Budidaya Jahe

BUDIDAYA TANAMAN JAHE
(Zingiber Officinale)

 
 
bbppl-jahe00.jpgSEJARAH SINGKAT
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

URAIAN TANAMAN

bbppl-jahe01.jpgKlasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale

 

 


Deskripsi

Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, bbppl-jahe02.jpgpanjang 15 - 23 mm, lebar 8 - 15 mm, tangkai daun berbulu, panjang 2 - 4 mm; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 - 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 - 3 kali lebarnya, sangat tajam; panjang malai 3,5 - 5 cm, lebar 1,5 - 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 - 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 - 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 - 1,75 cm; mahkota bunga berbentuk tabung 2 - 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 - 2,5 mm, lebar 3 - 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 - 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2


Jenis Tanaman

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : bbppl-jahe_gajah.jpg

1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

bbppl-jahe_emprit.jpg2)  Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.      Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.    bbppl-jahe_merah.jpg

3) Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.



KANDUNGAN DAN MANFAAT TANAMAN

bbppl-jahe_merah2.jpgRasa pedas pada jahe karena mengandung senyawa keton bernama zingeron. mengandung minyak asiri yang terdiri dari zingeberin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral, dan shogool. Kandungan lainnya, yakni minyak damar, pati, asam organik, asam malat, asam aksolat, dan gingerin. Dalam pengobatan tradisionill, Jahe dikenal sebagai penambah nafsu makan dan menghangatkan badan. Pengaruh inilah orang cepat merasa bugar. Selain hal tersebut tanaman ini lebih dikenal berkhasiat sebagai pencahar, antirematik, dan peluruh masuk angin.  mengatasi radang tenggorokan (bronkitis), rematik, sakit pinggang, lemah syahwat, nyeri lambung, meningkatkan stamina, meredakan asma, mengobati pusing, nyeri otot, ejakulasi dini, dan melancarkan air susu ibu.Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.


SENTRA PENANAMAN

Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

KEISTIMEWAAN JAHE

  • Sangat dibutuhkan sebagai bahan baku obat tradisional/jamu
  • Kebutuhan akan jahe cenderung meningkat rata-rata 5000 ton /tahun untuk industri obat tradisional.
  • Kebutuhan pabrik jamu sido muncul 15 ton/bulan, air mancur 15 ton/bulan, temu kencono 10-12 ton/bulan, indotraco 40 ton/bulan
  • Pasokan jahe oleh petani ke pabrik  310 ton/tahun
  • Permintaan jahe gajah untuk negara Belanda (40 ton/bulan) tidak terpenuhi
  • Harga/kg rata-rata Rp 5.000 – Rp 6.000
  • B/C : 3,50


 

SYARAT TUMBUH

  • Tumbuh dengan baik di daerah tropis, pada ketinggian 0-1.700 m dpl, tumbuh optimum 200-600 m dpl.
  • Curah hujan 2.500-4.000 mm, suhu sedang-panas
  • Memerlukan sinar matahari yang banyak (> 8 jam)
  • Tumbuh pada tanah yang subur, gembur, banyak bahan organik atau humus
  • pH tanah 6,8 - 7,0
  • Jenis tanah andosol, latosol merah coklat, terutama pada lahan hutan yang baru dibuka


 

PENYIAPAN BENIH

Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan persyaratan :

  1. Tanaman berasal dari induk yang sehat, cukup tua dan dipanen pada umur 10-12 bulan
  2. Rumpun induk pertumbuhannya normal, kekar dan tidak terserang hama penyakit.
  3. Penampakan secara rimpang secara visual mulus, tidak busuk, mengkilat bebas dari hama penyakit
  4. Rimpang telah mengalami penyimpanan (ditunaskan) selama 1-1,5 bulan
  5. Rimpang siap ditanam jika sudah bertunas sepanjang 2-3 cm.

