhadap pemenuhan kebutuhan dimasa yang akan datang dan hal ini adalah persoalan penting mengenai keseimbangan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Pendekatan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia penting untuk menjaga produktivitas yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, selain pada saat yang sama menjaga harmoni dengan lingkungan (menjaga keseimbangan lingkungan). Saat ini kapasitas untuk menghasilkan bahan pangan dan produk pertanian lainnya semakin terbatas karena meningkatnya kelangkaan sumber daya alam (terutama lahan, air, dan energi), meningkatnya harga input dan adanya perubahan iklim global. Sementara itu dengan meningkatnya populasi, kebutuhan manusia akan semakin meningkat pula.

Pertanian Berkelanjutan Menurut FAO

bbpplembang-agribisnis1Menurut lembagaPBB yang menangani bidang pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO), pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berbasis pada manajemen dan konservasi sumber daya alam dan berorientasi terhadap perubahan teknologi untuk meyakinkan pencapaian pemenuhan kebutuhan dan kepuasan manusia secara berkelanjutan untuk saat ini maupun generasi mendatang. Pertanian berkelanjutan melakukan konservasi terhadap sumber daya lahan, air, sumber daya genetik tanaman dan hewan serta tidak menyebabkan kerusakan lingkungan, tepat secara teknologi, secara ekonomis dapat berjalan terus dan diterima secara sosial.

Agar berkelanjutan dan produktif, pertanian perlu mengadopsi satu visi sistem yang memaksimalkan sinergi, mengurangi resiko dari luar pertanian dan meminimalisir kompetisi yang merugikan antar sektor. Contoh dari strategi kunci, kebijakan dan teknologi ditampilkan pada 5 (lima) prinsip berikut ini:

  1. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya merupakan hal yang krusial terhadap pertanian berkelanjutan.
  2. Keberlanjutan membutuhkan aksi nyata untuk melakukan konservasi, melindungi dan meningkatkan sumber daya alam.
  3. Pertanian yang gagal melindungi dan meningkatkan mata pencaharian, keadilan dan kesejahteraan di perdesaan berarti tidak berkelanjutan.
  4. Meningkatkan daya tahan masyarakat dan ekosistem adalah kunci keberlanjutan pertanian.
  5. Keberlanjutan pertanian membutuhkan mekanisme pemerintahan yang efektif dan bertanggung jawab.

Dalam rangka menilai keberlanjutan suatu usaha agribisnis, paling tidak harus diukur 3 dimensi yaitu: lingkungan, sosial dan ekonomi (Schader dkk, 2014). FAO telah menerbitkan Sustainability Assessment of Food and Agriculture Systems (SAFA) Guidelines untuk menilai keberlanjutan suatu usaha agribisnis.

Penilaian dengan SAFA

SAFA merupakan suatu kerangka global untuk penilaian keberlanjutan usaha agribisnis baik perusahaan maupun petani, sepanjang rantai pasokan produk pertanian, mulai dari produksi, pengolahan, distribusi maupun pemasaran produk pertanian. Visi pemandu SAFA adalah bahwa sistem pertanian di seluruh dunia dicirikan oleh 4 (empat) dimensi dari keberlanjutan yaitu: kepemimpinan yang baik (good governance), integritas lingkungan, ketahanan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Keempat dimensi ini lebih lanjut dijabarkan kedalam 21 tema, kemudian dirinci lagi menjadi 58 sub tema yang kriteria penilaiannya diukur oleh satu atau beberapa indikator untuk setiap sub tema. Tema untuk kepemimpinan yang baik adalah: etika perusahaan, akuntabilitas, partisipasi, aturan hukum dan manajemen secara menyeluruh.Tema integritas lingkungan meliputi: atmosfer, air, lahan, biodiversitas, material dan energi serta kesejahteraan hewan. Tema untuk ketahanan ekonomi yaitu: investasi, kerentanan, kualitas dan informasi produk serta ekonomi lokal. Sedangkan tema untuk kesejahteraan sosial adalah: penghidupan yang layak, praktik perdagangan yang adil, hak-hak pekerja, keadilan, keamanan dan kesehatan manusia serta keragaman budaya.

Prosedur penilaian SAFA terdiri dari 4 (empat) fase utama, yaitu:

  1. Mapping,
  2. Contextualization (konstektualisasi indikator),
  3. Memilih alat dan indikator,
  4. Pelaporan,

Hasil SAFA dapat digunakan untuk manajemen internal, selain untuk tujuan pembelajaran dan komunikasi, dari poligon dapat terlihat titik kritis yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen agar usaha agribisnis dapat berkelanjutan. SAFA tidak dimaksudkan untuk komunikasi dari perusahaan ke konsumen, juga bukan merupakan jaminan yang dibutuhkan untuk ciri atau sifat tertentu produk (atau metode produksi). Bagi produsen produk pertanian skala kecil terdapat alat penilai khusus untuk keberlanjutan usahataninya yaitu SAFA Smallholders App yang dapat diunduh dan digunakan secara gratis dari website FAO.

DAFTAR PUSTAKA

-            Food and Agriculture Organization. 2014. Building a Common Vision for Sustainable Food and Agriculture – Priciples and Approaches. Rome.

-            Food and Agriculture Organization. 2014. SAFA – Sustainability Assessment of Food and Agriculture Systems Guidelines. Rome.

-            International Food Policy Research Institute. 2013. IFRI Strategy 2013-2018 : Food Policy Research in Time of Unprecedented Challenges. Washington.

-            Lia Kristiana. 2011. Agribisnis Berkelanjutan. https://liakristianamadura.wordpress.com/2011/11/20/agribisnis-berkelanjutan/

-            M. Faiz Suaib. 2016. Sustainable Agriculture in Indonesia Facts and Challenges to Keep Growing in Harmony with Environment. Faculty of Agricultural Engineering and Technology. Bogor Agricultural University.

-            Schader, C; J. Grenz; MS. Meier and M. Stolze. 2014. Scope and Precision of Sustainability Assessment Approaches to Food Systems. Ecology and Society 19 (3) : 42. http : //dx.doi.org/10.5751/ES-06866-190342.