Adat Kampung Cireundeu
Masyarakat Kampung Cireundeu merupakan suatu komunitas adat kesundaan yang mampu memelihara, melestarikan adat istiadat secara turun temurun dan tidak terpengaruhi oleh budaya dari luar.
Situasi kehidupan penuh kedamaian dan kerukunan “silih asah, silih asih, silih asuh, tata, titi, duduga peryoga“ betul - betul terjelma di kampung nun jauh disana.
Masyarakat disana terbuka dan selalu hormat kepada siapa pun yang datang tanpa melihat perbedaan diantara kita. Bila kita berkunjung kesana, akan banyak keistimewaan yang dapat dilihat dan ilmu yang dapat dipelajari oleh kita.
Sejak zaman nenek moyang (karuhun) dan mulai tercatat pada Tahun 1918, masyarakt disana sudah mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok serta mampu melakukan keanekaragaman pengolahan hasil dari ubi kayu tersebut, diantaranya membuat :
- Peuyeum / tape yang bentuknya sama dengan beras ketan
- Kripik singkong
- Rangginang
- Bugis
- Awug
- Beras Singkong (Rasi)
Dengan kondisi tersebut, mereka merasa hidup lebih tentram tanpa terpengaruhi oleh krisis ekonomi negara yang tidak stabil. Selain itu, sumber makanan pokok selalu tersedia serta tidak pernah kelaparan.
Kehidupan adat di Kampung Cireundeu dipimpin oleh seorang sesepuh (tokoh) dibantu oleh seorang Ais Pangampih dan Panitren. Tokoh tersebut mengatur sistem peradaban / sosial budaya dari dahulu sampai sekarang masih tetap eksis dan tidak terpengaruhi oleh dunia luar. Dengan hal tersebut, saya berpendapat bahwa masyarakat cireundeu merupakan pahlawan ketahanan pangan dan layak bila Kampung Cireundeu disebut Kawasan Mandiri Pangan