 

PENUNASAN RIMPANG JAHE DENGAN PETI KAYU

  • Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian simpan sekitar 1-1,5 bulan
  • Rimpang dipatah-patahkan dengan tangan atau pisau yang steril, setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas, kemudian jemur 5 atau sampai 8 jam
  • Buat larutan bahan kimia dari agrimicin dan ZPT yang dilarutkan dalam air, dengan dosis 30 gram Agrimimicin, 25 ml ZPT dan 100 liter air
  • Celupkan benih yang telah dijemur tadi ke dalam larutan tersebut, kemudian ditiriskan dan jemur kembali, kemudian masukan ke dalam peti kayu
  • Letakan benih dalam peti kayu,  bagian bawah lapisi dengan abu gosok atau sekam  padi, letakan benih dan pada masing-masing satu lapis benih taburi abu gosok atau sekam, sehingga pada lapisan atas abu gosok atau sekam
  • Setelah 2-4 minggu , benih jahe telah berkecambah


 

PERSIAPAN LAHAN

  • Olah lahan dua kali, yaitu olahan kasar dan halus
  • Cangkul sedalam 25-35 cm, dan biarkan selama 1 minggu
  • Lakukan pengolahan tanah sampai benar-benar gembur
  • Buat bedengan dengan ukuran lebar 60-120 cm, dan tinggi 25-30 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan luas lahan                                                                         



PENANAMAN

  • Lakukan penanaman pada awal musim penghujan.
  • Buat lubang tanam sedalam 25 cm, degan diameter 25 cm, dengan jarak antar lubang pada bedengan 30-60 cm
  • Taburkan pupuk kandang 1 kg/lubang tanam, urea/ZA 5-10 gr /lubang tanam
  • Biarkan selama 1 minggu
  • Tutup lubang tanam dengan tanah, kemudian tanam bibit tersebut dengan mata tunas mengarah ke atas, dan usahakan bibit tidak menyentuh pupuk kandang/pupuk buatan.
  • Letakan bibit pada lubang tanam dengan posisi rebah, dan setiap lubang tanam hanya untuk satu bibit.


 

PEMELIHARAAN

  • Lakukan penyulaman pada tanaman mati atau tunas tidak tumbuh
  • Lakukan penyiangan dan pembumbunan setelah tanaman berumur 2-4 minggu
  • Lakukan pemupukan susulan pada umur 6-8 minggu setelah tanam (TSP dan KCL dengan dosis masing-masing 125 kg/ha)
  • Lakukan pengamatan rutin dan kendalian hama dan penyakit (secara kimia atau mekanis)


 

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

  • Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), gejala serangan daun-daun yang ada di bawah menguning, daun melipat akhirnya layu, dengan cepat dan menyebar ke pucuk, cara penanggulangannya: tidak menanam jahe di areal terserang selama 3-5 tahun
  • Penyakit busuk rimpang  (Fusarium oxysporum), tumbuh dengan baik pada suhu 20-25 derajat celcius, gejala serangan terjadi perubahan warna pada daun dari hijau tua menjadi kuning dan berangsur-angsur menjadi layu.
  • Bercak daun (Phyllosticta zingiberi) daun terlihat bintik-bintik berwarna kuning, daun lambat laun menjadi berlubang, pengendalian dengan sanitasi.


PANEN

  • Pemanenan tanaman pada umur 10-12 bulan setelah tanam
  • Alat pemanenan gunakan garpu atau cangkul, dan hati-hati rimpang jangan sampai rusak
  • Bongkar rimpang jahe kemudian angkat secara perlahan
  • Bersihkan rimpang jahe yang telah dipanen, kemudian masukan kedalam keranjang bambu atau kotak kayu yang mempunyai rongga udara

 

PASCA PANEN

Tahapan pengolahan jahe meliputi penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Setelah panen, rimpang harus secepatnya dibersihkan untuk menghindari kotoran yang berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Rimpang dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan tinggi, atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginanginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat langsung dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentukkering atau simplisia, maka perlu dilakukan pengirisan rimpang setebal  1 – 4 mm. Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan energi surya atau dengan pengering buatan/oven pada suhu 36 – 46° C. Bila kadar air telah mencapai sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan, pengeringan telah dianggap cukup. Selain itu, dikenal jahe kering gelondong (jahe putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara rimpang jahe utuh ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian dijemur dengan energi matahari atau dioven sampai kering atau kadar air mencapai 8 - 10%. Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung atau plastik yang kedap udara, dan dapat disimpan dengan aman, apabila kadar airnya rendah. Ruang penyimpan harus diperhatikan sanitasinya, berventilasi baik, dengan suhu ruangan yang rendah dan kering untuk mencegah pencemaran oleh mikroba dan hama gudang.